Elora percaya bahwa cinta adalah segalanya, dan ia telah memberikan hatinya sepenuhnya kepada Nolan, pria penuh pesona yang telah memenangkan hatinya dengan kehangatan dan perhatian. Hidup mereka terasa sempurna, hingga suatu hari, Nolan memperkenalkan seorang teman lamanya, kepada Elora. Dari pertemuan itu, segalanya mulai berubah.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara mereka bersikap. Perhatian yang terlalu berlebihan, dan senyuman yang terasa ganjil. Perlahan, Elora mulai mempertanyakan kebenaran hubungan mereka.
Apakah cinta Nolan kepadanya tulus, atau ada rahasia yang ia sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Skyler, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Alden
El tersenyum puas melihat penampilannya dari pantulan cermin. Dia memakai dress hitam di atas lutut yang sangat pas dengan tubuhnya. Tidak lupa, menata rambutnya, dan memoles wajahnya dengan riasan tipis, yang semakin membuatnya terlihat cantik dan mempesona.
1jam sebelumnya,
El tengah berguling-guling di atas ranjangnya karena kebosanan. Hari ini semua temannya sedang ada acara dan tidak bisa menemaninya bermain. Lalu, tiba-tiba pak Dokter menghubunginya. Dengan cepat ia menjawab panggilan di ponselnya.
"Iya kak, ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu makan malam, apa kau bisa El?"
"Tentu saja bisa," jawabnya dengan cepat.
"Baiklah, kamu siap-siap ya, satu jam lagi aku jemput,"
"Iya kak..." setelah mengakhiri panggilan, El langsung bangkit dan meloncat kegirangan. Pasalnya sudah cukup lama, mereka tidak dinner romantis berdua.
Dan sekarang,
Sudah hampir 1 jam sejak mereka terkahir kali berbicara di telpon. Namun, sampai sekarang sang kekasih belum juga muncul. El sudah tidak sabar untuk segera bertemu, karena baginya, entah mengapa waktu terasa berjalan sangat lambat.
El melihat sebuah sedan hitam masuk ke halaman rumahnya. Dia pun langsung meraih tas nya dan segera berlari menuruni tangga.
"El, ada apa kok lari-lari?" Tanya mama
"Aku berangkat dulu ma," pamitnya tanpa menoleh, sambil terus berlari
Nolan baru saja keluar dari mobil, dia terkejut melihat El yang tiba-tiba sudah berada di depannya. Dia lantas membukakan pintu mobil untuk sang kekasih.
"Kita mau makan di mana kak?"
"Tempat yang biasa kita datangi, Rose pub & diner," El hanya mengangguk. Nolan adalah orang yang pertama kali membawanya kesana. Setelah itu, dia kerap mengajak teman-temannya kesana.
Tidak lama mereka pun sampai, Nolan langsung membawa El ke meja yang ada di dekat jendela. Namun El sedikit bingung, lantaran kekasihnya itu justru duduk di sampingnya.
"Tumben kak Nolan duduk di sini?" Karena biasanya mereka duduk saling berhadapan
"Iya, karena aku juga mengajak seorang teman. Dia temanku sewaktu kuliah di US dulu, dan dia baru pulang beberapa bulan ini. Aku belum sempat mengenalkannya padamu, karena belum ada waktu yang pas," tuturnya panjang lebar
El hanya mengangguk dengan senyuman tipis, jujur ia kecewa. Dia pikir mereka makan malam romantis hanya berdua. Tak disangka, masih ada orang lain. "Percuma saja berdandan," batinnya
Cukup lama mereka menunggu, namun teman yang dimaksud tidak kunjung datang.
"Kak, aku mau ke toilet bentar," pamit El, lalu beranjak pergi
"Siapa sih temennya kak Nolan, sok penting banget sampe buat kita nunggu begitu lama. Pasti orangnya..." El langsung menghentikan langkahnya saat seseorang yang muncul dari koridor samping. Dia, bertemu lagi dengan pria itu.
Walaupun sudah beberapa kali bertemu, mereka tetaplah orang asing yang tidak saling mengenal. Jadi, El berlalu begitu saja tanpa menyapanya, begitu pula sebaliknya.
Saat kembali dari toilet, matanya langsung terbelalak, dia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Pria itu, duduk di kursi tepat di depannya, sambil berbincang dengan pacarnya.
"Kenapa nggak duduk," ucap Nolan, lalu menarik tangan El. "Ini kekasihku El," ucap Nolan pada temannya.
Mereka saling berjabat tangan memperkenalkan diri.
"Alden," ucapnya datar
"Elora,"
El hanya memperhatikan Nolan dan Alden yang tengah berbincang dengan santai, bahkan pria galak itu terkadang juga tersenyum bersama kekashnya.
"Oh ya, beberapa waktu lalu kau bilang sedang mencari sekretaris, memangnya kenapa dengan sekretarismu yang sebelumnya?" Tanya Nolan
"Entahlah, dia mengundurkan diri begitu saja," jawab Alden dengan santainya
"Itu pasti karena dia nggak betah kerja sama lo," batin El,
"Bagaimana kalau El melamar jadi sekretarismu?"
"Uhuk..uhukk..." El langsung tersedak mendengar perkataan kekasihnya, dan menoleh kearahnya.
Nolan segera memberinya segelas air, "hati-hati El, kalau makan," ujarnya seraya menepuk-nepuk punggungnya. "Sudah enakan?" El hanya menjawabnya dengan anggukan.
"Jadi bagaimana Al, apa Elora bisa menjadi sekretarismu?"
"Sepertinya untuk jadi sekretaris pak Al, standarnya harus tinggi. Sedangkan nilai ku cuma rata-rata, sepertinya aku kurang cocok," sela El
"Kenapa kamu bicara seperti itu, kamu itu pinter El, jangan merendah seperti itu. Bagaimana menurutmu Al?"
"Nggak masalah, aku tidak pernah memberikan standar untuk pegawaiku. Bagiku yang terpenting adalah dia bisa bekerja," tuturnya tegas
"Jadi dia bisa,?"
"Tentu saja dia bisa menjadi sekretarisku, kalau dia mau," ujar Al, dengan senyum menyeringai
El yang melihatnya langsung bergidik, tapi sayangnya, Nolan tidak memperhatikan. Dia tengah sibuk membujuk El.
"Apakah dia berencana untuk menyiksaku di kantornya sebagai balas dendam?" Batin El
"Kamu tenang saja El, dia tidak segalak penampilannya," ucapnya seraya menunjuk Alden. "Kamu pasti akan betah kerja di sana."
Melihat tatapan kekasihnya yang penuh harap, El tidak bisa menolak. Dia mengangguk perlahan, dan disambut senyuman bangga oleh Nolan.
"Oh ya, untuk formalitas kamu harus mengirim berkas seperti cv dan yang lain, apa kamu ada?" El hanya mengangguk
Alden lalu menyimpan nomor ponsel El, dan mengirimkannya alamat email untuk mengirim cv.
"Kapan dia bisa mulai kerja?" Tanya Nolan
"Besok,"
El sontak terkejut, tapi mau bagaimana lagi. Karena sudah setuju, dia hanya bisa mencobanya. Masuk ke dunia orang dewasa yang sesungguhnya. Karena selama ini yang dia tahu hanyalah bersenang-senang.
Malam sudah semakin larut, mereka semua memutuskan untuk pulang.
Sesampainya di rumah, El menghampiri kedua orang tuanya yang masih asik menonton tv. Dia lantas menyela, dengan duduk diantara mereka berdua, memaksa papanya untuk bergeser.
"Kenapa sayang, kok kelihatan lemes gitu? Bukannya habis makan malam sama Pak Dokter.." ujar mama
"Besok aku udah mulai kerja ma," jawabnya lemas
"Benarkah?" Tanya mama dan papanya serentak, mereka sangat senang mendengarnya
"Kamu diterima kerja dimana El?" Tanya papa antusias
"Di perusahaan MHD group."
Papa segera membuka ponselnya dan mencari tahu tentang perusahaan itu. Tiba-tiba dia berseru, "hebat kamu El, bisa diterima di sana, itu kan salah satu perusahaan terkemuka," ucap papa bangga
"Bagaimana kamu bisa diterima kerja di sana? Lalu kamu masuk di bagian apa?" Tanya mama
"Aku jadi sekretaris bos nya,"
"Wah, beneran? Kok bisa kamu tiba-tiba jadi sekretaris?"
"Iya berkat kak Nolan, yang punya perusahaan itu temennya,"
"Oh, pantes aja, ternyata temennya nak Nolan,"ujar papa
"Apa maksud papa, kenapa cara bicara papa seperti itu? Papa ngremehin aku ya, papa pikir aku nggak bisa dapet kerja sendiri?" El berbicara dengan keras, ia tampak emosi terhadap papa nya
"Aish.. jangan berburuk sangka sama papa dong! Papa hanya memuji, nak Nolan itu memang pacar yang baik dan pengertian," ucap papanya sedikit gugup, karena mendapat pelototan dari istrinya
"Kamu kan sudah dapet kerja, kenapa murung seperti ini. Harusnya seneng dong sayang," kata mama
"Tapi calon bosku galak ma.."
"Benarkah, kamu kan belum kenal jadi bagaimana bisa menilai seperti itu?"
"Kelihatan dari mukanya,"
"Hmm... kalau kamu tidak mau bekerja tidak apa-apa, kalau begitu nikah saja."
"Papa... Aku barusan lulus masa disuruh nikah sih."
"Ya kamu nggak mau kerja, kalau nikah kamu tidak perlu kerja, ada yang memberimu nafkah," sahut papa
"Jadi papa udah nggak mampu ngasih aku uang," Balas El penuh penekanan
Papa hanya menunjuk El, tapi tidak mampu berkata-kata, dan akhirnya memilih untuk diam.
"Kamu nggak mau nikah sama nak Nolan?" Tanya mama
"Bukan nggak mau ma, tapi nggak sekarang. Aku nggak siap kalau jadi ibu rumah tangga, harus mengurus rumah, aku masih ingin bekerja dan juga menikmati hidup bebas,"
Mama mengangguk paham, "iya sayang, sekarang kamu cepat istirahat, besok hari pertama mu kerja, jangan sampai telat!"
*
*