Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Instagram:Coretanluka65
FB:Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengikuti Roy
Tok..
Tok..
Tok...
Roy mengetuk pintu rumah sang pujaan hatinya, wanita yang membuat dirinya hampir tidak bisa tidur semalam.
"Om.." ucap Alisa, langsung memeluk Roy.
"Sudah siap?" tanya Roy.
"Sudah om, sebentar ya, aku ajak ibu dulu," kata Alisa.
Lalu Alisa masuk lagi kedalam rumahnya, mengajak sang ibu untuk pergi bersama Roy.
Setelah menunggu beberapa lama, Alisa dengan sang ibu keluar dari rumah.
Roy terpana melihat kecantikan Dinda.
"Janda HOT.." Roy menatap Dinda tanpa mengedipkan matanya.
"Om.." panggil Alisa.
"Ah iya, bagaimana sayang?" tanya Roy, menatap Alisa.
"Ayo, aku sudah tidak sabar," ucap Alisa.
"Ayo, masuk kedalam mobil om," ajak Roy.
Lalu mereka masuk kedalam mobil.
"Ibu didepan, aku dibelakang," kata Alisa.
"Kenapa tidak kamu saja didepan, sayang?" tanya Dinda, aneh dengan tingkah anaknya.
"Aku ingin merasakan mempunyai ibu dan ayah yang romantis," jawab Alisa.
Sontak saja membuat Dinda merasa perih didalam hatinya, karena selama ini Alisa tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah.
"Maaf ya," ucap Dinda kepada Roy.
"Tidak apa-apa, aku senang," jawab Roy tersenyum.
Lalu Roy membawa mobilnya, dengan perasaan Roy yang berdetak kencang.
"Ayo dong, jangan terlalu berdetak, takutnya dia mendengar," gumam Roy.
"Om belum mempunyai pacar kan?" tanya Alisa, membuyarkan lamunan Roy.
"Belum, memangnya kenapa?" tanya Roy.
"Om mau gak, jadi ayahnya aku," kata Alisa.
"Alisa.." ucap Dinda merasa tidak enak.
Roy menggelengkan kepala menatap Dinda.
"Om mau, tapi gak tau, kalo ibu kamu," jawab Roy, membuat Dinda melototkan matanya.
"Ibu pasti mau, karena ibu akan melakukan apapun yang membuat aku bahagia," kata Alisa.
"Iya kan, bu," lanjut Alisa, menatap sang ibu.
"I-iya, ibu mau kok, tenang saja," jawab Dinda gugup.
"Tuhkan ibu mau, om," ujar Alisa.
"Berarti mulai sekarang, jangan panggil om dong," kata Roy.
Sontak saja Dinda menatap Roy.
"Panggil ayah," kata Roy.
"Iya, ayah." Alisa bahagia sekarang, karena mempunyai ayah.
Setelah melewati perjalanan satu jam, akhirnya Roy sampai kesebuah mall terbesar diJakarta.
"Ayah serius membawa aku dengan ibu kesini?" tanya Alisa.
"Iya sayang, ayah sengaja membawa kamu main kesini, karena kamu sudah bekerja keras, mendapatkan nilai tinggi," ucap Roy.
Alisa menatap terharu kearah Roy, karena selama ini ia tidak pernah mendapatkan semua ini, karena keterbatasan ekonomi.
"Ayo masuk, ada banyak permainan didalam," ajak Roy.
Lalu Roy membawa Alisa dalam pangkuannya, beberapa kali, Alisa mencium pipi Roy, dan mereka berdua tertawa terbahak-bahak, layaknya seorang ayah dan anak.
"Entah apa yang dilakukan Alisa, sampai laki-laki itu sangat baik dengannya," gumam Dinda.
"Mana tampan banget," kata Dinda tersenyum-senyum.
"Mau permainan yang mana dulu?" tanya Roy.
Alisa bingung, saking banyaknya permainan disana.
"Aku mau mandi bola dulu, kata temanku asik," kata Alisa.
Roy langsung membawa Alisa ketempat perosotan bola.
Alisa tertawa senang, kala bermain dengan Roy, Dinda hanya menatap mereka, tidak mau menganggu anaknya.
"Ibu, ayo kesini," ajak Alisa.
"Tidak, kalian saja," tolak Dinda, karena ia tidak enak dengan Roy.
Lalu Roy mendekati Dinda.
"Tenang saja, aku tidak akan melakukan aneh-aneh kok dengan kamu," bisik Roy.
"Alisa akan sangat bahagia sekali, kalo kamu mau bermain dengan kami. Ayo wujudkan cita-cita Alisa untuk memiliki ayah dan ibu bahagia," lanjut Roy.
Tersentuh hati Dinda mendengar ucapan Roy, karena selama ini tidak ada yang peduli dengan Alisa, dan laki-laki yang mendekatinya hanya ingin dirinya, tidak dengan Alisa.
Lalu Dinda menuruti keinginan Alisa.
Alisa merasakan bahagia yang tidak pernah ia dapatkan, yaitu memiliki Keluarga lengkap.
Disebrang sana, ada Rey dengan Zia yang sedari tadi mengikuti Roy.
"Kak Roy sangat gercep sekali, langsung mendekati anaknya," kata Zia.
"Ternyata kak Roy suhu yang sebenarnya, diam-diam jomblo, sekali mendekati cewek, yang sudah memiliki anak," ujar Rey.
"Kak coba foto, lalu kirimkan ke bunda dan ayah, pasti mereka senang," titah Zia.
"Aman, sudah kakak foto, dan sudah kakak kirimkan kepada bunda," jawab Rey.
"Bagus kak," ujar Zia.
Saat Zia dengan Rey sedang sembunyi dan memakai masker dan jaket, tiba-tiba ada seseorang yang mendekatinya.
"Kalian sedang apa?" tanya Arka.
"Kak Arka, aku kira siapa," kata Zia, merasa kaget dengan kedatangan Arka tiba-tiba.
"Maaf kalo mengagetkan, tapi aku cukup kenal dengan gerak-gerik tubuhmu," kata Arka.
"Cie, hapal banget, kaya pasangan kekasih aja," goda Rey.
"Apaan sih, kak," ucap Zia kesal.
Rey hanya tertawa melihat ekspresi sang adik.
"Kak Arka sedang apa disini?" tanya Zia.
"Kalian lupa, mall ini milik-ku," jawab Arka.
Zia menepuk keningnya.
"Lupa," jawab Zia tersenyum.
"Jadi, sedang apa kalian ditempat ini?" tanya Arka.
"Kak Arka lihat kesana.." tunjuk Zia.
Lalu Arka melihat kearah yang ditunjuk Zia.
"Roy, bersama siapa dia?" ucap Arka.
"Calon istri dan anak-anaknya," jawab Zia.
"Serius?" tanya Arka tak percaya.
"Iya, makanya kami ikuti," jawab Zia.
"Memangnya kalian tidak ada kerjaan, ngikutin orang yang lagi pacaran?" tanya Arka.
"Ini lebih penting, kak," jawab Zia.
"Keponya sudah tingkat tinggi," ujar Arka.
"Bukan kepo, tapi kamu mau mastiin, bagaiamana cara kerja kakak kami, saat mendekati wanita pujaan-nya," sahut Rey.
"Sama saja itu," jawab Arka.
"Jangan ganggu bro, pergi sana," usir Rey.
Zia hanya tertawa melihat Rey dengan Arka.
"Mending kak Arka disini, lihatin kak Roy," kata Zia.
"Kalo kakak kalian tahu, kalian bisa kena marah," ujar Arka.
"Itu urusan belakang, yang penting sekarang, tidak ketinggalan info," jawab Zia.
"Kia, ayo ikut denganku," ajak Arka.
"Ini masih seru, kak," jawab Zia.
"Tidak baik terlalu kepo dengan urusan orang lain, mending kamu jalan denganku, atau mau belanja?" ucap Arka.
"Setelah aku pikir, mending belanja aja sama kakak," jawab Zia.
"Zia, bagaimana dengan kakak?" tanya Rey.
"Bro, sendiri saja," jawab Arka.
"Tega sekali," kata Rey.
"Mending kakak keperusahaan, aku baru ingat, kalo ada meeting hari ini," kata Zia.
"Kenapa tidak kamu saja?" tanya Rey.
"Kakak kan tahu, aku tidak serius mengelola perusahaan, hanya sedang gabut," jawab Zia.
"Lagian ada sekertaris cantik, namanya Laras, kerjanya sangat bagus," lanjut Zia.
"Yasudah kakak pergi dulu, bukan karena ada sekertaris cantik, ya," kata Rey.
"Jujur aja, pasti karena sekertaris," sahut Arka menggoda sahabatnya.
"Diam Lu!" kata Rey kesal.
Lalu Rey meninggalkan mereka, karena Rey harus mengejar waktu, karena Rey tidak mungkin meninggalkan acara meeting diperusahaannya.
"Aku jadi penasaran, secantik apa sekertaris baru itu," gumam Rey tersenyum sinis..
***