Sistem Gadis SMA

Estella memundurkan kakinya kebelakang, bersiap siaga jikalau Alexa berbuat diluar prediksinya. Entah kenapa ia merasakan aura yang berbeda dari sahabat masa kecilnya itu. Bulu kuduknya merinding ngeri bak berhadapan dengan iblis kejam . Elisa yang baik dan ramah seolah lenyap berganti dengan seorang gadis yang keras kepala dan menantang maut. Apakah benar wanita ini adalah Elisa? Ataukah dia adalah kembarannya? Berbagai opini memenuhi kepala Estella namun tak satu pun mampu menghempas rasa bimbangnya.

Tanpa diduga, Alexa maju lalu memukul perut Estella bertubi tubi hingga Estella tak mampu menghindar karena gerakan cepat dan gesitnya Alexa. Ia hanya terhunyung seraya mengaduh sakit merasakan tubuhnya bak remuk retak hingga ketulang.

Setelah dirasa Estella tak bisa melawan lagi, Alexa dengan cepat melerai tali tambang dari Kevin dan segera memakaikannya pada Estella hingga ia tak bisa bergerak.

Bibir Alexa menyunggingkan senyum misterius kala melihat kini sang penjahat telah terdiam tak berdaya karena perlawanannya. Dengan sisa tenaga , ia berusaha membangunkan Kevin dengan menepuk nepuk pelan pipinya , berharap ia segera siuman.

"Vin, bangunlah! Vin, ini aku!"

Alexa kehabisan cara. Kevin masih pingsan tergolek lemah ditanah. Saat tengah kebingungan tiba tiba sekelompok pria dengan jas hitam yang memakai earphone serta kacamata hitam dipersenj*tai oleh senjata laras panjang berderap dan langsung berdiri rapi didepan Alexa.

Alexa meneguk ludah susah payah. Ingatannya masih membekas saat ia hampir m*ti ditangan para pria gagah dan kejam itu. Bukan hanya sekali, tapi berkali kali ia dalam bahaya akibat teror dan selalu diincar oleh mereka. Kini Alexa sendiri. Ditengah hutan tak berpenghuni dengan malam yang sekejap lagi menyapa. Ditemani oleh Kevin yang pingsan tak berdaya serta tertawaan ejekan dari bibir Estella. Alexa berdiri kokoh tanpa rasa takut, bersiap menyongsong segala kemungkinan dan bertahan dalam keadaan terburuk sekalipun.

"Alexa, kamu harus kuat! Harus bisa! Demi Kevin, Arka dan juga demi cita citamu untuk menjadi designer terkenal. Bisa!" Alexa bermonolog sendiri.

Tiba tiba...

Bruk.

Bruk.

Bruk.

Semua pria dengan setelan jas hitam yang berjumlah 10 orang itu malah berjongkok seraya menundukan kepalanya hormat.

"Hormat kami Queen Elisa! Maafkan kami yang terlambat mengetahui keadaan Anda!"

"Hah!"

Alexa dan Estella kaget. Keduanya saling melempar pandangan. Matanya berkedip kedip lucu, membola karena syok dengan pendengarannya sendiri. Apa tadi katanya? Queen Elisa? Maksudnya apa?

"Iya Queen. Bagaimana keadaan Anda? Apa Anda baik baik saja? Saya merasa sangat bersalah karena tak bisa menjaga Anda dengan baik." lanjut Pria yang berada paling depan itu.

"Tunggu, maksudnya apa? Aku tidak mengerti?!"

Pria yang berbicara barusan lantas berdiri diikuti oleh anak buahnya yang lain. Ia segera mendekati Estella dan mengambil sapu tangan dari celananya, ditangannya yang lain ia memegang sebuah botol kecil yang sangat Estella tahu isinya.

Wajahnya langsung merah karena takut akan apa yang akan diperbuat mereka kepadanya.

"Tolong jangan lakukan itu!" sentaknya.

Namun pria itu acuh dan langsung membekapkan sapu tangan kemulut Estella. Meskipun dengan perlawanan dan berusaha berontak , namun Estella akhirnya tumbang juga. Ia luruh melemah dan tak sadarkan diri dalam ikatan talinya.

Kening Alexa mengernyit menyadari perbuatan dari pria yang diduga merupakan ketua dari komplotan misterius itu. Ia merasakan waspada, takut jika ia akan bernasib sama seperti Estella , atau mungkin... Lebih buruk.

"Anda tak perlu takut , Queen. Saya sudah membereskan wanita itu. Tapi masih belum aman sepenuhnya. Saya minta Anda untuk ikut dengan saya sekarang. Demi keselamatan Anda dan juga King Kevin."

"Oh.. Oke.. Jadi mereka adalah anak buah Kevin, sepertinya. Pantas saja mereka langsung menghampiri dan memeriksa keadaan Kevin lebih dulu. Tapi tunggu, siapa sebenarnya Kevin hingga ia bisa begitu dihormati oleh para pria ini?" bisik Alexa dalam hati.

"Mari Queen, ikuti Saya!" kata Pria dengan name tag "Lian" itu.

Dirasa tak punya pilihan lain lagi, akhirnya Alexa mengalah karena ia pun sudah lelah dengan "Drama pelarian" yang tak ada habisnya. Mulai dari diteror dirumah, diberikan surat ancaman, dikejar dijalanan hingga berhadapan dengan ular , semuanya menjadi tantangan melelahkan bagi Alexa. Ia yang terbiasa hidup nyaman tanpa banyak "drama" kini harus merasakan kehidupan yang rumit, seakan hidupnya terbalik 180 derajat dari hidup asalnya.

Alexa berjalan sejajar dengan Lian, sedangkan Kevin sudah dibawa lebih dulu oleh beberapa anak buah Lian yang lain. Sepanjang perjalanan, Alexa hanya diam saja. Sedangkan Lian tetap fokus menapakan kaki dijalan kerikil dengan bebatuan kecil itu. Keduanya tak ada yang berniat untuk memulai percakapan atau sekedar berbasa basi.

Setelah melewati perjalanan yang diselimuti hening dan hampa, akhirnya terlihatlah jalan raya dengan mobil hitam merk terbaru yang terparkir disisinya. Alexa semringah karena akhirnya ia bisa lepas juga dari kejaran para mafia berbahaya itu.

Hingga tanpa sadar Alexa berjingkrak kegirangan karena bisa lolos dari bahaya. Lian yang berada disampingnya hanya membuka kacamatanya sekilas lalu masuk kemobil. Mendapati dirinya ketahuan bersikap "over" dihadapan Lian, Alexa merasa kikuk dan malu. Rupanya Lian lebih dingin dari yang ia duga. Lebih lebih dari dirinya yang cuek dan tak pedulian. Sepertinya Lian adalah gunung es lain didunia.

Kelompok terbagi menjadi dua, Lian bersama Elisa dan Kevin berada di mobil pertama , sedangkan anak buahnya yang lain ada dimobil jeep yang mengikuti dari belakang.

Alexa mengelus lembut pipi Kevin berharap ia akan sadar secepatnya. Tanpa Kevin dan celotehannya, Alexa merasakan sepi. Seolah mentarinya yang hangat tak lagi bersinar menerangi dunia.

"Vin, bangunlah. Apa yang terjadi padamu?"

Lian melirik dari kursi depan. Ia berdehem untuk memulai pembicaraan.

"Sepertinya King Kevin telah disuntikan obat tidur oleh wanita itu. Kita harus cepat sampai dimarkas. Leo, kemudikan dengan cepat! Kita berburu dengan waktu!"

Sopir yang disebut Leo mengangguk menjawab perintah dari Lian.

Semua interaksi dari para pria tak dikenal itu tak lepas dari pindaian mata jeli Alexa. Semuanya. Kode matanya, cara bicaranya, tindakannya yang cepat , seolah menyiratkan satu hal. MEREKA TERLATIH.

"Maafkan Aku Tuan Lian, tapi bisakah aku tahu , siapa Anda beserta tim Anda ini?" ujar Alexa memberanikan diri bertanya terus terang.

Lian tersenyum tipis. Senyuman yang terlihat penuh arti dan menyimpan banyak rahasia didalamnya.

"Saya adalah asisten pribadi dari King Kevin. bertugas untuk menjaga dan mengamankan King Kevin dari banyak kejahatan para pesaing dari Tuan Wicaksono. Anda beserta King Arka adalah salah satu dari target saya karena kalian adalah orang terdekat dari King Sendiri."

"Beberapa bulan yang lalu, King Kevin mengatakan pada saya untuk lebih mengetatkan penjagaan pada King Arka karena mengingat jika ia adalah anak pertama Tuan Wicaksono, King Kevin berpikir jika ia lebih dalam bahaya. Itulah alasannya saya tak berada disamping King Kevin beberapa saat."