Kayla datang untuk menghadiri pesta pernikahan sepupunya. Namun, pernikahan itu menjadi pernikahan mendadak baginya karena sepupunya kabur dari rumah.
Untuk menutupi rasa malu pada tamu undangan, Ibu Kayla meminta Kayla menggantikan posisi sang sepupu. Dia tak ingin nama baik keluarga besar menjadi cemoohan tamu undangan.
Kayla tidak bisa menerima pernikahan ini, tapi demi mengabulkan permintaan sang ayah yang di paksa ibunya untuk membujuk Kayla, akhirnya dia terpaksa menerima takdirnya.
Dengan terpaksa dan hati yang luka Kayla melaksanakan permintaan sang ayah, pria terhebat dihidupnya.
Perjodohan ini mengantarkan mereka pada cinta pertama yang dulu sempat dikuburnya.
lanjut baca yukk...novel ini akan update setiap hari 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Ghina Fithri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Kayla kembali menarik tangannya saat melihat reaksi Raffa yang melirik tangan mereka. Namun, Raffa menahan tangan Kayla.
“Aku akan selalu menggenggam tangan ini, karena kamu adalah tanggung jawabku,” ujar Raffa membuat hati Kayla berbunga-bunga.
“Ayo!” ajak Raffa.
Raffa melangkah menuju parkiran mobil lalu diikuti oleh Kayla dengan wajah yang ceria.
Raffa memasukkan barang belanjaannya ke dalam bagasi mobil, dibantu oleh Kayla setelah itu mereka pun masuk ke dalam mobil.
Sebelum Raffa melajukan mobilnya, dia mengecek sabuk pengaman Kayla terlebih dahulu. Dia tak ingin sang istri kejedot dashboard seperti kejadian sebelumnya.
Melihat Raffa yang menoleh ke arahnya, Kayla menyadari apa yang harus dia lakukan. Dia langsung mengambil tali sabuk pengaman lalu memasangnya.
“Kamu udah makan?” tanya Raffa pada istrinya.
“Mhm, udah,” jawab Kayla.
“Mau makan dulu atau,-“ Raffa sengaja menggantung ucapannya.
Dia ingin Kayla berinisiatif mengajaknya makan atau sekedar mengobrol, agar mereka ada waktu untuk bersama.
“Gimana kalau kita makan bakso?” ajak kayla yang saat ini memang sedang berselera makan bakso.
“Boleh, di mana ya bakso yang enak?” gumam Raffa pelan tengah berpikir namun masih terdengar oleh Kayla.
“Bakso yang enak itu di jalan Pattimura, Bakso Pak Kumis,” celetuk Kayla memberi usul.
“Benarkah, ayo kita ke sana!” ajak Raffa.
Raffa pun melajukan mobilnya meninggalkan super market menuju jalan Pattimura untuk makan bakso. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Sepanjang perjalanan Raffa fokus mengendarai mobilnya sambil sesekali melirik ke arah istrinya yang kini tersipu malu. Wajahnya terlihat cantik dan anggun serta semakin bersinar karena hatinya tengah bahagia.
Lima belas menit perjalanan, mereka sampai di jalan Pattimura. Raffa menghentikan mobilnya tepat di depan pedagang bakso kaki lima yang memiliki spanduk bertuliskan Bakso Pak Kumis.
“Di sini?” tanya Raffa ragu.
“I-iya,” jawab Kayla.
“Ayo turun!” ajak Kayla sebelum Raffa berubah pikiran.
Kayla turun mobil terlebih dahulu, Raffa yang awalnya ingin menolak terpaksa mengikuti Kayla turun dari mobil.
“Kamu yakin makan di sini?” tanya Raffa.
Raffa yang terbiasa makan makanan di cafe, kantin atau restoran merasa enggan untuk ikut makan di tempat itu.
“Ayo!” Kayla menghampiri sang suami lalu menariknya masuk ke pondok bakso Pak Kumis itu.
“Mas, pesan baksonya 2 mangkuk!” seru Kayla setelah mereka mendapatkan tempat duduk kosong.
“Baik, Non!” sahut si pedagang bakso.
“Kamu yakin mau makan di sini?” tanya Raffa sekali lagi.
“Iya, kamu cobain deh, nanti kamu pasti bakal ketagihan,” ujar Kayla penuh percaya diri.
Tak berapa lama pesanan Kayla datang, si pedagang meletakkan 2 mangkuk bakso di depan Raffa dan Kayla.
“Cobain deh!” ujar Kayla dengan senyuman manisnya.
Melihat senyuman itu, Raffa tak lagi bisa menolak. Dia pun menyendokkan bakso yang ada di depannya ke dalam mulutnya.
“Gimana, enak?” tanya Kayla.
“Iya, enak banget!” seru Raffa memang merasakan kelezatan dari bakso tersebut.
“Makanya, kamu nggak percaya sih sama aku,” oceh Kayla sambil menyantap bakso yang ada di mangkuknya.
“Iya,” lirih Raffa menanggapi ocehan Kayla.
Mereka pun menikmati bakso tersebut dengan lahapnya.
“Kay!” panggil Raffa setelah dia menghabiskan isi mangkuknya.
“mhm,” gumam Kayla.
“Kamu masih ingat apa yang di bilang mama Arumi saat kita sarapan bareng keluarga?” tanya Raffa.
“Apa?Aku lupa,” jawab Kayla santai.
“Kamu lupa?” Raffa memastikan.
Kayla pun mengangguk.
“Kamu masih ingat, mama bilang kalau kamu panggil aku, tidak boleh dengan kata kamu?” ujar Raffa mengingatkan.
“Mhm,” gumam Kayla bingung.
“Mulai sekarang kamu tidak boleh memanggilku dengan kata kamu,” ujar Raffa.
“Lalu?” Kayla bingung dan malu.
“Kamu harus panggil aku dengan panggilan yang pantas!” ujar Raffa lagi.
Kayla semakin bingung bercampur malu, dia tahu apa yang sebenarnya diinginkan Raffa.
“Baiklah, A-abang,” ujar Kayla malu.
Dia menundukkan wajahnya yang kini telah bersemu. Paras cantiknya yang memerah seperti mengenakan blush on membuat Raffa tersenyum bahagia melihatnya.
“Nah itu bagus,” seru Raffa.
“Yuk, pulang!” ajak Raffa pada Kayla yang masih menunduk malu.
Raffa membayar tagihan baksonya pada si pedagang bakso. Setelah itu menarik tangan Kayla keluar dari pondok bakso itu dan membawa Kayla kembali ke asrama.
Keesokkan harinya, para mahasiswa yang mengikuti event perkemahan yang diadakan DEMA sudah berkumpul di lapangan depan gedung serba guna.
Di sana sudah berjejer tiga armada bus pariwisata yang akan membawa mereka ke kota hujan.
Kayla dan teman-temannya juga ikut berkumpul. Saat itu, Raffa membawakan Kayla sebuah tas yang berisikan segala kebutuhan Kayla yang dirasanya perlu.
“Nih, pastikan kamu di sana jangan ceroboh!” Nasehat Raffa pada Kayla sambil memberikan tas yang ada di tangannya.
“I-iya,” lirih Kayla.
Ketiga teman Kayla hanya memandangi sikap Raffa yang terlihat sangat perhatian pada sahabat mereka.
“Para mahasiswa diharapkan untuk memasuki bus yang telah tersedia!” Terdengar suara salah satu panita memberi pengumuman.
“Ya udah hati-hati!” ujar Raffa lalu dia mengelus lembut kepala Kayla.
Kayla mengangkat kepalanya, dia menatap dalam pada suaminya, seketika di ingin tetap berada di sana agar dapat menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Raffa.
“Yuk, Kay!” ajak Gita yang merasa iri dengan perlakuan Raffa pada Kayla.
Gita curiga pada Raffa dan Kayla, dia merasa ada hubungan sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua bukan sekedar saudara.
“Aku pergi,” ujar Kayla lalu dia meraih tangan Raffa.
Kayla menyalami tangan sang suami lalu menciumi punggung tangan imamnya itu.
“Hati-hati!” ujar Raffa sekali lagi.
Kayla mengangguk lalu dia melangkah mengikuti sahabatnya untuk menaiki bus yang telah tersedia.
“Kay, kamu ada hubungan apa sama pria yang bernama Raffa itu?” tanya Dian mulai penasaran setelah bus mulai berjalan.
Dian yang duduk di sebelah Kayla tak bisa menyimpan rasa penasarannya, dibenaknya kini mempertanyakan kedekatan Kayla dan Raffa.
“Sau,--“
“Kamu jangan bohong sama aku!” Dian memotong ucapan Kayla.
“Maksud kamu?” tanya Kayla malah bingung dibuatnya.
“Kalau kalian saudara, kenapa baru sekarang dia hadir dalam kehidupan kamu. Lagian sikap seorang saudara tidak mungkin seperhatian Raffa padamu,” ujar Dian.
“Kayla, aku merasa ada hubungan spesial yang terjadi di antara kamu dan pemuda itu.”
“Jika kalian berpacaran, tolong jangan bersikap seperti wanita luar yang mau disentuh oleh pria, kita sudah mempelajari ilmu agama. Dan kita juga memahami cara-cara dalam bergaul yang benar dengan lawan jenis.” Dian menasehati Kayla.
Dian mengira Kayla dan Raffa merupakan sepasang kekasih, dan sudah bergaul dengan cara yang salah. Mereka berdua telah menyalahi aturan agama.
"Maksud kamu?" Kayla bertanya dengan mata yang berkaca-kaca.
Bersambung . . .
.
.
.
.
Hai readers, terima kasih sudah membaca karya Author🙏🙏🙏
Tetaplah dukung Author dengan meninggalkan jejak berupa . . .
- Like
- Komentar
- Hadiah
dan
-Vote
Terima kasih atas dukungannya 🙏🙏🙏
