Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelah
Ara sudah satu semester kuliah di kampus itu. Setiap bertemu dengan Dea selalu saja ribut. saat ini ada pertandingan basket antar fakultas, dan Ara tampil sebagai pemain inti mewakili fakultasnya. Saat pertandingan usai dan tim Ara sebagai pemenangnya, Altaf mendekati Ara yang tengah bereuforia dengan teman-temannya. Nola dan Widdi juga ikut turun ke lapangan untuk bersorak bersama. Altaf memberikan satu botol jus jambu, setelah menerima jus itu Ara dengan reflek memeluk Altaf saking senangnya tim nya menang.
Melihat pemandangan itu Dea menunjukkan sikap tak sukanya. Lalu Dea datang dengan hati yang panas.
"Hai anak gajah, pede benget lo ya, main peluk-peluk di depan banyak orang! Lo nggak ngerasa malu apa, lo tuh nggak sebanding sama Altaf. Lihat badan lo, ngaca dong, jadi orang jangan kepedean! Yok Al, ngapain sih lo deket-deket sama dia!" Kata Dea yang langsung menarik paksa tangan Altaf. Altaf tak mampu berbuat apa-apa selain mengikuti langkah Dea, juga agar Dea tak menghina Ara lagi di depan banyak orang.
"Udah Ra, nggak usah di bawa perasaan, anggep aja radio rosak!" Kata Daffa yang juga menyaksikan kejadian itu. Dan Ara hanya diam.
"Ra, malam minggu aku ulang tahun, aku undang kamu ke kafe Xz, datang ya, sekalian renunian SMK dulu!" Kata Daffa lagi.
"Kak Daffa mau tiup lilin?" Tanya Ara sok polos.
"Aku bukan anak paut Ra, kita ngumpul cuma makan-makan aja!" Kata Daffa lagi.
"Ara doang kak yang di undang, kita nggak?" Tanya Nola.
"Kalian juga harus datang, biar seru!" Jawab Daffa, lalu Daffa pamit untuk pergi.
Sekarang Ara dan dua sahabatnya sedang duduk di kantin kampus menikmati bakso.
"Ra, sorry sebelumnya, gua ngomong lo jangan tersinggung ya! Maaf banget sebelumnya!" Kata Widdi dengan wajah takut-takut.
"Apa sih Wid, mau ngomong aja kok kayak mau ngomong sama pak dekan gitu, ngomong aja kali!" Jawab Ara enteng.
"Ra, gue sahabat lo, kita tenenan dari SMP, sampai sekarang gua sayang sama lo Ra!"
"Mau ngomong apa sih Wid, ngomong aja langsung jangan bikin bingung!" Kata Ara lagi.
"Ra, apa lo nggak ada keinginan untuk ngubah penampilan lo? Lo tuh cantik Ra, kulit putih, rambut hitam tebal, alis, mata hidung, bibir perfect semua. Lo tinggal ngurangi berat badan lo aja, gua yakin lo pasti jadi bintang kampus!" Kata Widdi semangat.
"Maksud kamu aku harus diet gitu Wid?" Tanya Ara.
"Iya, gua juga nggak mau lo selalu dihina sama si Dea pet itu, lo bisa lebih dari dia Ra, bukan cuma kecerdasan lo aja, lo juga harus nunjukin kalau lo tuh lebih baik dari dia!" Kini Nola ikut berbicara.
"Ya, nanti deh aku pikir-pikira lagi omongan kalian berdua, btw makasih sarannya!" Kata Ara lalu melanjutkan acara makannya.
Malam Minggu sesui janji Ara akan datang ke acara ulang tahun Daffa di kafe. Nola pergi dengan Widdi berboncengan, Ara berniat pergi dengan mobilnya. Namun sampai di tengah jalan ban mobilnya kempes.
"Duh, apes banget sih, pakai kempes lagi!' Ara menggerutu sendiri. Lalu Ara punya ide minta di jemput Altaf.
"Hallo, kakak diundang ke acara ultahnya kak Daffa kan? Ara nebeng ya kak, ban mobil Ara kempes, ini udah di jalan! Kata Ara nerocos saat sambungan teleponnya di angkat di sebrang.
"Waalikumsalam Rara." Jawab dari sebrang.
"Eh, maap Assalamualaikum kak, boleh kan?"
"Terpaksa nelpon kakak kalau udah kepepet kan?" Tanya Altaf sengaja membuat kesal Ara.
"Kakak....!"
"Iya....iya....boleh tapi kakak bawa motor ya!"
"Ok, Ara sherlock ya!" Kata Ara lalu mematikan sambungan teleponnya.
Menunggu sekitar dua puluh menit alkhirnya Altaf datang.
"Lama ya?!" Tanya Altaf ketika sampai.
"Banget!" Jawab Ara ketus.
"Dasar nggak sabaran, bentar kakak hubungi bengkel biar derek mobil kamu ke bengkel, biar besok bisa diambil." Lalu Altaf mengeluarkan ponselnya menghubungi bengkel. Setelah itu keduanya meluncur menuju kafe.
Setelah berkendara beberapa lama mereka akhirnya sampai di kafe.
"Al, gua minta lo jemput gua lo banyak alasan rupanya lo janjian sama anak gajah ini?!" Kata Dea di depan kafe.
"Mobil Ara bannya kempes di jalan. Lo nggak usah ngajak ribut di sini ya, jangan bikin malu!" Kata Altaf kesal dengan tuduhan Dea.
"Hai anak gajah, lo sengaja kan cari-cari alesan biar bisa bareng Al?" Kata Dea menunjuk muka Ara.
"Udah Ra, yuk kita masuk!" Kata Altaf sambil menarik tangan Ara.
Di dalam kafe sudah ada Leo, Nola, Widdi, dan yang lain.
Dea masih merasa kesal dengan Ara. Dengan sengaja memangil Ara dengan mikrofon untuk naik ke panggung bernyanyi menyumbangkan lagu. Niatnya sengaja mempermalukan Ara. Ara yang memang tak pandai bernyanyi hanya bengong. Lalu Altaf berdiri menggandeng tangan Ara menuju group band yang sudah menunggu. Dengan tetap menggandeng tangan Ara, Altaf bernyanyi satu lagu sampai selesai.
Dae semakin kesal, kekesalannya dilampiaskan dengan minum sampai mabuk. Peringatan Daffa tak diindahkan.
"Al, kalau Dea teler gini siapa yang ngantar pulang?" Tanya Leo.
"Lo aja Le, gua harus ngantar Ara!" Kata Altaf.
"Gua tadi bareng Daffa, bawa motor juga , lo aja sono!" Kata Leo malah menyuruh Altaf, sedangkan yang lain sudah pada pulang.
"Biar gua hubungi mas Indra aja, sepupu Dea!" Kata Altaf yang langsung merogoh ponsel dari saku celananya.
"Hallo mas Indra, Dea mabuk berat nih kita ada di kafe Xz, mas bisa jemput dia nggak?"
Tanya Altaf lewat sambungan telepon.
"Duh sorry Al, gua nggak bisa, gua harus nganter camer gua ke airport takut telat, bisa ketinggalan pesawat. Tolong lo antar pulang ya, bahaya kalau mabuk pulang sendiri, plis!" Kata Indra, dan Altaf hanya menghela nafas, tak mampu berbuat apa-apa, teringat kejadian saat Rena mabuk dulu.
"Ra, sorry kakak nggak bisa ngantar kamu pulang, kakak harus ngantar Dea, takut kenapa-napa, soalnya dia lagi nggak sadar. kakak pesenin taksi ya, Rara pulangnya naik taksi." Kata Altaf tak enak pada Ara.
"Nggak papa lagi kak, Ara bisa pulang sendiri, biar Ara pesen taksi sendiri." Kata Ara menyembunyikan kesalnya.
"Ya udah, kakak tunggu sampai taksinya datang!" Kata Altaf yang juga khawatir pada Ara.
"Kak, Ara udah gede, lagian masih ramai juga, kakak pulang duluan aja, kasian tuh kak Dea, udah lemes gitu!"
"Beneran Ra, Rara berani sendiri?"
"Iya bawel....udah sono pulang!" Kata Ara mendorong tubuh Altaf yang sudah diatas motornya membonceng Dea, dengan tangan Dea memeluk pinggang Altaf.
Ara memandang Altaf dan Dea sampai mereka hilang dari pandangan. Ada rasa ngilu di hati, orang yang sedang ia kagumi membonceng orang yang selalu menghinanya. Tak terasa mata Ara basah. Rasa lelah selalu dihina dan jadi bahan gunjingan karena postur tubuhnya yang berbeda dari teman-temannya. Teringat kata-kata Widdi dan Nola, dengan kasar Ara mengusap air matanya. Ara bukannya menunggu taksi di depan kafe. Tak sadar kakinya terus melangkah menyusuri trotoar di sepanjang jalan meninggalkan kafe.
Dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku jaketnya Ara terus berjalan.
"Apa iya aku harus mengubah penampilanku? Iya.....aku harus berusaha, akan aku buktikan bahwa Ara bukan gadis yang lemah, Ara bisa berubah." Kata Ara dalam hati dan
"TIIIIIINNNNNNN
Suara klakson mengagetkan Ara dari lamunannya.
"Vano?" Kata Ara setelah pengendara motor itu membuka kaca helmnya.
"Ayok, malah bengong, ngapain malam-malam jalan sendirian, diculik preman entar!" Kata Vano keras.
"Premannya malas kali No, nyulik Ara, ngangkatnya berat, makan Ara banyak bisa bangkrut premannya melihara Ara!" Kata Ara bercanda.
"Jangan asal ngomong! Beneran diculik baru tau rasa! Cepetan naik aku antar pulang!" Kata Vano tegas.