Pukulan keras yang mendarat dikepala Melin, hingga membuatnya harus segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun sayangnya disaat Dia sadar, sakit usus buntu yang dideritanya beberapa Minggu terakhir membuatnya harus tetap dirawat di rumah sakit.
Johan pria yang baru mengenal Melin karena insiden pemukulan akhirnya menolong Melin dengan membayar seluruh biaya operasi, namun dengan sebuah syarat. Melin akhirnya menyetujui kesepakatan antara dirinya dan Johan untuk menikah menggantikan posisi Bella yang lebih memilih mantan pacarnya
Keesokan paginya setelah pesta pernikahan selesai, Johan segera pergi bekerja di luar pulau dan meninggalkan Melin tanpa sebuah alasan.
Tiga tahun berlalu, mereka akhirnya bertemu kembali disebuah pekerjaan yang sama.
Yuk, ikutin keseruan cerita selanjutnya. terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririen curiens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelah hati
Pagi ini Melin dikantor merasa sangat mengantuk hingga semua laporan menumpuk. Sesekali kepala Melin serasa hampir terjatuh karena tak kuat menahan rasa kantuknya.
"Woeyyyyy........ hahahaha," gertak Pak Lana.
Melin terkaget dan seketika membuka matanya.
"Astaga Pak, Mengagetkan saya saja. Pak Johan belum datang, mungkin sebentar lagi." ucap Melin.
"Biarlah aku tunggu saja."
"Saya ke pantry dulu Pak. Mau kopi Pak, sekalian saya buatkan."
"Tidak usah Mel. Aku sudah ngopi diluar."
Melin berjalan menuju ke pantry dan membuat segelas kopi.
Jika asistennya Pak Johan sudah kembali, berarti dia tidak membutuhkan saya lagi, tapi gajian masih dua Minggu lagi, gumam Melin sambil mengaduk kopi.
Melin kembali berjalan keruangannya namun saat hendak duduk tiba-tiba pak Johan datang menghampirinya.
"Wah tahu saja kamu Mel, terimakasih ya sudah buatkan kopi," ucap Pak Johan.
"Tapi Pak, itu......"
Melin hanya bisa menghela nafas saat Pak Johan mengambil kopinya. Melin akhirnya duduk dan mengerjakan semua berkas yang sudah menumpuk dimejanya.
Tak lama terlihat Pak Lana tersenyum dan memasuki ruangan Pak Johan.
Hingga hampir satu jam Pak Lana belum juga keluar dari ruangan Pak Johan. Melin akhirnya memutuskan untuk memberikan beberapa berkas untuk ditanda tangani Pak Johan. Namun disaat Melin hendak masuk, dibalik pintu dia mendengar perkataan mereka.
Pak Johan menyuruh Pak Lana untuk mencari tahu tentang istrinya dulu. Melin yang mendengar itu seketika mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam ruangan Pak Johan.
"Apa tidak ada petunjuk lain Pak?" ucap Pak Lana.
"Aku diberitahu kakak alamat kontrakan Melin. Pak Lana selidiki disana. Untuk fotonya saya masih mencari, sementara itu petunjuknya. Untuk proyek nanti biar saya yang mengunjunginya. Pak Lana fokus mencari Melin saja," ucap Pak Johan.
Bagaimana jika sampai ketahuan, Semoga Ibu tidak memberitahu Pak Johan, gumam Melin.
Melin kembali duduk keruangannya dan memikirkan dirinya. Tak lama setelah Pak Lana keluar dari ruangan. Pak Johan datang dan menghampiri Melin yang sedang melamun.
"Mel.... Mel.... hai," ucap Pak Johan.
"Iyah Pak, ada apa?" Jawab Melin.
"Nanti siang saat jam istirahat kantor kamu kerumah sakit yah. Kata Mama ingin bertemu dengan kamu."
"Iyah Pak. Oh ya, Pak Lana sudah kembali, apa saya bisa kembali ke kantor Pak Alex?"
"Tidak Mel, ini masih dua Minggu. Pak Lana masih ada tugas lain."
Melin akhirnya mengerjakan semua berkasnya agar bisa kerumah sakit saat jam makan siang namun pekerjaannya masih belum terselesaikan. Melin akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit sore hari sepulang kerja.
Setelah semua selesai Melin akhirnya segera pulang dna menuju kerumah sakit, Sementara Pak Johan dari siang sudah keluar kantor.
Sesampainya dirumah sakit ternyata Pak Johan sudah berada disana menemani Ibunya.
"Assalamualaikum Bu, gimana kabarnya," ucap Melin.
"Waalaikumsalam, Alhamdulillah sudah mendingan. Mungkin besok Ibu sudah boleh pulang," Jawab Ibu mertuanya.
"Mel, kenapa kamu baru kesini. Bukankah aku menyuruh kamu datang siang," sahut Johan.
"Maaf Pak, banyak berkas yang harus saya selesaikan biar tidak menumpuk."
"Sudahlah Johan, Melin juga capek baru datang."
Melin tersenyum karena ibu membelanya. Melin menyuapi Ibu mertuanya dengan buah yang dibawahnya. Sementara Pak Johan lebih asyik dengan handphonenya.
satu jam berada dirumah sakit Melin akhirnya memutuskan untuk pulang. Dia berpamitan kepada Ibu mertuanya. Namun langkahnya terhenti ketika Pak Johan memanggilnya.
"Mel, bisa ikut saya sebentar sekalian aku antarkan pulang," ucap Pak Johan.
"Tapi ibu sendirian Pak," jawab Melin.
"Ibu tidak apa-apa nak, pergilah. Sebentar lagi ayah kamu juga datang," sahut Ibu mertuanya.
"Ma, aku berangkat dulu. Sebentar saja."
"Iyah Nak."
Setelah berpamitan, Melin dan Pak Johan akhirnya pergi ke sebuah mall yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Ibu Pak Johan dirawat.
Sesampainya disana, Pak Johan menanyakan kepada Melin tentang kesukaan perempuan. Melin merasa sedikit percaya diri karena dia mengira Pak Johan akan memberikan sesuatu untuk dirinya.
"Beli perhiasan saja Pak. Kalung atau cincin. Selain itu mungkin tas atau baju," ucap Melin.
"Okay, kita beli semuanya," jawab Pak Johan.
Melin tersenyum tersipu malu dalam hatinya. Apalagi Pak Johan menyuruhnya untuk memilih sesuai dengan kriteria Melin.
"Apa kira-kira, Dia akan mau model seperti ini Mel?" tanya Pak Johan ketika memilih tas.
"Sebenarnya untuk siapa tas ini Pak," tanya Melin.
"Untuk perempuan pilihan Mama."
Astaghfirullah, ternyata untuk Mbak Ema. Ah...... bodoh kenapa aku begitu percaya diri semua itu akan diberikan kepadaku. Tahu gitu aku akan pilihkan yang paling jelek, gumam Melin.
Perasaan Melin seketika kecewa, dia merasa dirinya begitu lelah hingga Melin berbicara seadanya.