Dalam kehidupan sebelumnya, Xin Yi tidak pernah mengerti. Mengapa Gu Rui, yang disebut sebagai Putri satu-satunya keluarga Gu, selalu membidiknya.
Selalu merebut apa yang jadi miliknya, dan berusaha mengalahkan nya disetiap hal yang ia lakukan.
Tidak sampai suatu hari, Xin Yi menemukan catatan lama ibunya.
Dia akhirnya mengerti, bahwa yang sebenarnya anak kandung Tuan Gu adalah dirinya...
" Xin Yi, matilah dengan tenang dan bawa rahasia itu terkubur bersama tubuhmu. "
Gu Rui membunuhnya dengan kejam, merusak reputasinya, mencuri karya miliknya, dan memfitnah nya sebagai putri palsu yang hanya ingin menipu harta ayahnya.
....
" Tunggu, jadi maksudnya aku adalah Xin Yi itu sekarang.. "
Xi Yi, seorang pemenang penghargaan aktris terbaik selama lima tahun berturut-turut.
Harus kehilangan nyawanya akibat ditikam sampai mati oleh fans fanatiknya.
Dia kemudian terlahir kembali sebagai Xin Yi didunia yang lain.
Dia adalah seorang aktris, mampukah dia berubah menjadi Xin Yi Idol.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Gu Ru berubah, Tim yang Solid
Setelah tantangan sebelumnya, suasana di ruang latihan tim Gu Rui terasa tegang namun penuh semangat. Kali ini, mereka diberi tantangan yang lebih sulit: mengaransemen ulang lagu tradisional menjadi sesuatu yang lebih modern, dan mereka tahu ini adalah kesempatan untuk membuktikan diri. Gu Rui, yang selama ini dikenal dengan sikap manja dan egois, kini menunjukkan sisi yang berbeda. Di depan timnya, dia terlihat lebih serius dan berusaha untuk memimpin dengan baik.
Anggota tim Gu Rui kali ini terdiri dari dirinya sendiri, Li Anya yang memiliki bakat vokal luar biasa, Wei Xian yang jago dalam rap, dan dua penari berbakat, Ji Hong dan Mei Ling. Setiap anggota tim memiliki keahlian yang kuat, namun yang paling penting adalah mereka mulai belajar untuk bekerja sama, meski sempat ada ketegangan di awal.
Gu Rui terlihat lebih dewasa, meski tetap mempertahankan sikap sedikit manja yang kadang membuat timnya gemas. Namun kali ini, dia tidak terlalu fokus pada dirinya sendiri. Setelah mendengar ide dari anggota timnya, dia menyadari bahwa ini adalah kesempatan untuk memperlihatkan potensi mereka sebagai satu kesatuan.
“Ayo, kita buat yang terbaik. Jangan biarkan apapun menghalangi kita,” ujar Gu Rui, memberikan semangat kepada timnya. “Kita punya potensi untuk mengalahkan mereka.”
Li Anya, yang biasanya lebih pendiam, mengangguk penuh semangat. “Kita bisa melakukannya. Aku yakin kita punya suara yang cukup kuat untuk mengubah lagu tradisional ini jadi sesuatu yang luar biasa.”
Wei Xian, yang lebih suka berada di belakang layar, melontarkan ide cemerlang. “Bagaimana kalau kita tambahkan rap di bagian tengah? Bisa memberi sentuhan modern pada lagu ini.”
Mei Ling dan Ji Hong, kedua penari, langsung mulai memikirkan koreografi yang sesuai dengan perubahan musik yang akan mereka buat. “Kita bisa menambahkan beberapa gerakan tradisional yang dipadukan dengan tarian kontemporer,” kata Mei Ling.
Gu Rui tersenyum, merasa timnya mulai solid. “Bagus, kita punya ide yang kuat. Sekarang mari kita buat mereka terkejut.”
Latihan mereka dimulai dengan penuh energi. Gu Rui memimpin timnya dengan penuh percaya diri, meski terkadang ada beberapa ketegangan kecil. Li Anya, yang memiliki suara indah, memberikan kontribusi besar dalam aransemen vokal, sementara Wei Xian menambahkan rap yang mengalir dengan sempurna. Ji Hong dan Mei Ling, meskipun sempat ragu dengan gerakan baru, akhirnya menemukan keseimbangan antara tradisi dan modernitas dalam tarian mereka.
Tantangan terbesar bagi tim Gu Rui adalah menyatukan elemen-elemen yang berbeda: vokal yang lembut, rap yang energik, dan tarian yang dinamis. Namun, mereka tidak menyerah. Setiap kali ada kesalahan, Gu Rui akan dengan cepat mengoreksi dan memberi semangat pada timnya.
“Ini bukan hanya tentang siapa yang terbaik di sini,” kata Gu Rui suatu kali saat latihan. “Ini tentang kita bekerja sama sebagai tim. Kita harus menunjukkan pada dunia bahwa kita bisa melakukan lebih dari yang mereka kira.”
***
Seiring dengan latihan yang semakin intens, perhatian mereka beralih pada kostum panggung. Gu Rui ingin tampil dengan sesuatu yang berbeda dari biasanya, dan kali ini dia menginginkan sesuatu yang elegan namun modern. Kostum yang dipilih mencerminkan kekuatan dan keanggunan, dengan sentuhan warna emas dan hitam yang mencolok.
Namun, di balik kostum yang dirancang untuk menunjukkan kehebatan tim mereka, ada sedikit ketegangan di antara anggota tim. Gu Rui, meskipun terlihat lebih terbuka, masih kadang menunjukkan sikap dominannya, dan hal ini kadang membuat anggota tim lainnya merasa sedikit tertekan.
Li Anya, yang sebelumnya lebih suka bekerja di belakang layar, mulai merasa lebih percaya diri dalam tim ini. “Kita bisa mengalahkan mereka, Gu Rui. Kita punya sesuatu yang lebih dari sekedar bakat.”
Gu Rui menatapnya dengan serius, lalu tersenyum. “Aku tahu. Kita akan menunjukkan pada mereka siapa yang sebenarnya pantas menang.”
Semakin lama, tim Gu Rui semakin solid. Mereka mulai percaya pada satu sama lain, dan Gu Rui pun mulai lebih menghargai kontribusi setiap anggota tim. Meski sempat ada ketegangan, mereka belajar untuk bekerja sama dan saling mendukung.
Tim ini mungkin berbeda dengan tim Xin Yi dalam hal dinamika, namun mereka memiliki kekuatan yang sama: kerja keras, bakat, dan keinginan untuk menang. Gu Rui tidak lagi hanya berpikir tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang bagaimana membawa timnya ke puncak.
Ketika hari penampilan semakin dekat, persaingan antara tim Gu Rui dan tim Xin Yi semakin ketat. Meskipun keduanya memiliki kekuatan dan keunikan masing-masing, keduanya juga tahu bahwa hanya satu tim yang bisa keluar sebagai pemenang.
Namun, Gu Rui tidak takut. Dia tahu timnya kini lebih solid dari sebelumnya, dan mereka siap menghadapi tantangan besar yang ada di depan. “Kita akan menunjukkan pada mereka siapa yang sebenarnya layak untuk menang,” kata Gu Rui dengan percaya diri.
Tim Gu Rui pun bersiap untuk penampilan mereka, dengan semangat yang tak terbendung. Mereka tahu, meskipun persaingan ini sengit, mereka telah menjadi tim yang kuat, dan kali ini, mereka tidak akan mudah menyerah.
***
Setelah latihan yang melelahkan, Gu Rui duduk di ruang tamunya, matanya lelah namun penuh tekad. Dia memandang kosong ke luar jendela, pikirannya berkecamuk tentang bagaimana caranya bisa mengalahkan tim Xin Yi yang semakin kuat. Meskipun dia merasa timnya sudah mulai menunjukkan sinyal kemajuan, ada sesuatu yang masih terasa kurang. Suasana di timnya kadang terasa tegang, dan dia tahu itu semua berasal dari dirinya sendiri. Dia harus memimpin, tetapi dengan cara yang berbeda.
Tiba-tiba, ponselnya berdering. Itu adalah panggilan dari ayahnya, Gu Lan. Gu Rui mengangkat telepon dengan cepat, berharap bisa mendapatkan sedikit nasihat dari pria yang selalu dia kagumi.
"Gu Rui," suara ayahnya terdengar tenang namun tegas. "Aku mendengar dari beberapa sumber bahwa timmu sedang menghadapi beberapa masalah. Apa yang terjadi?"
Gu Rui menghela napas, merasa frustrasi. "Aku tahu, Ayah. Aku berusaha keras untuk memimpin tim ini, tapi sepertinya ada sesuatu yang salah. Beberapa anggota tim merasa canggung, dan aku tidak tahu bagaimana membuat semuanya berjalan lebih lancar."
Gu Lan terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Gu Rui, jika kau ingin memimpin, kau harus belajar menurunkan sedikit egomu. Kau terlalu fokus pada dirimu sendiri dan bagaimana memenangkan kompetisi ini. Ingat, seorang pemimpin yang baik bukan hanya yang memimpin dengan kekuatan, tetapi dengan kebijaksanaan. Kau harus mendengarkan anggota timmu, memahami mereka, dan memberi mereka ruang untuk berkembang."
Gu Rui terdiam. Kata-kata ayahnya seperti tamparan yang menyadarkannya. Selama ini dia terlalu fokus pada ambisinya sendiri, ingin menjadi yang terbaik, tetapi dia lupa bahwa tim yang solid adalah tim yang saling mendukung satu sama lain.
"Apa yang harus aku lakukan, Ayah?" tanya Gu Rui dengan suara pelan, merasa lebih rendah hati dari sebelumnya.
Gu Lan menjawab dengan bijak, "Cobalah untuk lebih terbuka dengan timmu. Berikan mereka kesempatan untuk berbicara, dengarkan pendapat mereka, dan buat mereka merasa dihargai. Jika kau bisa menjadi pemimpin yang memberi ruang bagi orang lain untuk berkembang, mereka akan lebih menghargaimu. Selain itu, jangan takut untuk menunjukkan kerendahan hati. Kadang-kadang, kemenangan terbesar datang dari kemampuan untuk bekerja sama, bukan hanya mengandalkan kekuatan pribadi."
Gu Rui merasa ada sesuatu yang terbangun dalam dirinya. Kata-kata ayahnya membuka matanya bahwa dia tidak bisa terus bertindak seperti ini. Dia harus belajar untuk menjadi pemimpin yang lebih baik, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk timnya juga.
Setelah percakapan itu, Gu Rui merasa lebih tenang dan lebih siap menghadapi tantangan yang ada. Dia mulai memikirkan bagaimana caranya memperbaiki dinamika timnya. Tidak ada lagi tempat untuk kesombongan atau ketegangan yang tidak perlu. Kini, dia akan fokus pada bagaimana mengarahkan timnya untuk bekerja sama dengan lebih solid.
***
Keesokan harinya, Gu Rui mengumpulkan timnya untuk latihan. Dengan semangat yang baru, dia memulai dengan sebuah pernyataan yang mengejutkan anggota timnya.
"Kali ini, kita akan melakukannya berbeda," kata Gu Rui dengan tegas namun lembut. "Aku ingin kalian semua berbicara lebih banyak. Aku tahu kita semua punya ambisi masing-masing, tapi kita harus saling mendukung. Jika kita ingin menang, kita harus menjadi tim yang solid, bukan hanya individu yang bersaing satu sama lain."
Duh siapa itu kak, apa bakal ada penguntit dirumah xin yi?