Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Sabira baru saja menampakan kaki di dalam rumah, namun terdengar teriakan seseorang dari arah kolam renang minta tolong, Gegas Sabira melangkahkan kakinya menuju kolam renang.
Tolong...
Tolong...
"Kak, kamu kenapa?! " kaget Sabira, setaunya Aura bisa berenang, bahkan sangat mahir.
"Tolong kakak Bir, kaki kakak keram" pekik Aura, yang melambai lambaikan ke dua tangannya.
Tanpa banyak pikir, Sabira melempar tasnya dan lansung menceburkan diri masuk ke dalam kolam renang, untuk membantu Aura.
Sabira membawa Aura ke pinggir kolam renang, dan membantunya naik.
"Ma." belum sempat Aura membuka mulut.
"Bira...! " pekik keluarganya yang melihat Sabira menarik tangan Aura.
"Plak...." apa yang loe lakuin sama adek gue!" bentak Kaifan dan tanpa banyak pikir, Kaifan kembali melayangkan pukulannya ke pipi Sabira.
"Bisa nggak sih loe nggak main tangan, anj*ng!! " pekik Sabira yang sudah kehilangan kesabaran kepada abangnya itu.
"Bira...!! " bentak sang mama yang kaget dengan kata kata kasar terlontar dari mulut Sabira.
"Apa...!!! Gue salah lagi haa...! " marah Sabira yang sudah hilang kesabaran.
"Jaga ucapan loe, anak sia lan! " bentak Kaifan.
"Apa yang harus gue jaga haa... Gue harus sopan sama loe loe pada, kurang sopan apa gue selama ini haa... Tapi apa yang kalian perbuat sama gue! " pekik Sabira sudah tidak bisa lagi menahan gejolak di dadanya.
"Udah salah masih aja nyolot loe." marah Kaifan
"Dimana salah gue, anj*ng!! " bentak Sabira.
"Loe mencelakai Aura, trus loe berkata kasar sama mama, itu bukan kesalahan menurut loe! " ujar Kaifan menatap nyalang ke arah Sabira.
Mendengar ucapan Kaifan barusan, pak Johan yang baru datang pun ikut tersulut emosi, anak bungsunya itu semakin tidak bisa di kendalikan.
Tanpa banyak pikir, pak Johan mengambil sebuah cambuk, yang sengaja di pajang di dinding rumahnya.
Cetas...
Cetas...
Cetas... Bunyi cambuk itu mengenai punggung Sabira.
Dengan membabi buta, pak Johan mencambuk Sabira, hingga darah segar keluar dari punggung Sabira.
Namun hebatnya, gadis cantik itu tidak sedikit pun mengeluarkan suara, rasa sakit di cambuk itu tidak seberapa dengan rasa sakit di hatinya.
Sabira menghitung berapa kali papanya mencambuk punggungnya.
Sabira biarkan papanya sepuas hati mencambuk punggungnya, walau sakit Sabira mehannya, walau rasa sakit yang luar biasa dia tahan, tangannya terkepal dan matanya mulai memerah menahan tangis.
"Papa...! apa yang papa lakukan!" pelik Daren, menahan cambukan sang papa dengan tangannya.
Sungguh dia baru pulang mendengar suara ribut ribut dari arah kolam renang, Devan lansung berlari, merasakan perasaan yang tidak enak.
Benar saja, matanya membola melihat adik bungsunya yang di cambuk oleh sang papa.
"Lepas, Devan! " bentak sang papa.
"Nggak! apa yang papa lakuin, lihat lah punggung Bira sampai berdarah! " tegas Devan yang tidak mau melepaskan cambuk dari tanganya.
"Dia sudah keterlaluan, dia mencelakai Aura, dan dia melawan mama mu, anak itu semakin kurang ajar saja, dia harus di kasih pelajaran! " marah pak Johan.
"Apa, papa sudah bertanya kepada Sabira, apa yang terjadi sebenarnya? " tanya Devan dengan suara tegasnya.
Pak Johan diam, tanpa mau menjawab, benar kata anaknya dia tidak bertanya hanya lansung mengambil kesimpulan karena melihat apa yang terjadi di depan matanya.
"Sudah aku duga." gumam Devan.
"Kalian tidak usah bertanya, cukup melihat apa yang terjadi, walau apa yang terjadi itu bukan seperti yang kalian lihat, kalian hanya menyimpulkannya sendiri, dan lansung menuduh gue yang salah, sudah biasa itu mah." ucap Sabira dingin.
"Untuk anda bapak Johan, yang terhormat, ( penuh penekanan) terimakasih, sudah membesarkan saya selama ini, anggap saja 16 kali cambukan yang mendarat di tubuh saya ini, dan dua tamparan tadi pagi dari anda, tuan Kaifan dan bonus satu tamparan barusan, sebagai balas budi saya kepada kalian, yang telah bersedia memberi saya tumpangan di rumah ini, dan darah yang menetes di tubuh saya saat ini, sebagai darah putusnya tali hubungan keluarga kita, mulai saat ini detik ini juga, saya Sabira Rajendra, menyatakan putus hubungan dengan keluarga Rajendra, mulai detik ini kita hanya orang asing dan tidak mempunyai hubungan apa apa lagi." Ujar Sabira tanpa keraguan, dan nampak sekali kesungguhan di mata gadis itu, buka hanya fisiknya yang terluka, namun batinnya jauh terluka.
Duar.....
Bagai petir di siang bolong, menyambar tubuh keluarga Rajendra itu, mendengar ucapan Sabira, mereka tidak menyangka, Sabira bisa mengatakan hal seperti itu.
Namun beda hal dengan Aura, dia tertawa bahagia di dalam hati, ada untungnya juga dia tadi keram di dalam kolam renang, sehingga membuat Sabira terluka dan perempuan itu memutuskan hubungan darah dengan keluarganya.
Jadi Dia tidak perlu susah susah lagi mencari cara untuk menyingkirkan Sabira, karena gadis itu sendiri lah yang melepaskan diri.
"Bira... Apa yang kamu katakan dek, itu nggak benar kan?! " kaget Devan.
"Tidak, tuan Devan, saya serius dengan ucapan saya, untuk apa yang bertahan di keluarga ini, saya tidak di anggap, selama ini saya selalu di tuduh dengan hal yang tidak pernah saya buat, selama ini saya sudah menahannya, tapi untuk kali ini saya sudah tidak bisa menahannya, jadi saya Sabira bukan lagi adik anda." ucap Sabira dingin.
"Bira." pekik sang mama.
"Nyonya, terimakasih atas kebaikan anda selama ini, telah sudi melahirkan saya ke dunia ini, dan terimakasih pernah menyanyangi saya beberapa tahun lalu, dan terimakasih atas Air susu anda selama dua tahun, hari ini air susu itu sudah saya tumpahkan melalui darah yang mengalir di pungung saya."
"Silahkan hidup bahagia bersama keluarga kecil anda, nyonya. Tanpa ada gangguan dari anak pembawa sial ini." ucap Sabira datar.
"Untuk Anda, anak pungut!" ucap Sabira menatap Aura.
Deg....
Aura kaget mendengar ucapan Sabira itu.
Bukan hanya Aura yang kaget, tapi ke dua orang tua dan ke dua abangnya pun ikut terkejut.
"Anda tidak perlu susah susah menyingkirkan saya lagi, saya yang akan keluar dari rumah ini, agar anda tidak susah susah lagi menghasut orang untuk membenci saya, jangan anda fikir saya tidak tau apa yang anda lakukan di belakang saya, saya tidak sebodoh mereka." sinis Sabira.
"Bira, apa yang kamu bicarakan, nak? " tanya sang mama ketat ketir, karena selama ini tidak ada yang tau klau Aura hanya anak angkat mereka.
"A-apa maksud kamu, dek.? " gugup Aura.
Hahaha....
Sabira tertawa remeh, melihat Aura yang berpura-pura tidak tau.
"Loe pikir gue nggak tau apa yang loe lakuin, dan loe sudah tau kan, klau loe itu hanya anak pungut di rumah ini, karena waktu itu menguping pembicaraan papa dan mama, loe nggak Terima karena loe hanya anak pungut di rumah ini, dan sejak saat itu loe berusaha dengan segala cara agar semua orang membenci gue, dan loe ingin menyingkirkan gue, gue sih nggak masalah, karena gue bukan loe yang takut kehilangan hidup mewah dan kehilangan nama besar Rajendra, gue bukan manusia kaya loe yang iri dengan apa yang orang miliki, sekarang loe bebas memiliki itu semua, karena gue yang loe anggap saingan, sudah bukan lagi leluarga Rajendra lagi, silahkan nikmati apa yang loe mau!" sinis Sabira.
Deg....
Jantung mereka semakin memompa dengan sangat cepat.
Sabira tidak perduli dengan keterkejutan mereka semua, setelah meluapkan semua rasa di dadanya, Sabira melangkah pergi dari sana, dia menuju kamarnya untuk mengambil barang barang berharganya.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
ᴄᴘᴛ ʟᴀʜ ᴋᴀᴜ ʙᴋᴛ ᴋɴ