Virginia menjual keperawanan yang berharga pada Vincent demi menyelamatkan nyawa adiknya yang saat ini sedang koma. Namun, Vincent yang sedang mengalami prahara dalam hubungannya dengan sang mantan istri, menggunakan Virginia untuk membalas dendam pada sang mantan istri.
Vincent dengan licik terus menambah hutang Virginia padanya sehingga anak itu patuh padanya. Namun Vincent punya alasan lain kenapa dia tetap mengungkung Virginia dalam pelukannya. Kehidupan keras Virginia dan rasa iba Vincent membuatnya melakukan itu.
Bahkan tanpa Vincent sadari, dia begitu terobsesi dengan Virginia padahal dia bertekat akan melepaskan Virginia begitu kehidupan Virgi membaik.
Melihat bagaimana Vincent bersikap begitu baik pada Virgi, Lana si mantan istri meradang, membuatnya melakukan apa saja agar keduanya berpisah. Vincent hanya milik Lana seorang. Dia bahkan rela melakukan apa saja demi Vincent.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mari Lupakan Semuanya
"Seenak apa keperawanan itu, ha? Bedanya sama yang sudah punya anak 3 apa? Sama saja, asal anda tau!"
Bagaimana Egi lupa kata-kata itu? Menyakitkan sampai Egi merasa tertekan.
Bagaimana dia akan lupa perasaan itu? Tubuhnya dikoyak sampai berdarah-darah.
Masih terlarut dalam bayangan masa lalu, Egi tidak sadar Vincent sudah berdiri di depannya.
"Dokter—"
Gerakan Vincent begitu cepat sampai Egi tidak menyadari kalau dia sudah diseret Vincent ke mobilnya kemudian dalam hitungan menit, mereka tiba di sebuah apartemen.
Tidak berada di lantai yang tinggi, mereka masuk ke salah satu unit di lantai 3. Egi diam saja sebab merasa malu ketika membuat keributan, sejak tadi mereka berdua cukup menarik perhatian orang. Ia takut akan membuat Vincent terlihat buruk.
"Aku tidak menerima penolakan lagi, Virgi! Ini bukan semata karena aku bersalah padamu!"
Egi syok, terlebih saat Vincent berlutut di depannya saat keduanya berhasil masuk.
"Rumah ini untuk El!" Vincent menegaskan suaranya tetapi tidak sampai membuat Egi merasa terintimidasi. Mata Vincent yang tajam itu tak berkedip menatap lurus ke mata Egi.
"Ini bukan kompensasi, Virgi! Karena aku tidak pernah mencelakai El! Kedua, El tidak akan selamanya di rumah sakit ini setelah pulih. Dia akan membutuhkan tempat yang baik dan tenang untuk pemulihan lebih cepat. Percayalah, kamu akan lebih mudah tinggal disini karena mobilitas ke rumah sakit akan jauh lebih sering suatu saat nanti."
"Tidak perlu berlutut, Dokter!" ujar Egi dingin.
"Aku juga akan mengatur agar kamu bisa dioperasi—"
"Hah?" tukas Egi kaget. "Saya sakit apa—?"
Sejenak Egi berpikir, ini bukan akal-akalan Vincent lagi, kan? Vincent tidak sedang berusaha membuatnya berhutang lebih banyak kan? Ya ampun, berada diantara Lana yang masih terikat hubungan suami istri di mata negara dengan Vincent ini sungguh menyesakkan. Ia muak, sebal dengan adanya 2 orang yang baku hantam mode balas dendam parah seperti mereka.
"Dokter pasti akan minta balasan atas jasa Dokter, kan?"
Vincent merasakan bahwa Egi curiga terus kepadanya, jadi dia berdiri.
"Teknologi sekarang sangat memungkinkan jika seseorang menginginkan keperawanannya kembali utuh." Vincent menahan diri untuk tidak berkata; meski itu tidak penting. Tapi dia sadar betul, Egi pasti tidak pernah memikirkan tentang ini; menikah dengan pria yang sudah mengambil keperawanannya.
Vincent pun tidak berani meski dia sangat siap jika Egi meminta hal itu darinya. Lebih baik Egi mengatakan itu agar semuanya lebih mudah.
"Saya belum menikah, tapi saya sudah melakukan hal yang memalukan, jika itu terjadi, Dokter!" Egi pernah mendengar hal itu, meski terdengar aneh di telinganya, selain tabu rasanya melakukan hal seperti itu sekalipun banyak uang.
Mau ditaruh dimana mukanya jika ketahuan tidak lagi perawan padahal belum menikah. Meski dia tahu dokter tidak akan membocorkan informasi apapun yang berkaitan dengan privasi pasiennya, tapi tetap saja Egi malu. Lagipula itu bukan sesuatu yang membahayakan nyawanya jika tidak kembali utuh.
"Virgi, saya merasa bersalah sebab saya seperti menjebakmu. Kamu ingat aku sudah menolakmu, kan? Tapi aku pria normal yang jujur saja tidak akan menolak wanita yang datang kepadaku, maksud saya, saya pria yang pernah berkeluarga, saya merasa kesepian sejak bercerai dari Lana." Vincent berhenti. Kenapa dia malah cerita sepanjang ini ke Egi ya?
Mata Vincent mengintip ke arah Egi yang sepertinya biasa saja mendengarnya.
"Dokter tidak usah merasa bersalah lagi, saya sudah ikhlas." Egi dengan lapang mengatakan itu.
Harga diri Vincent terluka atas ucapan itu seolah Egi kasihan padanya. Apa Egi tahu kalau kesepian adalah bagian dari penderitaan dunia?
"Kita menikah saja, Virgi!"
Egi kaget bukan main. Vincent masih sah menjadi suami Lana, kan? Kalau begitu dia jadi istri kedua?
"Banyak wanita yang menikah dengan pria yang sudah mengambil keperawanannya, Virgi, dengan begitu—"
"Dokter, saya tidak pernah berpikir demikian." Egi lelah membahas ini. Tapi salahnya juga sih, kan dia yang minta agar dikembalikan. Ya ampun, dia menyesal telah memakai kata-kata itu saat marah dan memaki Vincent waktu itu.
"Jadi aku harus bagaimana, Virgi!" Vincent frustrasi. "Mengembalikan keperawanan itu tidak dengan memasukkan kembali penys ke dalam tubuh kamu seperti saat aku mengambilnya!"
Muka Egi menjadi merah padam. Ia kesal sekaligus geli. Itu artinya ....
"Mari kita berhenti bertemu secara pribadi, Dokter. Saya akan menerima rumah ini, tapi saya tidak mau bertemu Dokter berdua saja di ruangan tertutup."
Vincent terpaku cukup lama.
"Mari lupakan semuanya, dan fokus pada kasus El." Egi merasa lega setelah melepaskan semua beban yang menghimpit dadanya. Sungguh ini terasa lebih baik.
"Ah, iya ... setelah ini kamu akan lebih sering berurusan dengan polisi juga, dan saya sudah minta kuasa hukum keluargaku untuk membantumu." Vincent lupa akan hal itu.
"Maaf Dokter, Brie harus ditinggal oleh Ibunya lagi karena masalah saya." Egi memikirkan ini sejak tadi siang. Melihat Brie sendirian tanpa ibunya, Egi merasa kasihan dan tidak tega. Tapi El juga lebih kasihan.
"Tidak perlu merasa begitu, Virgi! Brie sudah terbiasa di rumah sakit tanpa ibunya. Nanti aku bisa hubungi lagi pengasuhnya yang lama."
Vincent sedikit lebih lama memaku pandangannya ke Egi. Kenapa agak tidak nyaman ketika Egi meminta jaga jarak darinya?