Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Pagi di istana terasa semakin menyesakkan. Cedric, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, kini menjadi lebih mudah terpancing emosi.
Denting cangkir pecah menghantam lantai marmer istana. Cedric berdiri dengan rahang mengatup keras, matanya yang biasanya tenang kini membara dalam kemarahan yang hampir tak terkendali.
"Cedric, mengamuk tidak akan membawa istrimu kembali", ucap Raja
Di sisi lain, Ethan tetap diam. Ketika dia mendengar kabar Lyra menghilang, dia segera kembali ke istana.
Wajah Ethan sangat tenang, seperti tidak ada kemarahan dan kekhawatiran. Dia hanya menatap peta besar yang terbentang di hadapan nya, jari-jarinya mengikuti garis-garis yang menunjukkan perbatasan kerajaan.
Jika Cedric adalah badai, maka Ethan adalah air yang mengalir, pelan tapi pasti mencari celah.
Tidak seperti Cedric yang mengirim pasukan besar untuk menyisir daerah demi daerah, Ethan memilih pendekatan berbeda.
Dia tidak percaya bahwa musuh akan menyembunyikan Lyra di tempat yang mudah ditemukan. Terlalu banyak perhatian yang tertuju pada pencarian ini, dan itu hanya akan membuat penculik semakin berhati-hati.
Ethan menghubungi jaringan mata-matanya. Orang-orang yang bekerja di bawah bayangan, yang mendengar lebih banyak bisikan dibanding siapa pun di kerajaan ini.
Ethan menatap Cedric sekilas, kemudian memasukkan selembar kertas catatan nya ke balik jubah.
"Ayahanda, saya akan bergabung dalam pencarian ini", ucap Ethan pada Raja.
Raja hanya mengangguk sebagai jawaban. Sementara Cedric menatap adik bungsunya tidak suka.
...****************...
Malam itu, seorang informan datang ke kedai pinggir kota. Seorang pedagang keliling yang sering berpindah kota. Setelah membeli hormat,.dengan suara pelan, pria itu berkata,
"Yang Mulia, ada yang aneh di desa perbatasan sebelah timur. Beberapa hari lalu, ada orang asing yang datang dan tampak mencurigakan. Mereka membeli banyak makanan dan kain. Setiap harinya mereka membeli barang yang sama, tapi orang yang membeli selalu berbeda".
Ethan memicingkan matanya. Itu adalah pola yang mencurigakan. Orang biasa yang datang ke desa tidak akan begitu berhati-hati, kecuali mereka menyembunyikan sesuatu.
"Baik, berikan laporan mu setiap hari", ucap Ethan.
Pria itu mengangguk dan pergi dari sana, sembari membungkuk hormat.
'Aku pasti akan menyelamatkan mu bagaimana pun caranya, Lily', batin Ethan, matanya menatap tajam.
...****************...
Keesokan harinya, Ethan mengenakan pakaian sederhana, jauh dari kemewahan seorang Pangeran. Ethan tidak ingin menyia-nyiakan waktu.
Dia memutuskan untuk pergi sendiri, menyamar sebagai pedagang. Hanya ada satu orang kepercayaan nya yang ikut, seorang Ksatria yang telah lama bekerja untuknya.
"Kita tidak akan langsung bertanya", ucap Ethan ketika mereka menaiki kuda, "amati dulu, cari tahu siapa saja yang mencurigakan. Jika mereka benar-benar menyembunyikan sesuatu, mereka pasti waspada".
"Ya, Yang Mulia", jawab Ksatria itu.
Perjalanan ke desa itu memakan waktu setengah hari. Begitu tiba, Ethan segera menyusuri jalanan yang dipenuhi pedagang dan petani. Dia melihat ke sekeliling dengan saksama, mencari sesuatu yang tidak biasa.
Tak butuh waktu lama sebelum matanya menangkap sekelompok pria yang duduk di sudut kedai, berbicara dengan suara rendah. Mereka tidak terlihat seperti warga desa biasa. Postur mereka tegap, gerakan mereka terlalu terlatih untuk seorang petani.
Ethan memutuskan untuk duduk di meja yang cukup dekat, berpura-pura menikmati makanan nya. Dia menangkap potongan-potongan pembicaraan mereka.
"Dia lebih keras kepala dari yang kita kira... sama sekali tidak mau bekerja sama…".
"Tidak masalah. Kita hanya perlu bersabar sedikit lebih lama…".
Darah Ethan berdesir. Dia yakin pembicaraan itu tentang Lyra.
Saat malam tiba, Ethan mengikuti salah satu pria itu ke luar desa. Dia menyusuri jalan setapak yang menuju ke arah hutan. Dengan penuh kehati-hatian, dia terus membuntuti sampai pria itu tiba di sebuah bangunan tua yang tersembunyi di antara pepohonan.
Ethan bisa merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Dia telah menemukan tempat itu. Tapi bagaimana cara masuk ke dalam?
Dia tidak bisa gegabah. Jika dia ketahuan, keselamatan nya bisa terancam, dan Lyra mungkin akan dipindahkan ke tempat lain sebelum dia sempat menyelamatkan nya.
Ethan merayap di sekitar bangunan, mencari celah. Ada jendela kecil di bagian belakang, cukup tinggi untuk menyulitkan siapa pun yang ingin mengintip ke dalam. Tetapi dengan sedikit usaha, dia berhasil memanjat dan mengintip.
Pemandangan di dalam membuatnya menahan napas.
Di sudut ruangan, Lyra duduk di atas lantai dingin. Wajahnya tampak pucat, tetapi matanya masih bersinar penuh tekad. Tangan nya terikat, tetapi dia tidak terlihat seperti orang yang menyerah begitu saja.
Ethan mengepalkan tangan. Dia harus mencari cara untuk masuk tanpa membahayakan Lyra. Dia tidak bisa bertindak terburu-buru. Jika dia melakukan nya dengan salah, maka semua ini akan sia-sia.
Tapi satu hal yang pasti, dia tidak akan pulang tanpa membawa Lyra.
...****************...