Alea, seorang gadis yang menjadi korban perkosaan di hotel tempat dimana ia bekerja. Alea yang kala itu sedang bertugas membersihkan salah satu kamar hotel karena dia merupakan seorang office girl, harus menerima kenyataan pahit ketika seorang laki-laki asing menjamahnya. Penderitaan tak sampai disitu, ketika Alea di paksa harus menikah dengan pria paruhbaya yang berkuasa di wilayahnya, dan hal yang lebih mengejutkan ketika Alea tahu jika orang yang telah menjadi suaminya adalah ayah dari laki-laki yang sudah tega menodainya. bagaimana Alea harus menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria bertopeng
Arthur meraih tangan Alea, dan menggenggam kedua tangannya. Sekali lagi dia mengutarakan keinginannya untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. "Aku akan menikahi mu."
Alea terperangah mendengar ucapannya. "Tuan Arthur jangan asal bicara. Aku tidak ingin ada orang yang mendengar lelucon Tuan." Alea menepis tangannya.
"Ini bukan sebuah lelucon. Tapi aku serius!" ucap Arthur.
Tap. Tap. Tap.
Suara langkah kaki itu berhenti dibalik pintu, tak jauh dimana Arthur dan Alea berada. "Kak Arthur sedang apa dengan wanita itu?" batin Rachel. Dia pun menempelkan telinganya ke pintu berharap bisa mendengar pembicaraan mereka.
"Tidak ada yang perlu dipertanggung jawabkan, karena..." Alea menggantung ucapannya di tenggorokan ketika dia melihat seseorang dibalik pintu sedang mengintipnya dengan Arthur.
Tahu kalau Alea melihat kearahnya, dengan cepat Rachel menempelkan punggung agar Alea tidak melihatnya. Tapi dia tidak tahu, kalau dress panjangnya telah terlihat oleh Alea.
"Rachel?" batin Alea. "Sejak kapan Rachel disitu? Apa tadi dia mendengar semua pembicaraan aku dan tuan Arthur?" batin Alea. Dia termangu, namun kemudian dia melempar pandangan kearah lain dan berpura-pura tidak melihatnya.
"Karena apa?" tanya Arthur, saat Alea tak kunjung melanjutkan ucapannya.
"Ya, karena tidak ada yang perlu dipertanggung jawabkan. Lagi pula Tuan Arthur juga sudah meminta maaf soal poto itu." Alea mengalihkan pembicaraan.
"Poto? Apa kau sedang menyindirku soal poto itu?" tanya Arthur. "Ku akui, memang aku yang telah mengambil poto mu dengan Dylan waktu itu. Tapi bukan aku yang menunjukkan poto itu pada ayah, bukankah aku juga sudah menjelaskannya kepadamu."
"Kalau bukan Tuan Arthur, lalu siapa? Bukannya yang punya poto itu hanya Tuan Arthur saja."
Arthur tertegun sejenak mendengar perkataan Alea. "Aku akan mencari tahu itu nanti. Tapi balik lagi kearah pembicaraan kita tadi. Kalau aku serius ingin me__" Refleks Alea langsung menutup mulut Arthur dengan tangannya. Alea pun mencondongkan tubuhnya mendekati wajah Arthur sehingga dia berpikir kalau Alea akan menciumnya.
"Ada yang sedang menguping pembicaraan kita dari balik pintu," bisik Alea.
Arthur diam terpaku saat hembusan nafas Alea berhembus di telinganya. Dia mengamati setiap Rinci wajah Alea yang tampak sangat begitu cantik. "Kenapa aku baru menyadarinya kalau dia itu ternyata sangat cantik," batin Arthur.
"Tuan?" suara Alea membuyarkan lamunannya.
Arthur terhentak kaget, dia terlihat salah tingkah. Dia pun menoleh kearah pintu. Dan benar saja! Seseorang memang sedang menguping pembicaraan mereka. Arthur pun menghampiri nya. "Uhuk-uhuk!" Arthur berpura-pura batuk sehingga membuat Rachel terkejut.
"K-kak Arthur! Se-sedang apa Kakak disini?" Rachel tampak gelagapan.
"Justru aku yang seharusnya bertanya. Sedang apa kau disini?" Arthur menatapnya dengan tajam.
"Tadi aku..."
"Tadi apa? Apa kau sedang menguping pembicaraan ku?" Arthur melangkahkan kakinya lebih dekat kepada Rachel sehingga hanya tersisa jarak beberapa sentimeter saja antara dia dan Rachel.
"Jantung ku berdegup sangat kencang ketika kak Arthur menatapku seperti itu. Kak Arthur tampan sekali kalau dilihat dari jarak sedekat ini," batin Rachel.
"Heh? Kenapa diam saja?"
"Em, aku..." Rachel kehilangan akal untuk beralasan.
"Sudahlah Tuan. Mungkin tadi Rachel tidak sengaja hanya lewat," ucap Alea setelah mendekati keduanya.
"Aku iri. Kenapa kak Arthur dan Alea bisa sedekat ini, padahal dulu kak Arthur sangat membenci Alea." batin Rachel menatap sinis kepada Alea.
***
Malam hari. Alea mondar-mandir di kamarnya, karena kepikiran dengan ucapan Arthur yang mengatakan kalau dia akan menikahinya. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu? Sementara Alea tahu kalau Arthur itu pacar Calista, yang sekarang sudah menjadi teman baiknya. Lagi pula yang Alea tahu, kalau Arthur dan Calista itu saling mencintai dan mereka juga pasangan yang sangat serasi.
Di tengah-tengah lamunannya, tiba-tiba Alea melihat sosok bayangan hitam berjalan melewati jendela kamarnya. Karena penasaran Alea membuka gorden dan membuka pintu jendela. Terlihat seseorang sedang mencongkel pintu jendela kamar Arthur dengan menggunakan linggis.
"Tuan Arthur sedang apa ya?" batinnya pun bertanya. Ada sesuatu yang janggal, akhirnya Alea memberanikan diri untuk mendekatinya secara diam-diam.
Treng!
Setelah berhasil mencongkel pintu jendela, orang itu membuang linggisnya ke sembarang arah.
Alea masih menatap heran gerak-geriknya. "Itu tuan Arthur bukan ya?" Perlahan Alea melangkahkan kaki lebih dekat kearah jendela kamar Arthur, dan mengintipnya. Betapa terkejutnya dia, saat melihat Arthur yang hendak ditikam oleh seseorang yang barusan masuk kedalam kamarnya. "Tuan Arthur," gumamnya.
Saat ini posisi Arthur ada dibawah, sedang menahan pisau yang hendak ditancapkan orang itu. Karena saat pria itu masuk, Arthur sedang dalam keadaan tidur di ranjang.
Takut terjadi sesuatu kepada Arthur, Alea pun membantunya dengan cara menarik rambut pria itu agar menjauhi Arthur. "Lepaskan dia!" hardik Alea.
"Argh!" Pria itu tampak meringis saat rambutnya di jambak Alea. Seketika pria itu menggoreskan pisau yang ada ditangannya kearah pergelangan Alea agar dia berhenti menjambaknya.
"Ah!!!" Alea pun meringis kesakitan. Melihat itu, Arthur langsung menendang tubuh pria itu sehingga membuatnya tersungkur. Tak ingin diketahui oleh Arthur pria bertopeng itu pun segera melarikan diri. Arthur hendak mengejarnya, namun niatnya urung saat melihat tangan Alea bersimbah darah.
"Alea." Arthur pun menggendong tubuhnya, lalu membawanya kerumah sakit.
*
"Bagaimana keadaannya?" tanya Arthur yang terlihat sangat mencemaskan Alea.
"Keadaannya sudah jauh lebih baik! Pasien hanya memerlukan sedikit transfusi darah, dan besok pagi pasien sudah bisa dibawa pulang."
"Baik. Terima kasih dokter." Arthur pun masuk kedalam ruangan VIP tempat dimana Alea dirawat.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak sadar, kalau tindakkan yang kau lakukan itu bisa mengancam keselamatan mu sendiri?" ujar Arthur kepada Alea dengan tatapan dinginnya.
"Aku tidak ingin pria itu membunuh mu," jawab Alea pelan.
"Kenapa? Apa kau begitu takut kehilanganku, sehingga kau nekad mempertaruhkan nyawamu?" tanyanya dengan tatapan mematikan.
Alea langsung membelalakkan matanya mendengar ucapan Arthur. "Biarpun bukan Tuan Arthur yang ada diposisi itu, pasti aku juga akan menolongnya. Siapapun itu."
"Hhh. Kau mematahkan perasaanku," desis Arthur membuang nafasnya dengan kasar.
"Aku harus pulang." Alea hendak beranjak dari tempat tidurnya, namun Arthur melarangnya.
"Malam ini kau harus beristirahat total disini. besok pagi baru boleh pulang." Ujar Arthur.
Alea tertegun sejenak. Dia pun menatap kepada Arthur. "Tuan tidak pulang?"
Arthur merebahkan tubuhnya disofa yang ada di ruangan itu. "Aku akan menemanimu disini."
"Apa tuan mengenal pria itu?" tanya Alea.
"Bagaimana aku bisa mengenalinya, bukankah kau juga tahu, kalau pria itu mengenakan topeng." Sahut Arthur.
"Penjagaan di mansion Bratajaya itu kan sangat ketat. Kok bisa ada orang yang bisa menyelinap masuk tanpa ketahuan." Ucap Alea.
Arthur tertegun mendengar perkataan Alea yang menurutnya ada benarnya juga. Bagaimana bisa seseorang masuk tanpa ketahuan? mungkinkah para penjaganya itu ketiduran?