Kedua orangtuanya Clara meninggal, ayahnya meninggal karna sakit-sakitan. Setelah dua bulan kepergian ayahnya, Ibunya Clara pun meninggal dunia karna sakit kanker. Karna kedua orangtuanya meninggal Clara harus menggantikan kedua orangtuanya bekerja sebagai pembantu, namun saat Clara sedang menunggu bus di halte untuk pergi ke rumah tujuannya, tiba-tiba Clara diculik dan dibawa ke sebuah hotel hingga dirinya diperkosa oleh orang tak di kenal hingga hamil diluar nikah.
Saat tau dirinya hamil, Clara mencari pekerjaan lain dan tidak jadi ke rumah bos orang tuanya. Di sana Clara bertemu dengan seorang pria tampan yang akan menjadi majikannya, namun banyak keanehan dengan sikap tuan majikannya terhadap dirinya, majikannya seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
Rahasia apakah yang disembunyikan tuannya Clara?
Akankah Clara bakal bertemu dengan pria yang telah memperk*sanya? Dan apakah setelah bertemu dengan pria itu, Clara akan pergi jauh dari pria itu dengan membawa anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bikin rencana
Dua Minggu kemudian....
Hari ini adalah jadwal cek up kandungan Clara, usia kandungannya sudah 5 bulan lebih 2 minggu. Clara begitu tidak sabar menantikan buah hatinya terlahir ke dunia.
Pemeriksaan kali ini ia mengambil foto USG juga, Clara memang suka mengoleksi foto USG kedua anaknya jika cek up.
"Kamu ingat kan kata dokter, harus banyak gerak. Vitamin juga harus tetep di minum sama satu lagi jangan terlalu over makannya, karena kata dokter takutnya nanti kamu mengalami kenaikan berat badan yang begitu drastis saat kehamilan usia 7 bulan dan membuat bayi kita harus terpaksa di keluarkan, kasian kan jika harus lahir sebelum waktunya." ucap Devan panjang lebar setelah mereka Pulang dari rumah sakit.
Clara menoleh menatap suaminya yang tengah menyetir sekarang.
"Tapi mas yang suruh aku diem aja, nggak boleh melakukan pekerjaan rumah. Kalau diam aja ya aku bosen,jadi aku makan terus untuk mengurangi rasa bosan."
"Ck, itu kamu saja yang malas Clara. Aku memang melarang kamu untuk melakukan pekerjaan rumah tapi aku sudah menyuruh kamu untuk ikut senam hamil, kan? Terus kamu bilang bosan senam hamil enak tiduran terus. Siapa yang bilang kayagitu kemarin?"
Clara tersenyum malu, memang ia sendiri yang malas-malasan untuk gerak. Mau bagaimana lagi ia merasa ngantuk terus-menerus dan malas untuk melakukan apa-apa. Ia hanya olahraga pagi di halaman rumah dengan berjalan-jalan mengelilingi taman ditemani oleh Mira, lalu malamnya ia juga olahraga lagi dengan Devan dan yang pasti olahraga istimewa. Sudah hanya itu saja kegiatannya setelah menjadi istri Devan.
"Bolehin aku masak lagi ya mas." pinta Clara dengan nada memohon.
"Oke, tapi harus hati-hati, awas saja kalau sampai ceroboh lagi."
Dira mengangguk tersenyum senang. Ia jadi mengingat kejadian satu minggu yang lalu. Karena kecerobohannya menumpahkan minyak di lantai membuatnya hampir terpleset, untung saja ada suaminya waktu itu, Devan yang baru pulang dari kantor langsung mencegahnya saat akan terjatuh. Jadi dari situlah awal mula dirinya tidak di ijinkan untuk memasak.
***
Hari ini mansion tampak sepi, Mira yang sudah pulang dari Singapura satu minggu yang lalu kali ini sedang pulang ke mansionnya sendiri. Sedangkan para pembantu mungkin sedang bekerja di belakang.
"Mas, nggak kembali ke kantor?" tanya Clara yang sudah duduk disofa.
Devan malah merebahkan kepalanya di pangkuan Clara dan wajahnya menghadap perut buncit Clara.
"Aku tidak ada pekerjaan apapun hari ini, semuanya sudah di handle oleh Rio," jawab Devan.
Devan mendekatkan telinganya pada perut Clara, ia bisa merasakan tendangan halus dari anak-anaknya. Mereka selalu merespon jika dirinya elus-elus seperti ini ataupun saat ia cium.
"Kalian sedang apa di dalam sayang?" tanya Devan sembari mencium perut Clara berkali-kali.
Wanita hamil itu tersenyum lebar karena bahagia melihat sikap Devan yang begitu menyayangi anak-anaknya padahal anak yang sedang di kandung kan bukan anak Devan. pikir Clara.
"Mas Devan kenapa sangat menyayangi anak-anak aku? Mereka kan bukan anak kandung mas," ucap Clara sambil jari jemarinya menyisir rambut hitam Devan.
"Mereka anak aku juga Clara."
"Tapi kan mereka bukan mas yang bikin," kata Clara dengan wajah polosnya.
"Aku yang udah menyumbang spermanya Clara," batin Devan.
"Mereka sudah aku anggap seperti anak kandung aku sendiri, apa kamu keberatan?" tanya Devan.
"Nggak mas, aku malah senang," ucap Clara cepat.
"Karena aku sudah bikin kamu senang layani aku sekarang."
"Di sofa ini mas?" tanya Clara tak percaya.
Devan mengangguk, ia lalu bangkit dari rebahannya dan merebahkan tubuh Clara di sofa yang panjang dan lebar ini.
Clara hanya diam menatap suaminya yang tengah membuka jas dan kemejanya hingga menjadi telanjang dada, dan perut kotak-kotaknya terlihat.
"Nanti ada orang lihat mas." ujar Clara gugup karna takut orang-orang yang dimansion pada tau dan melihatnya.
"Tenang sayang, pembantu sedang berada di belakang semua."
Pipi Clara memerah saat mendengar panggilan Devan.
Devan mulai membelai wajah Clara yang sudah memerah, ia suka sekali mengelus wajah Clara yang halus dan pipinya yang begitu kenyal, dan satu lagi yang membuat Devan terlena yaitu wanginya, wangi vanilla yang mampu membuat libidonya meningkat.
Mata Devan tertuju pada bibir merah muda milik Clara, ia langsung menempelkan bibirnya pada bibir Clara dan langsung di balas dengan lumatan aktif oleh Clara. Wanita cantik itu memang sudah semakin handal dalam berci*man karena sering di latih oleh Devan selama ini.
"Emhhh," desahan keluar dari mulut Clara saat Devan menyentuh dadanya dari luar baju.
Ting.... tong....
Suara bel berbunyi membuat Clara menghentikan lumatanya, tapi tidak dengan Devan yang masih aktif melum*t bibirnya dan tangannya juga masih aktif mer*mas-rem*s dengan gemas.
Clara mencoba mendorong tubuh Devan saat bunyi bel terus berbunyi berulang-ulang, jika tidak segera di bukakan takutnya nanti para pembantu yang ada di belakang akan membuka pintunya dan otomatis kelakuannya ini akan ketahuan.
Ting... Tong....
Devan yang sepertinya mulai terganggu melepaskan cium*nnya dan ia mendesah kesal.
"Akan aku bunuh dia yang sudah mengangguku!" ucap Devan dengan kesal. Pria itu kemudian bangkit dari atas tubuh Clara dan berjalan ke arah pintu lalu membukanya, sedangkan Clara sedang merapikan penampilannya kembali.
"Hello, apa kabar bro." sapa Rey yang datang dengan seorang gadis seumuran dengan Clara.
"Kak sepertinya kita datang di waktu yang tidak tepat ya?" tanya gadis itu sembari tersenyum kecil melihat Devan.
"Biarkan saja, lagian anaknya udah jadi masih di isi terus." sindir Rey.
"Karena gua masih memiliki sisi baik, maka gua persilahkan kalian untuk masuk," ucap Devan dengan menahan kesal, apalagi saat melihat wajah Rey-teman sekaligus rekan kerjanya itu-wajahnya benar-benar menyebalkan.
"Om, Claranya ada?" tanya gadis itu dengan sangat bersemangat, seakan tidak sabar untuk bertemu.
"Ada di dalam, silakan masuk."
"Hai Clara, how are you?"
Suara yang cukup familiar di dengar oleh Clara membuat wanita itu langsung menatap ke arah sumber suara.
Ia langsung berdiri dari duduknya dan tersenyum lebar sembari berjalan cepat menuju ke arah gadis itu.
Devan sudah melotot kan matanya saat melihat Clara berjalan begitu cepat, ia meringis merasa cemas dan takut jika Clara terjatuh nanti.
"Huuuu ya ampun Bella," ucap Clara kegirangan sambil memeluk sahabat barunya itu walaupun terhalang oleh perutnya.
Sekarang Clara sudah mempunyai teman yaitu Bella adik Rey. Saat waktu pulang dari kantor Devan, Clara tak sengaja bertabrakan sama Bella dan dari situ mereka berkenalan. Lama-kelamaan mereka menjadi dekat.
"Gimana kabar kamu?" tanya Clara sambil melepaskan pelukannya.
"Aku baik Clara, kamu gimana?" tanya Bella sambil melihat Clara dari atas sampai bawah. Sahabatnya ini terlihat semakin cantik dan berkelas. Gaya pakaiannya dan make up sudah sangat elegan seperti orang kaya. Skincare nya juga pasti tidak sembarangan.
"Aku baik sekali Bella. Oh ya, ayo duduk Bella, om Rey juga ayo duduk." ajak Clara.
Mereka semua duduk di sofa.
Devan duduk di samping Clara.
"Bagus ya, kamu mau lihat jantung aku copot saat tadi lihat kamu berjalan cepat. Aku takut kamu jatuh Clara. Jangan di ulangi lagi ya?" bisik Devan ditelinga Clara.
Clara menatap Devan dengan menggumamkan kata maaf, Deva pun mengangguk memaafkan. Clara lalu mengambil kemeja Devan yang di sampirkan di sofa kemudian menyerahkannya kepada Devan untuk di pakai.
"Aku bikinin minum dulu ya," pamit Clara. Ia berbuat seperti ini supaya Bella tidak curiga dengannya, masalahnya Bella taunya dirinya bekerja disini.
"Nggak usah biar pembantu aja yang bikinin," ucap Devan.
"Ada perlu apa kalian berdua datang kesini?" tanya Devan.
"Gua cuma nganterin adik adek gua ini, katanya dia pengen ketemu sama Clara," jawab Rey.
"Om, kak, bisa tinggalkan kami berdua. Kami ingin mengobrol berdua saja," kata Bella.
"Oke. Ayo Rey, gua mau menunjukan kuda kebanggaan gua di perkarangan belakang, Lo belum pernah lihat, kan?" tanya Devan yang mengajak Rey untuk melihat kuda peliharaannya yang ada 7 ekor di perkarangan belakang, selain kuda Devan juga suka mengkoleksi mobil dan juga motor dari yang antik maupun yang modern.
Setelah kepergian Rey dan Devan, Bella langsung berjalan mendekati Clara.
"Cie yang sekarang udah beda, pakaian aku aja dengan pakaian kamu masih mahalan pakaian kamu loh Ra, apalagi ini pakaian merk terkenal. Baju yang sedang dipakai sama kamu sekarang yang aku taksir, tapi aku gak sanggup belinya karna harganya harganya sekitar 3 sampai 4 jutaan, kan? Btw enak ya kerja di sini? Pasti gajinya mahal ya sampai kamu bisa beli baju mahal seperti ini," ucap Bella.
Clara menatap Bella tidak mengerti.
"Gajiku biasa saja kok. 10 juta per bulan."
"Ra, udah lah kamu nggak usah bohong sama aku. Aku udah tau kamu ini istrinya om Devan, kan?"
Clara gelagapan menatap Bella dengan raut wajah cemas.
"Kamu kenapa sih nggak mau ngasih tau aku kalau kamu menikah? Padahal aku pengin datang loh kepernikahan kamu."
"Em Bella, pernikahanku ini tanpa adanya cinta, aku tidak mau mengundang kamu karena aku malu. Dan kita juga kan waktu itu baru kenalan. Aku terpaksa menikah dengan majikankku sendiri demi melunasi hutang bapak aku," ucap Clara dengan air mata jatuh membasahi pipinya.
"Yakin kamu belum ada rasa sama suami kamu?" tanya Bella.
Ia tadi sempat melihat tatapan Clara yang begitu dalam menatap wajah Devan membuatnya curiga jika Clara memang sudah memiliki rasa pada Devan tapi Clara mungkin belum bisa mengutarakannya.
"Jika boleh jujur aku nyaman dengan mas Devan, mas Devan seakan mempunyai ikatan kuat denganku maupun dengan calon anak-anak aku, Bel. Aku memang mulai mencintainya Bel, tapi mas Devan belum ada rasa apapun sama aku"
"Aku punya rencana," ucap Bella.
"Rencana apa?" tanya Clara.
"Membuat om Devan jatuh cinta sama kamu."
"Gimana caranya?" tanya Clara penasaran.
Bella tersenyum penuh arti, ia lalu membisikan sesuatu di telinga Clara.
"Ih nggak mau ah, aku takut mas Devan marah." tolak Clara setelah tau rencana Bella.
"Loh kenapa harus takut, kamu sudah menjadi istrinya Clara, kamu berhak bermanja-manja dengan suami kamu dan menghabiskan waktu berdua saja."
Clara mengangguk paham, ia akan coba nanti saran dari Bella semoga saja Devan tidak marah.
jangan nyesel ya nanti ketika Clara udah nyerah dan memilih untuk mundur... Clara berserta anak anak akan pergi meninggalkan kamu ....
gerammmm deh pengen mukul tuh kepala devan... egois banget,,,
buat kaka author semangat....
ditunggu kelanjutan nya...
pasti bapaknya juga udah tau tuh bahwa yang dikandung Clara cucu kandung nya juga