Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Warning... 21+
Bisa dibaca malam hari ya, Kakak. 😬🤭
.
.
.
"Apa yang kamu bicarakan, Bi? Kekasih siapa?" tanya Liam masih berusaha menenangkan Bianca.
Beberapa kali Liam memegang tangan Bianca, tetapi wanita itu menepisnya. Keadaan Bianca saat ini membuat Liam khawatir. Posisi duduk sambil memegang lututnya membuat perut Bianca pasti terasa sesak.
"Wanita yang mengangkat panggilanku. Dia mengatakan kalau dia adalah kekasihmu. Siapa dia? Tidak mungkin Ivanka karena dia sudah berada di penjara. Kamu memiliki wanita lain?" jawab Bianca mencecar Liam.
Bianca belum selelah ini mengejar cinta Liam. Setiap hari dia mencoba untuk merubah sifatnya yang manja. Berusaha untuk memasak makanan kesukaan Liam, tetapi pria itu tidak pernah memperhatikan usahanya.
Liam menatap Bianca dengan intens, tentunya dia tahu siapa yang Bianca maksudkan. Tidak ada wanita lain yang dekat dengannya akhir-akhir ini selain Serena. Cinta pertama yang membuatnya trauma dengan wanita.
Sikap dingin Liam pada Bianca tidak lepas dari putusnya hubungan Serena dengan Liam. Pria itu takut bila dia memberikan seluruh hatinya, dia akan terluka kembali. Hingga tanpa sadar, yang dilakukannya dengan mengabaikan sang istri membuat Bianca semakin terluka.
"Aku tidak memiliki siapa pun sebagai kekasih. Mungkin itu sekretarisku yang lancang mengangkat panggilan darimu," jawab Liam dengan tenang.
Hatinya sedikit goyah karena kehadiran Serena, tetapi dia tahu batasan. Saat ini, statusnya sudah menikah dengan Bianca dan akan memiliki seorang anak. Tidak mungkin dia mengkhianati Bianca, cukup ciuman yang dilakukan dengan Serena saat awal mereka kembali bertemu.
Liam murni menolong Serena atas dasar kemanusiaan. Setelah, Almira sembuh dia akan memindahkan Serena ke divisi lain yang mungkin sesuai dengan minat Serena. Liam merasa bersalah karena menyembunyikan hal ini dari Bianca tetapi takut untuk menjelaskan langsung pada sang istri.
"Memangnya setiap hari kamu harus lembur? Aku menghubungi Zidane dan dia mengatakan sudah pulang dari semenjak sore hari. Sebenarnya apa yang kamu lakukan dengan sekretarismu? Bagaimana dia bisa dengan lancang mengaku sebagai kekasihmu?"
Liam terdiam tidak menjawab perkataan Bianca. Tidak menyangka bila istrinya sudah mencari tahu terlebih dahulu pada Zidane. Sahabat sekaligus asistennya itu memang tidak pernah dapat diajak kerja sama. Dia akan selalu jujur apa pun yang terjadi.
"Aku akan menegur sekretarisku karena telah berani mengangkat panggilan darimu. Jangan bersedih. Aku mohon, Bi. Kasihan anak kita," ujar Liam mencoba kembali menenangkan Bianca.
Kini, Liam tidak hanya ingin menyentuh Bianca. Dia menyingkirkan tangan Bianca yang masih memeluk lututnya. Kemudian, memeluk wanita yang masih menangis itu.
"Mengapa sesakit ini mencintaimu, Liam? Aku lelah menunggumu. Katakan kalau kamu mencintaiku, Liam. Aku akan bertahan dalam pernikahan ini bila kamu mengatakannya," balas Bianca menatap Liam yang merengkuh tubuhnya.
Seketika tubuh Liam menegang, dia tidak mungkin membohongi Bianca dengan pernyataan cinta palsu. Liam sudah berusaha untuk mencintai istrinya, tetapi hatinya masih dibayangi oleh cinta pertamanya. Dia takut mengakui kalau perasaannya pada sang istri terbagi dengan Serena.
"Aku menyayangimu dan anak kita. Jangan pernah menyerah dengan pernikahan ini, Bi. Kamu sendiri yang sejak awal mengatakan akan membuatku mencintaimu. Mengapa sekarang kamu mudah menyerah seperti ini?"
Bianca menggeleng, bukan jawaban itu yang dia inginkan. Bahkan, bila Liam membohonginya dia akan percaya bahwa pria itu mencintainya. Namun, pria itu memilih tidak mengatakan cinta.
"Aku memang mengatakan akan membuatmu jatuh cinta kepadaku, meski kamu tidak mencintaiku. Akan tetapi, setiap orang pasti memiliki batasnya, Liam. Aku..."
Liam mencium bibir Bianca dengan lembut. Pria itu tidak ingin mendengar perkataan Bianca lebih lanjut. Liam dan Bianca belum pernah lagi melakukan aktivitasnya sebagai suami istri. Pria itu takut akan kembali menyakiti Bianca bila melakukannya.
Namun, kini Bianca mendorong tubuh Liam hingga pria itu berada di bawahnya. Jejak tangis Bianca masih ada di pipi wanita itu. Dengan lembut, Liam menghapusnya.
"Aku menginginkannya, Liam!" ucap Bianca yang membuka kancing baju Liam satu persatu hingga tubuh Liam terekspos.
Bianca mencium setiap bagian tubuh yang dapat dia jangkau. Liam menyaksikan kegiatan Bianca dengan mata dipenuhi oleh kabut g*irah. Selama ini, dia sudah berusaha menahan diri untuk menyentuh Bianca. Namun, dia tidak bisa lagi melakukannya ketika Bianca menggodanya seperti ini.
Wanita hamil itu begitu bersemangat, hingga dia merasakan sesuatu yang mengeras di bawah sana. Pipi Bianca memerah, dia masih tidak berani untuk mengeksplor tubuh sang suami begitu jauh. Jadi, dia menghentikan kegiatannya.
"Mengapa berhenti, hmm? Katanya kami menginginkannya?" goda Liam dengan suara serak menahan hasr*t.
"Aku tidak..."
Liam duduk kemudian merebahkan tubuh Bianca perlahan di sampingnya. Kini Bianca berada di bawah kungkungannya. "Aku tidak akan berhenti, Bi. Katakan kalau kamu memang tidak menginginkannya," ujar Liam.
"Aku menginginkan... Ah...."
Liam mencium sekaligus meremas kedua bukit kembarnya. Wanita itu melupakan semua persoalan tentang keduanya. Tidak peduli dengan Liam yang belum mencintainya. Yang terpenting sekarang, Liam adalah miliknya. Keduanya melakukan sesuatu yang memberikan surga dunia. Liam melakukannya dengan begitu lembut hingga beberapa kali keduanya mencapai pelepasan bersama.
"Aku mencintaimu, Liam," ucap Bianca yang kini berada dalam dekapan Liam.
Liam hanya diam dan mengecup pucuk kepala Bianca. Dia ingin membalas ucapan Bianca, tetapi ada yang tertahan dalam harinya. Ada yang harus dia selesaikan dengan Serena agar rumah tangganya tetap bertahan. Dia tidak mungkin mengkhianati Bianca yang sedang mengandung buah hatinya.
"Tunggulah sebentar lagi, Bi. Aku yakin kalau perasaanku semakin tumbuh padamu," balas Liam.
Ya, semoga saja pada saat kamu mencintaiku. Aku tetap bertahan di sampingmu, Liam. Aku merasa sangat lelah mencintaimu seorang diri, batin Bianca.
Kemudian keduanya terlelap dengan pikirannya masing-masing. Sejenak melupakan permasalahan yang ada di antara keduanya.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca.