Chen Miao Miao, gadis kaya yang hilang sejak kecil, ditemukan kembali oleh keluarganya di usia 17 tahun. Namun, kebahagiaannya hancur karena kelicikan Chen Xiao Wan, anak angkat yang merebut kepercayaan keluarga.
Dalam kecelakaan tragis, orang tua Miao Miao memilih menolong Xiao Wan terlebih dahulu, karena kelicikannya. ketika kedua orang tuanya kembali untuk menolong Miao Maio, mobil tersebut tiba-tiba meledak.
Mama dan Papa nya meninggal karena kesedihan nya, ketiga kakak nya tewas dengan tragis dan Xiao Wan menikmati harta keluarga mereka.
Takdir membawa Miao Maio kesempatan kedua ketika Papa dan Mama nya menjemputnya dari panti asuhan, membawa ingatan masa depan kematian keluarga nya.
Tanpa sepengetahuan Miao Miao, keluarga dan jodohnya kini dapat mendengar kata hatinya. Dengan kesempatan ini, bisakah ia melindungi keluarganya dan membalas dendam pada Xiao Wan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi
Chen Miao Miao duduk di kursi yang sama, merasakan udara sepi yang memenuhi ruangan panti asuhan itu. Sepanjang hidupnya, dia telah tinggal di tempat ini sejak usia lima tahun, kehilangan jejak orang tua kandungnya yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Rasa kesepian dan kerinduan selalu menghantuinya, namun hari ini, hari yang sudah lama ia nantikan, akhirnya datang.
Ibu panti yang penuh kasih datang menghampiri dengan senyum lembut di wajahnya. "Miao Miao, ada orang yang ingin bertemu denganmu. Mereka mengaku sebagai orang tuamu," kata ibu panti dengan suara penuh kehangatan. Miao Miao menatapnya sejenak, matanya masih bingung, seakan tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengar.
"Orang tua?" kata Miao Miao pelan, hampir seperti berbisik pada dirinya sendiri.
Ibu panti tersenyum, mengangguk. "Ya, mereka datang untuk menjemputmu. Ayo, mari kita pergi."
Miao Miao terdiam, dadanya berdebar kencang. Ia mengikuti ibu panti dengan langkah pelan menuju ruang utama panti. Begitu pintu ruang itu terbuka, dua sosok berdiri di sana. Sosok yang selama bertahun-tahun hanya ada dalam bayangannya—mereka adalah orang tuanya.
Sang ibu, dengan wajah yang dihiasi air mata, melangkah maju. "Anakku... Miao Miao... Kamu benar-benar anak kami?" suara sang ibu, Liang Yi, bergetar, hampir tak percaya. Dia melangkah mendekat, kedua tangan terulur, dan dalam sekejap Miao Miao sudah terpeluk erat dalam pelukan hangat yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Anakku... Kami sangat merindukanmu," ucap sang ayah, Chen Changmin, suara serak penuh haru, saat ia juga mendekat dan merangkulnya. Air mata mengalir di wajahnya, menetes begitu saja, seolah semua kerinduan yang terkunci selama bertahun-tahun akhirnya bisa keluar.
Miao Miao, yang sebelumnya tak tahu apa yang harus dirasakan, merasa sebuah aliran hangat memenuhi dadanya. Ia memejamkan mata, menahan air mata yang mulai jatuh. "Mama... Papa..." gumamnya dengan suara parau, suaranya tenggelam dalam pelukan orang tua yang sangat ia rindukan.
Sang ibu, Liang Yi, mengelus rambut Miao Miao dengan lembut. "Kamu tidak tahu betapa kami merindukanmu. Kami tak pernah berhenti mencari, dan akhirnya, sekarang kamu kembali ke pelukan kami."
Miao Miao hanya bisa terisak, tidak tahu harus berkata apa. Semua kebingungannya tiba-tiba hilang begitu saja, digantikan oleh perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, perasaan yang penuh dengan cinta dan rasa memiliki.
"Ayo, kami akan membawamu pulang," kata sang ayah, Chen Changmin, suaranya lebih tenang, penuh kasih.
Miao Miao hanya mengangguk. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia mengikuti mereka keluar, dengan hati yang dipenuhi rasa haru yang begitu dalam. Kini, setelah bertahun-tahun, ia akhirnya kembali ke rumah yang seharusnya menjadi tempatnya—ke rumah yang penuh dengan cinta dan kasih sayang.
Di luar, mobil mewah menunggu mereka. Miao Miao tertegun melihat mobil itu. “Ini… mobil papa?” tanyanya, matanya terbelalak, sedikit bingung dengan segala kemewahan yang baru ia lihat.
Chen Chang Min tersenyum lembut. "Ya, ini mobil kita. Ayo, naiklah, Miao Miao. Kita akan pulang."
Mereka semua masuk ke dalam mobil. Miao Miao duduk di kursi belakang, diapit oleh kedua orang tuanya. Saat mobil mulai berjalan, ia menatap keluar jendela, merasakan dunia yang baru ini seakan tidak nyata. Namun, dalam hatinya ada satu perasaan yang pasti—ia akhirnya kembali ke rumahnya.
Di luar panti, mobil mewah sudah menunggu. Dengan hati penuh harapan dan kebahagiaan, mereka menaiki mobil itu. Miao Miao duduk di kursi belakang bersama kedua orang tuanya, merasakan setiap detik perjalanan ini begitu berarti.
Setelah beberapa waktu, mereka tiba di sebuah mansion mewah yang terlihat sangat besar. Miao Miao terpukau melihatnya. Semua tampak sangat baru dan berbeda, namun di dalam hati, ada perasaan yang sulit dijelaskan. Ia merasa seolah-olah sudah lama mengenal tempat ini.
Begitu pintu mobil terbuka, tiga sosok pria muda menyambutnya. Mereka adalah kakak-kakaknya.
Kakak pertama, Chen Zhi Hao, yang terlihat lebih dewasa, mengulurkan tangan dan tersenyum lebar. “Adik, akhirnya kita bertemu juga. Sudah lama aku ingin mengenalmu lebih dekat.”
Kakak kedua, Chen Li Ming, tampak lebih ceria, langsung menarik Miao Miao ke dalam pelukan hangat. “Akhirnya kamu kembali, adik! Aku sudah tidak sabar mengenalmu.”
Kakak ketiga, Chen Xian Yang, yang berusia lebih muda, mengangguk sambil tersenyum malu-malu. “Selamat datang di keluarga kami, Miao Miao.”
Miao Miao merasa sedikit canggung, tetapi ia membalas pelukan mereka dengan hati yang hangat. Untuk pertama kalinya, ia merasa ada tempat yang bisa ia sebut rumah.
Kemudian, kedua orang tuanya memperkenalkan satu sosok lainnya. “Ini adalah anak angkat kami, Chen Xiao Yan,” kata sang ibu dengan senyuman lembut.
Xiao Yan mendekat, wajahnya penuh dengan senyum ramah. “Selamat datang di rumah, Miao Miao,” kata Xiao Yan dengan nada lembut
Miao Miao hanya mengangguk dan membalas dengan senyuman.
Hari-hari pertama di mansion keluarga Chen terasa seperti mimpi yang tak pernah terbayangkan oleh Chen Miao Miao. Ia, yang sebelumnya hidup sederhana di panti asuhan, kini menikmati perhatian dan kasih sayang dari keluarga yang ternyata telah lama mencarinya. Mansion ini begitu megah, dengan taman yang luas dan ruangan yang seakan tak ada habisnya. Namun, yang paling menghangatkan hatinya adalah sambutan penuh cinta dari keluarganya.
Ketiga kakaknya, Chen Yi Sheng, Chen Yi Jun, dan Chen Yi Liang, sangat antusias menyambutnya. Mereka selalu memastikan Miao Miao merasa nyaman. Yi Sheng, kakak tertua yang penuh wibawa, selalu berbicara lembut padanya. Yi Jun, yang terkenal ceria, sering mengajaknya bermain di taman atau menunjukkan koleksi buku yang ia kumpulkan. Sedangkan Yi Liang, si bungsu dari tiga bersaudara, sangat perhatian dan sering memberikan hadiah-hadiah kecil untuk membuat Miao Miao tersenyum.
Namun, di balik suasana harmonis itu, Chen Xiao Yan, anak angkat keluarga Chen, mulai menunjukkan sikap yang sulit ditebak. Pada awalnya, ia terlihat sangat hangat dan baik terhadap Miao Miao. Ia sering membantu Miao Miao menyesuaikan diri dengan kehidupan baru di mansion dan bahkan menunjukkan kepedulian yang seolah tulus. Namun, di balik senyumannya, ada niat tersembunyi yang mulai terkuak sedikit demi sedikit.
Pada suatu hari, saat mereka sedang makan bersama, Xiao Yan dengan liciknya menuduh Miao Miao mencuri beberapa barang miliknya. “Miao Miao, kamu tidak bisa berbohong lagi. Aku melihatmu mengambil kalung milikku di kamar!” katanya dengan nada tinggi.
Miao Miao terkejut. “Aku tidak mengambilnya,” jawabnya tenang, tetapi ia merasa cemas.
Namun, Xiao Yan dengan cerdiknya memanipulasi situasi itu, “Kamu bisa berbohong, tetapi keluarga ini tahu siapa yang benar. Pa, Ma, aku harap kalian bisa mengerti.”
Sang ibu terdiam, sementara ayahnya menyarankan untuk mengusut masalah ini lebih lanjut. Miao Miao merasa semakin terpojok. Xiao Yan berhasil memutarbalikkan fakta, dan meskipun ia tidak bersalah, ia tetap dihukum dengan cara yang tidak adil.
Kelakuan ini berulang beberapa kali, membuat Miao Miao merasa semakin terasing, terutama karena ketiga kakaknya lebih mempercayai kata-kata anak angkat itu.
Hari demi hari, Xiao Yan terus membuat insiden kecil yang selalu melibatkan Miao Miao. Ia menumpahkan sup di ruang makan dan mengatakan bahwa Miao Miao yang tak sengaja menyenggolnya. Ia menyembunyikan salah satu dokumen penting Papa dan mengklaim melihat Miao Miao masuk ke ruang kerja Papa sebelumnya. Setiap kali, ia selalu tampil sebagai "penyelamat" yang membela Miao Miao meskipun secara tak langsung membuat semua orang mulai curiga padanya.
Ketiga kakaknya yang awalnya begitu hangat mulai menjaga jarak. Yi Sheng dan Yi Jun lebih sering berbicara pada Xiao Yan daripada Miao Miao. Hanya Yi Liang yang masih mencoba percaya pada adiknya, meski perlahan mulai terpengaruh oleh kelicikan Xiao Yan.
Namun, di balik semua itu, Papa dan Mama tetap memperlakukan Miao Miao dengan penuh kasih sayang. Mereka menenangkan Miao Miao setiap kali terjadi salah paham. “Kamu tetap anak kami, Miao Miao,” kata Mama suatu hari. “Jangan khawatir, kami mencintaimu.”
Miao Miao hanya bisa tersenyum kecil. Ia mulai merasakan beban berat di dadanya. Xiao Yan berhasil memanipulasi banyak orang di rumah itu, dan ia mulai merasa kehilangan tempat untuk bersandar. Hari-hari damai di mansion perlahan berubah menjadi medan pertempuran tersembunyi yang menguras emosinya.
Malam itu begitu cerah, penuh gemerlap lampu pesta yang berkilauan. Miao Miao duduk diam di kursi belakang mobil, matanya memandang kosong ke luar jendela. Di sebelahnya, Chen Xiao Yan tampak tersenyum tipis sambil memutar-mutar cincin di jarinya. Mereka baru saja menghadiri pesta mewah bersama keluarga. Meskipun di luar mereka tampak rukun, suasana di dalam mobil itu terasa penuh ketegangan yang tak terucap.
Namun, Hanya dalam sekejap, suasana berubah menjadi bencana. Mobil yang mereka tumpangi kehilangan kendali di jalan yang berliku dan menghantam pohon besar dengan keras. Suara dentuman memekakkan telinga, membuat malam yang awalnya gemerlap berubah menjadi penuh kengerian.
Di mobil lain yang mengikuti mereka, Papa dan Mama Miao Miao langsung panik ketika melihat kecelakaan itu terjadi. Mereka segera keluar dari kendaraan dan berlari menuju mobil Miao Miao yang telah ringsek. Asap mengepul, dan suara samar rintihan terdengar dari dalam.
Papa Miao Miao, Chen Changmin, membuka pintu belakang dengan susah payah. Ia melihat Miao Miao, yang wajahnya penuh luka dan tubuhnya terjebak di antara kursi. “Sayang, Papa akan membantumu keluar,” ujarnya dengan napas berat. Tangannya berusaha menarik tubuh Miao Miao yang lemah.
Namun, sebelum ia berhasil, suara teriakan terdengar dari sisi lain.
“Mama! Tolong aku! Aku tidak bisa bernapas!” Chen Xiao Yan berteriak dengan nada penuh kepanikan, meskipun tidak separah Miao Miao kondisinya.
Fang Hua, yang berada di dekat suaminya, segera berbalik mendengar teriakan itu. Ia tanpa ragu menghampiri Xiao Yan. “Tenang, Xiao Yan, Mama di sini,” katanya sambil membantunya keluar. Setelah berhasil mengeluarkannya, ia memanggil suaminya.
“Changmin, bantu aku membawa Xiao Yan ke tempat aman!” Fang Hua berseru, air matanya bercucuran.
Chen Changmin menoleh ke Miao Miao yang masih terjebak di kursi. Wajah putrinya terlihat penuh harap, meskipun ia hampir tidak bisa berkata-kata karena rasa sakit.
“Tunggu sebentar ya, sayang. Papa akan kembali,” ucap Chen Changmin dengan lembut sebelum meninggalkan Miao Miao.
Miao Miao hanya bisa menatap mereka dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ia merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya, tapi hatinya terasa lebih sakit. Papa dan Mama memilih Xiao Yan lebih dulu.
Papa dan Mama akhirnya berhasil menaruh Xiao Yan di tempat yang aman di tepi jalan. Mereka segera berlari kembali menuju mobil Miao Miao untuk menyelamatkannya. Namun, sebelum mereka sempat mendekat, ledakan besar terjadi.
“BOOM!”
Api melahap seluruh mobil, menyemburkan gelombang panas yang menyakitkan. Chen Changmin dan Fang Hua terjatuh ke tanah akibat getaran.
Di dalam mobil yang terbakar, Miao Miao merasakan panas yang perlahan melahap tubuhnya. Matanya yang basah menatap keluar, melihat sosok Papa dan Mamanya yang berteriak histeris. Ketiga kakaknya tiba di lokasi, berusaha menahan kedua orang tua mereka agar tidak mendekat ke kobaran api.
Air mata Miao Miao mengalir deras, meskipun panas telah membuat kulitnya perih tak tertahankan. Dalam hatinya, ia berteriak dengan penuh kepedihan.
"Ternyata kalian lebih sayang anak angkat kalian yang licik daripada anak kandung kalian. Untuk apa aku kembali ke keluarga ini kalau akhirnya aku tetap terluka?"
Kata-kata itu bergema dalam benaknya, penuh dengan rasa sakit dan penyesalan. Lalu, dunia di sekitarnya perlahan memudar.
Dengan napas terakhirnya, Miao Miao menutup mata. Gelap pun menyelimuti segalanya.
---
📢
Jangan lupa untuk follow author dan tekan tombol like serta tinggalkan komentar agar cerita ini bisa terus berlanjut! Dukungan kalian sangat berarti dan menjadi semangat bagi author untuk terus berkarya. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca cerita ini. Jangan lupa juga cek karya lainnya, ya! Selamat membaca dan menikmati kisah seru ini. 📝