Zahira Maswah, siswi SMA sederhana dari kampung kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidupnya berubah total saat ia harus menikah secara diam-diam dengan Zayn Rayyan — pria kota yang dingin, angkuh, anak orang kaya raya, dan terkenal bad boy di sekolahnya. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena keadaan yang memaksa.
Zahira dan Zayn harus merahasiakan pernikahan itu, sampai saatnya tiba Zayn akan menceraikan Zahira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Sut... Itu Clara," ujar Ares menyikut Aldrich. Clara berjalan dengan langkah angkuh, wajahnya menunjukkan gurat wajah kesal dan marah yang nyata.
Aldrich menyilangkan kedua tangannya di dada, ia bersandar dengan santai dibuat tiang.
"Itu dia, Lo enggak mau deketin," bisik Ryo pula.
Aldrich hanya menatap Clara sebagai perempuan yang tidak berguna saat ini. Baginya, Zayn sudah membuang Clara, jadi mana mungkin ia mengutip sampah Zayn.
melihat Aldrich yang hanya terdiam, tanpa memberikan reaksi apapun, membuat kedua temanya ini bingung. Padahal sedari awal, Aldrich sangat mengejar ngejar Clara, seolah olah ia tidak bisa hidup tanpa Clara, tapi saat ini kenapa ia malah begitu cuek kepada wanita itu.
Sekarang, di kepala Aldrich hanya bagaimana caranya mengalahkan Zayn. Dan balapan bukan lagi opsi, sebab Zayn sudah tidak ikut balapan lagi, apalagi Clara. Mana mungkin, Aldrich sekarang berminat kepada Clara.
*****
“Eh Ra, tapi Ardiansyah enggak sempet grepe-grepe lo kan?” ujar Fitri setengah bercanda, setengah serius. Sorot matanya meneliti ekspresi Zahira dengan cemas.
Zahira tersenyum kecil, berusaha menenangkan. “Alhamdulillah, enggak sempet kok,” ucapnya pelan.
“Alhamdulillah…” gumam Fitri lega, menarik napas panjang sambil menyandarkan tubuh ke sandaran kursi kantin.
Namun, ketegangan belum hilang dari udara di antara mereka.
“Tapi kok bisa sih, berita sebesar ini lo rahasiain dari kita? Bayangin, kejadiannya udah tiga hari yang lalu. Bahkan si Ardiansyah udah dikeluarin dari sekolah. Tapi lo enggak cerita sama kita. Kita baru tahu dari gosip-gosip yang beredar,” ujar Nadia kesal, menatap Zahira dengan ekspresi terluka. Nada suaranya tak bisa menyembunyikan kekecewaan.
Zahira menunduk, “ya, maaf. Aku kan enggak mau masalahnya semakin runyam. Lagipula, masalahnya sudah selesai, jadi… enggak perlu dibahas lagi,” katanya sambil memainkan ujung lengan bajunya.
“Zahira,” Sarah menatapnya lembut, “kita ini sahabat lo. Sahabat itu bukan cuma buat ketawa bareng doang, tapi juga buat ada pas lo susah. Gimana kita bisa bantu kalau lo nutupin semuanya sendirian?”
Zahira diam sejenak. Suasana jadi hening, hanya terdengar suara ramai dari meja-meja kantin lain. Angin sore mengibaskan jilbab mereka pelan.
“Lo cerita dong,” lanjut Sarah, suara lirih namun tegas. “Awal kejadiannya gimana?”
Zahira menarik napas panjang. Ia tahu, ini saatnya bercerita. Meskipun ada satu bagian yang akan tetap ia sembunyikan. Tentang Zayn. Nama itu tak boleh disebut. Tak boleh muncul dalam cerita ini, walaupun dialah penyelamatnya.
“Waktu itu aku lagi ngerjain tugas matematika, tiba-tiba saja lampu mati, tapi aku lihat lampu tetangga aku nyala. Tapi aku enggak curiga atau kepikiran apa-apa, karena aku mikirnya lampu rumahku padam itu karena amper listrik aku yang balik, jadi aku keluar buat ngecek," Zahira menceritakan kejadiannya secara rinci.
Fitri dan Nadia saling pandang, wajah mereka tegang.
“Terus?”
“Dan betul saja, Amper listriknya balik, jadi aku tarik kursi buat benerin. Nah, setelah lampu aku balik nyala, aku kembali masuk ke dalam rumah, untuk melanjutkan ngerjain tugas matematika aku... Terus tiba tiba aja, seseorang mendekap mulut aku, terus dia dorong aku masuk ke dalam rumah dari luar," ujar Zahira mengingat kejadian.
“Ardiansyah?” tanya Sarah, walaupun sudah bisa menebak jawabannya.
Zahira mengangguk pelan, “dia langsung dorong aku gitu aja, terus dia ngunci pintu dari dalam. Aku panik, teriak, dorong dia sekuat tenaga. Tapi dia makin neken. Aku bener-bener takut…”
Nadia menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca. Fitri mengepalkan tangan.
“Terus gimana lo bisa selamat?” tanya Sarah cepat.
Zahira berpura-pura berpikir sebentar, padahal bagian ini sudah ia siapkan. Kebohongan kecil yang harus ia jaga.
“Seseorang kebetulan lewat. Dengar aku teriak. Langsung dobrak pintu dan narik Ardiansyah. Habis itu… dia dihajar. Setelah itu, dia telepon polisi. Polisinya datang dan mengamankan si Ardianyah. Setelah masalahnya selesai, yang nolong aku pergi gitu saja."
“Ya Allah…” bisik Fitri, mengusap dada.
“Alhamdulillah banget ya lo selamat. Allah masih sayang banget sama lo,” ujar Nadia sambil menarik Zahira ke dalam pelukannya. Zahira membalas pelukan itu dengan mata terpejam. Sarah dan Fitri ikut mendekap dari samping, menciptakan lingkaran hangat yang seolah melindungi Zahira dari dunia luar.
Mereka berempat terdiam cukup lama. Pelukan mereka bukan sekadar bentuk simpati, tapi juga solidaritas dan cinta persahabatan.
"Maafin kita ya, enggak bisa nemenin Lo tidur di rumah Lo, kan Lo tahu sendiri keluarga kita juga gimana?" ujar Nadia merasa bersalah begitupula Sarah dan Fitri.
Zahira terharu, “enggak apa-apa, btw, makasih bangetya, kalian udah peduli sama aku…”
“Dan inget,” tambah Nadia dengan tegas, “kalau ada apa-apa, cerita ke kita duluan. Jangan sampai kita tahu dari orang lain. Itu nyesek banget, tahu enggak?”
Zahira mengangguk, “maaf, Nad. Aku cuma… bingung, takut jadi beban kalian.”
“Ra, kita sahabat, bukan beban,” jawab Sarah sambil menepuk lembut bahu Zahira.
*****
"Ting."
Sebuah notifikasi dari WhatsApp masuk, memecah keheningan kamar Zahira. Gadis itu sedang fokus mengerjakan tugas sekolah, dengan rambut yang diikat seadanya.
Perlahan, Zahira meraih ponselnya dan membuka pesan itu. Nama pengirimnya langsung membuat jantungnya berdebar setengah tak karuan.
Zayn.
Pesannya singkat, tapi cukup membuat dunia Zahira jungkir balik.
[Gue nginap di rumah lo ya malam ini]
Zahira membaca pesan itu dalam hati, ia menatap layar ponsel itu lama. Bibirnya menggigit ujung pulpen yang tadi digunakan untuk mencatat, sementara pikirannya melayang jauh.
Zahira tidak langsung membalas pesan itu. Ia teringat kembali, kalau Zayn nginap di rumahnya, Zayn pasti akan menjahili dia. Meski ia tidak bisa mengatakan ia seratus persen kesal kepada Zayn, tapi ia juga tidak mau terlalu dekat dengan Zayn. Jujur saja, ia takut Zayn macem-macem kepada dirinya. Meskipun mereka suami-istri, tapi mereka masih sekolah dan pernikahan mereka hanya sementara saja sampai ia tamat sekolah dan mandiri. Jadi, ia harus menjaga batasan dengan Zayn.
Di sisi lain, Zayn tengah rebahan santai di atas ranjang mewah kamarnya. Satu tangan menopang kepala, sementara tangan lainnya menggenggam ponsel. Matanya menatap dua centang biru yang menandakan Zahira telah membaca pesannya.
Tapi tidak ada balasan.
Zayn menghela napas "lah, cuman di-read doang, cuek banget sih jadi cewek," gumamnya sambil mengetik lagi.
[Zahira bales donk, gue nginap di rumah lu ya malam ini, gua males tidur di rumah gue]
Zayn kembali mengirimkan pesan susulan ke pada Zahira.
Zahira langsung membaca pesan itu.
"Nah kan, centang biru lagi, awas aja kalau enggak di balas lagi, gue samperin sekarang juga," gumam Zayn.
Zahira membaca pesan itu dengan perasaan tidak enak.
"Aku harus bales apa ya? Kalau aku larang, mana mungkin,biar gimana pun aku ini masih istrinya, dan rumah ini bahkan semua biaya hidupku dia yang tanggung. Ya Allah, aku harus apa ini," gumam Zahira menggenggam ponselnya erat.
"Ya elahhh, beneran cuman di read doang kan, cewek aneh emang ini," ujar Zayn. Beranjak dari tempat tidurnya, ia berganti pakaian, kemudian langsung bergerak menuju rumah Zahira.
Setelah setengah perjalanan, sebuah notif chat masuk.
"Ting..."
Zayn mengecek pesan itu, kebetulan ia masih berhenti di lampu merah.
[Maaf Zayn, aku lagi banyak tugas sekolah, lagi enggak bisa di ganggu. Nginapnya lain kali aja ya, lagian enggak baik kalau kamu sering-sering nginap di rumah aku] Itu adalah pesan wa dari Zahira.
"Enggak bisa, gue udah setengah perjalanan ini, enak aja nyuruh gue putar balik lagi," gumam Zayn, kemudian lampu merah berganti menjadi hijau. Ia pun melaju ke rumah Zahira.
"Lagian siapa bilang enggak baik sering-sering nginap, gue merasa baik-baik aja tuh," gumamnya lagi sambil mengendalikan stir.
mainan busehhh ati ati loh takut nya yang Lo anggap mainan jadi sesuatu yang berharga
lanjut Thor mau lihat seberapa hebat Zahira bisa melalui ini semua
dan cerita cinta di sekolah ini pastinya yg di tunggu ,,rasa iri, cemburu dll
apa sekejam itu Thor di sana ?
selipin cowok yg cakep Pari purna yg tertarik ma Zahira mau tau reaksi suami nya,,kalau ada seseorang yg suka pasti membara bak 🔥
ayah zayn atau ayah ardi?.
kalo ayah zayn..
apakah ingin zahira twrsiksa dan dibully di sekokah zayn?
apa gak kauatir klao terbongkar pernikahan mereka?
❤❤❤❤❤❤
atau carikan sekolah lain.
❤❤❤❤❤
use your brain