Kejadian malam itu membuatku hampir gila. Dia mengira kalau aku adalah seorang jal*ng. Dia merebut bagian yang paling berharga dalam hidupku. Dan ternyata setelah aku tau siapa pria malam itu, aku tidak bisa berkata-kata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heyydee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Revandra mengambil dua botol wine. Ia duduk di sofa sambil menuangkannya ke gelas kecil. Ia meminumnya dalam satu tegukan.
"Kenapa Ellen kembali lagi?" tanya Revandra heran.
"Bukankah dia bilang mau menetap di luar negeri bersama dengan pria itu?" tanyanya.
"Huh, benar-benar di luar dugaan! Aku sudah melupakannya tapi dia malah kembali lagi!?" ucap Revandra frustasi.
Dia lagi-lagi menuangkannya ke gelas kecil lalu meminumnya. Karena kurang puas, ia langsung meneguknya dari botol wine nya langsung. Dengan rakus ia menghabiskannya dalam waktu yang singkat.
Di sisi lain, aku baru saja menyelesaikan tugas. Setelahnya, aku baru membereskan semua buku dan merapikannya kembali.
Setelah selesai, aku berbaring di kasur empuk yang terasa sangat nyaman.
"Huh, capek juga belajar seharian!" ucapku.
Ting~
Sebuah pesan masuk kedalam ponselku. Pesan itu berasal dari grup kampus yang mengatakan kalau besok ada kelas siang.
Di sisi lain, dari dalam kamar Revandra yang tadinya rapi kini jadi berantakan. Botol wine yang tadinya dua sudah beranak menjadi banyak. Gelas-gelas berceceran di lantai. Revandra tampak duduk di lantai dan bersandar di ranjangnya dalam keadaan mabuk berat.
"Naura, kamu benar-benar membuatku gil4! Entah apa yang membuatku tertarik padamu. Setiap kali aku dekat denganmu rasanya ada sensasi yang berbeda," ucapnya mabuk.
"Aku tidak bisa berhenti untuk memikirkannya," batinnya.
***
Keesokan harinya, rencana ku mau bangun siang gagal karena hp ku berdering.
"Ahhh siapa sih? Ganggu aja deh," ucapku kesal.
"Halo!!" ucapku kesal.
"Naura,"
"Oh, mama? Kok tumben nelpon?" seketika aku langsung semangat saat mendengar suara ibu.
"Mama kangen sama kamu. Emangnya kamu gak kangen sama mama?"
"Naura juga kangen banget sama mama. Mama disana gimana kabarnya?" tanyaku.
"Mama baik kok, kamu gimana?" tanyanya.
"Naura juga baik,"
"Kabar papa gimana?" tanyaku.
"Papa juga baik kok. Kamu sama Revandra gak ada masalah kan? Kalian akur kan?" tanya ibu.
"Akur kok ma,"
"Bagus deh,"
"Mama kapan pulang kesini?" tanyaku.
"Gak tau nak! Itu tergantung sama papa,"
Mereka berbicara lewat telpon cukup lama. Sambil sedikit tertawa-tawa kecil saat berbicara dengan ibunya. Rasa rindunya terobati kala mendengar suara ibunya itu.
Waktu terus berlalu, Naura telah bersiap untuk pergi ke kampus. Aku masuk kedalam mobil dan kami pun berangkat.
***
"Eh kalian udah denger kabar belum?" tanya Nina.
"Kabar apaan?" tanyaku heran.
"Iya, emang kabar apaan sih?" tanya Karina penasaran.
"Dengar-dengar kampus kita mau ngadain tanding basket," ucapnya.
"Hah, serius lo? Tau dari mana?" tanyaku.
"Ya gak tau sih bener atau enggaknya, gue tadi gak sengaja denger dari pak Didi. Dia tadi nelpon orang dan dia bilang kalau pertandingan basket bakal di adakan di sini,"
"Kapan?" tanya Karina.
"Gak tau,"
"Wah bagus dong! Udah lama juga kampus gak ngadain pertandingan basket," ucapku senang.
"Iya, pasti bakalan seru kalau memang bener," ucap Nina.
"Gue jadi gak sabar. Semoga aja itu benar," aku mengharapkan itu terjadi.
Naura sangat menyukai bola basket. Ia dulu adalah kapten basket di sekolahnya. Ia beberapa kali memenangkan pertandingan baik itu antar sekolah ataupun di luar sekolah. Kemampuannya bermain bola basket sudah tidak di ragukan lagi. Dia tergabung dalam tim basket putri di sekolahnya dulu. Setiap bertanding, Naura selalu yang manjadi andalan tim karena dia yang paling jago.
Namun semenjak memasuki kelas 3 SMA, dia memutuskan untuk berhenti karena alasan pribadi. Dia hanya ingin menonton dan menikmati pertandingan saja.
***
Billy datang ke perusahaan Revandra. Ia masuk ke ruangan Revandra.
"Rev, lo mau ikut tanding gak?" tanya Billy.
"Tanding dimana?" tanya Revandra.
"Di kampus ADINEGARA,"
"Kapan?" tanya Revandra.
"Minggu depan," jawabnya.
"Ayolah Rev, lo ikut ya! Kita kekurangan satu pemain lagi nih," ucapnya.
"Gue lagi sibuk," ucapnya.
"Rev, udah lama kita gak main basket? Emangnya lo gak kangen sama bola basket?" tanya Billy.
"Buat apa gue kangen sama bola basket?"
"Rev, lo mah gak bisa di ajak bercanda!"
"Liat nanti deh, kalau gue gak sibuk gue bakal gabung latihan sama kalian! Tapi kalau gue sibuk, cari orang lain aja!" ucap Revandra.
"Huh, ya udah deh! Gue tunggu lo!" ucap Billy.
"Kampus ADINEGARA? Bukankah itu kampusnya Naura?" batin Revandra.
Saat tengah fokus pada laptopnya, Naila malah datang ke dalam ruangannya.
"Hai Revandra," sapa Naila dengan senyuman manisnya.
"Kenapa kamu kemari?" tanya Revandra.
"Rev, aku bawain kamu makan siang! Aku masak sendiri loh. Aku jamin kamu suka sama masakanku," ucapnya.
"Keluar dari ruangan ku sekarang!" pintah Revandra kesal.
Naila tak kenal takut, ia mendekat ke arah Revandra.
"Rev, coba deh! Kamu pasti suka,"
"Jangan paksa aku! Aku sudah memperingatkan mu supaya kamu jangan pernah mendekatiku lagi!" ketus Revandra.
"Rev, aku-
"Maaf tuan, klien kita sudah menunggu!" ucap sekretarisnya yang masuk di saat yang tepat.
"Baik,"
"Kau......sebaiknya pergi dari sini sebelum aku menyuruh anak buahku untuk menarik paksamu untuk keluar!" ucapnya dengan nada dingin.
Revandra segera keluar dari ruangannya. Naila tampak kesal pada perlakuan Revandra yang selalu dingin padanya.
"Aku gak akan pernah nyerah buat dapatin kamu, Revandra! Aku pasti bisa mendapatkan kamu apapun caranya," ucapnya dengan tekad yang dalam.
***
Kampus tampak heboh kala dosen mengumumkan akan mengadakan pertandingan basket di kampus Minggu depan. Naura sangat bersemangat saat mendengarnya.
"Yes, akhirnya aku bisa nonton basket lagi!" ucapku bersemangat.
"Wah, kira-kira tim yang bakal jadi lawan main mereka siapa ya?" tanya Karina.
"Gak tau. Semoga aja yang ikut tanding ganteng-ganteng biar betah nontonnya," ucap Nina.
"Siapa tau ada yang nyangkut sama gue," ucap Nina.
"Cih, lo mah nonton basket bukan nonton pertandingannya malah mau liatin cowok-cowok," ucapku.
"Ya haruslah, kan yang paling utama kalau nonton pertandingan itu memang orangnya? Kalau orangnya ganteng, ya gue auto klepek-klepek dan dukung timnya," ucap Nina.
"Ih, kita tuh harus dukung tim dari kampus kita!" ucap Karina.
"Ya suka-suka gue lah mau dukung siapa? Kan gak di haruskan buat dukung tim basket dari kampus kita kan?" tanya Nina.
"Ah udah deh Karin, mending kita diam aja! Kalau berdebat sama Nina gak bakalan ada habisnya! Suka-suka dia mau dukung yang mana," ucapku kesal.
Setelah mengumumkan pertandingan itu, dosen juga melakukan perekrutan untuk anggota cheers. Anggota cheers akan beranggotakan 12 orang. Mereka yang mendaftar akan di lakukan seleksi untuk menentukan siapa yang akan masuk kedalamnya.
"Lo kayaknya cocok deh jadi anggota cheers," ucap Nina.
"Hah apaan sih? Gak mau gue jadi anggota cheers," tolakku.
"Kenapa gak lo coba aja? Siapa tau lo lolos?" tanya Karina.
"Gue gak mau! Gue gak punya bakat buat ikutan begituan,"
Nina dan Karina saling tatap-tatapan dengan aneh. Mereka seperti saling memberi kode.