Difiar Seamus seorang penyihir penyedia jasa pengabul permintaan dengan imbalan sesuka hatinya. Tidak segan-segan Difiar mengambil hal berharga dari pelanggannya. Sehingga manusia sadar jika mereka harus lebih berusaha lagi daripada menempuh jalan instan yang membuat mereka menyesal.
Malena Safira manusia yang tidak tahu identitasnya, pasalnya semua orang menganggap jika dirinya seorang penjelajah waktu. Bagi Safira, dia hanyalah orang yang setiap hari selalu sial dan bermimpi buruk. Anehnya, mimpi itu merupakan kisah masa lalu orang yang diambang kematian.
Jika kalian sedang putus asa lalu menemukan gubuk tua yang di kelilingi pepohonan, masuklah ke dalam penyihir akan mengabulkan permintaan kalian karena mereka pernah mencicipi rasanya ramuan pengubah nasib yang terbukti ampuh mengubah hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaurika Jolie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fantasi Penyihir Kolot
Masa kini 2021
Pemilik sepatu pantofel hitam mengkilat berjalan angkuh memasuki kantor perusahaan yang dia pimpin selama 50 tahun. Anehnya, dia masih terlihat seperti sejak awal perusahaan berdiri. Banyak karyawan yang merasa janggal tidak ada perubahan dalam dirinya, bahkan umurnya tidak ada yang tahu.
Namun, pimpinan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan itu seolah mengunci rapat identitasnya bersama sekretarisnya sekaligus asisten pribadinya itu. Lagi pula sudah tidak ada yang berani mengulik urusan pribadi mereka setelah ada karyawan yang mati mengenaskan saat mencari tahu identitas mereka. Beberapa karyawan ada yang menyangkut pautkan kasus kematian orang itu dengan hal yang dia selidiki.
Sekarang para karyawan sudah tidak peduli lagi tentang identitas atasan mereka daripada pekerjaan yang diraih susah payah lenyap begitu saja. Iya kalau dipecat, nyawa melayang saja sudah membuat mereka bergidik ngeri.
Pemilik nama Difiar Seamus itu ikut mengantri masuk ke dalam lift. Semua karyawan yang mengetahui kehadirannya langsung menyapa penuh kegembiraan, tetapi tidak ada balasan keramahan yang selalu mereka harapkan. Seperti biasa, balasannya hanya lirikan mata sekilas lalu memalingkan wajah. Difiar selalu menunjukkan wajah dingin seolah mulutnya diselotip.
“Bapak pakai baju formal mau ada meeting, ya?” tanya salah satu karyawan yang ada di sampingnya setelah memasuki lift.
Tanpa menatap lawan bicara, Difiar menggerakkan bibirnya. “Lagi mau aja.”
Sontak respon para karyawan menghebohkan seisi lift, akhirnya ada yang di notice sama atasannya setelah menunggu pergantian generasi, kini ada yang mampu membuat atasan mereka menjawab pertanyaan yang tidak penting sehingga si pelempar pertanyaan pantas menjadi karyawan terbaik tahun ini.
Setelah keluar dari lift, dia berjalan lebih dulu menghiraukan semua yang masih mempertahankan kehebohan karena tiga kata yang diucapkan atasannya.
“Ada kemajuan dari Bapak. Dia baru aja dapat cewek baru kalik, ya?”
“Bisa aja habis ulang tahun. Btw, umurnya berapa sih? Ganteng banget mau jadi pacarnya!”
“Hush! Nggak usah bahas gituan!”
Seketika raut wajah Difiar berubah tambah datar seiring jarak mereka semakin jauh. Telinganya terasa panas sehingga dia mengusapnya beberapa kali. “Manusia hobi banget ngobrol nggak jelas!”
Langkah kaki jenjangnya seketika berhenti di depan pintu berwarna cokelat. Terdengar sayup-sayup suara desahan yang masuk ke telinganya. Dia melihat sekeliling memastikan sumber suara yang dia dengar. “Sial! Jangan-jangan ada di dapur!”
Kakinya melangkah gesit ke arah ruangan yang berjarak 2 meter dari ruangannya. Namun, tidak ada tanda-tanda hal aneh di dalam. “Suaranya masih terngiang-ngiang di telinga!”
“Samuel?”
Terlintas ingatan ruang kerja mereka jadi satu. Ada kemungkinan jika ruangannya menjadi tempat beradu keringat di pagi hari. Dia berlari kembali ke ruangannya. Menurunkan gagang pintu kemudian membuka selebar-lebarnya.
Benar dugaannya, ruang kerja mereka menjadi pemuas napsu pria mata keranjang yang hanya memanfaatkan lubang wanita dengan rayuan mautnya. Tidak segan-segan membawa pelacur masuk ke perusahaannya yang terbilang ketat dengan orang asing.
Baru beberapa detik melihat posisi mereka diluar nalar. “Shitt! Nggak ada duit buat sewa hotel apa gimana? Ini tempat kerja bukan motel! Pergi sekarang juga! Mulai saat ini kamu nggak boleh pakai ruanganku dan bulan ini nggak ada ruangan untuk kamu.”
“Bangsat! Terus aku kerja di mana? Perusahaan ini berjalan karena aku!” protes pria itu masih berada di posisi yang sama.
“Terserah kamu mau kerja di mana! Yang jelas ruangan ini harus steril dari cairan kotor kalian!”
“Aishh! Udah aku ingatkan kunci pintu!” teriak pelaku utama mendadak mendorong wanita di bawahnya. Wajahnya terlihat putus asa karena gagal mendekati puncaknya.
“Perasaan tadi udah aku kunci!” elak wanita tanpa busana yang sibuk mengumpulkan pakaian yang berserakan di lantai.
“Haduh! Bukannya kamu mati rasa? Kenapa masih mengandalkan perasaan juga? Sakit ini bocah. Buruan pergi bayarannya nanti aku transfer!” perintah Samuel disela menaikkan ritsleting celana.
Mereka buru-buru memakai baju seadanya sehingga terlihat jelas habis melakukan hal senonoh. Sang wanita pun tanpa malu keluar ruangannya tanpa memakai underwear, terlihat jelas lekukan tubuh yang paling menonjol. Wanita itu hanya mengangguk kemudian melenggang tanpa berani menatap Difiar.
Sementara Samuel melempar dirinya ke sofa dengan putus asa. “Bayar mahal-mahal cuma dapat setengah servis. Bangsat, ya, kamu penyihir abal-abal!”
“Salah siapa pakai ruangan nggak sesuai fungsi?” Difiar masih kesal dengan kelakuan asistennya itu. Dia menghidupkan penyejuk udara serta meneliti setiap ruangan. “Hey!”
“Salah siapa? Kalau kamu penyihir pasti dengar keadaan di dalam!” balas Samuel yang langsung menatap atasannya. “Apalagi, sih? Masih nahan gejolak ini loh!”
“Makanya itu aku harus mencegah ruanganku sendiri dari hal menjijikan itu!” geram Difiar yang langsung menaikkan kedua alisnya. “Kamu keluar di dalam? Tanpa pengaman?”
“Belum keluar, setan! Lagian nggak masalah, toh semua jalang udah ada cara kerjanya biar nggak hamil,” jawab Samuel merapikan rambutnya yang berantakan. “Menjijikkan? Bagian mana? Proses mengeluarkan hal menjijikkan itu sangat nikmat banget. Kamu aja yang belum pernah coba.”
“Buang-buang tenaga! Bukannya kerja lebih enak, sama-sama menguras tenaga, kan?”
Seketika Difiar ingat telah membuang beberapa waktu berharga hanya untuk mengobrol hal yang tidak penting. “Waktu adalah uang! Pokoknya nggak mau tau, kita harus pisah ruangan dan kesepakatan tadi berlaku saat ini!”
Samuel hanya bisa mengembuskan napas kasar. “Gini nih penyihir kolot yang harus diubah cara pandangannya.”
Mereka mulai terdiam sampai Samuel mendapatkan ide cemerlang. “Hey! Kamu beneran nggak mau pertukaran energi?”
Kening Difiar berkerut mencoba memahami maksud Samuel. "Bicara yang jelas!”
Samuel menabrakkan kedua telapak tangannya sehingga Difiar menangkap maksud perkataannya tadi lewat suara. Namun, dia menunjukkan wajah sepolos mungkin. "Hah?"
“Ck! Udah pernah one night stand belum, sih? Minimal sekali seumur hidup kek!”
“Cium bibir cewek udah termasuk?”
“Yang bener aja? Jangan-jangan gosip kamu gay itu benar?”
Penyihir tampan yang satu itu memutar bola matanya malas. "Nggak jelas.”
“Coba, buruan coba! Dijamin ketagihan. Biar aku carikan cewek yang pas buat kamu. Kriteria yang seperti apa?” Kedua alis Samuel naik turun lalu kedua tangannya merentang ke samping.
Melihat karyawannya itu bersantai-santai di jam kerja buat dirinya kesal. "Kerja, ped*fil!”
Samuel melotot mendengar atasannya itu memanggilnya sangat kasar. Dia mau marah, tetapi dia hanya bisa menahannya. “Kamu beneran mau menyia-nyiakan kesempatan? Uang kamu banyak kasih ke wanita yang membutuhkan kek. Bantu perekonomian mereka. Nanti dapat barter yang sesuai sama harga.”
“Punya otak buat mikir hal positif bukan hal mesum. Pikirannya tuh jadi sempit!” sindirnya seraya mengetuk-ngetuk kepalanya.
Pria yang masih telanjang dada itu berdecak kesal. Terbesit keinginannya menggoda atasannya itu. “Difiar, bayangin coba kamu punya tongkat keluar masuk ke lubang sempit berulang kali. Dok ... dok ... dok! Terus keringat kamu bercucuran dan darah kamu mendidih bergejolak meminta lebih—”
Telinganya berdengung menyebabkan tubuhnya meremang setelah masuk ke dalam perangkat temannya. Tangan kekar Difiar mengambil penghapus kecil lalu melemparnya ke arah pria yang telah merubah suhu tubuhnya. “Diam!”
Tepat sasaran!
Samuel berteriak memegang dahinya yang terkena amukan atasannya. “Kurang ajar!”
“Siapa, hah? Lupa tadi disuruh ngapain sama bos kamu?”
Yang dilempar pertanyaan pura-pura tidak dengar. Dia kembali iseng ke atasannya sampai dia dapat apa yang dia mau. “Kamu pernah uleni adonan roti nggak sih? Itu loh buat adonan jadi bulat sebelum masukin ke loyang. Nah, rasanya jauh lebih kenyal tapi padat. Kamu bisa dapat ukuran yang pas di genggaman kamu atau yang lebih besar dari genggaman kamu tergantung harga! Serahkan ke aku kalau kamu lupa rasanya.”
Mulut Difiar hendak meloloskan umpatan kasar, tetapi ketukan pintu membungkamnya. Mereka langsung melihat orang yang menyembul dari balik pintu.
“Permisi, Bapak. Ada yang habis dari Jogja bawa oleh-oleh. Bapak mau?” tanya gadis yang menyodorkan sekotak bingkisan dari bambu.
Difiar beralih menatap Samuel mengisyaratkan untuk mengambilnya. Samuel langsung menghampiri dengan senyuman nakal.
“Thank you, Darling! Hari ini kamu secerah masa depan kita, ya?” goda Samuel yang mengambil barang dari tangan lentik gadis di depannya.
Gadis itu langsung mual dan menyentak tangan Samuel yang hendak mengecup telapak tangannya. “Nyamuk di ruangan Bapak besar banget, ya?”
Samuel melihat hal yang ditunjuk gadis itu lewat matanya. Lantas dia memalingkan tubuhnya lupa jika telanjang dada. “Iya, besar banget! Ambilkan semprotan nyamuk, cepat!”
Kedua tangan gadis itu terlipat di dada. “Semprotan itu nggak mempan buat nyamuk yang bisa bicara, Samuel!”
Difiar melihat jam di pergelangan tangannya. “Jam 8 kita meeting pastikan kalian bekerja sekeras mungkin hari ini!”
Gadis itu langsung mematung ingat jika atasannya ada di sana. “Siap, Pak!” Kemudian dia berbisik ke arah Samuel, “Pakai parfum sesuai genre, Samuel! Aroma nyamuknya masih nempel di tubuh kamu.”
Pintu telah tertutup, Samuel tidak memedulikan gadis tadi. Dia melihat makanan yang ada di dalamnya dengan bibir menyungging. Dia sengaja mengigit klepon itu sesensual mungkin sehingga isi dalam klepon itu keluar mengenai tubuhnya.
“Ups! Muncrat sampai mana-mana,” kata Samuel diiringi tawa menggelegar.
Kejadian tadi dilihat langsung oleh Difiar sesuai keinginan Samuel. Secepatnya dia berpaling lalu merapikan setelan jasnya. “Siapkan aku satu perawan malam ini dengan harga yang terbaik.” Telunjuknya mengarah pada asisten pribadinya lewat tatapan mata saja dia bisa menangkap keseriusannya. “Pastikan tanpa goresan apapun di tubuhnya!”
Samuel terkikik geli. “Pria semurni apapun kalau diracuni hal mesum tamengnya pasti runtuh. Pilihan yang tepat, Difiar. Mari kita berpesta malam ini!”
“Siapkan wanita yang sempurna. Jauh dari perkataan yang kamu ucapkan tadi!” perintah Difiar tanpa melihat bawahannya yang terkikik geli mengejeknya.
Samuel langsung terbahak-bahak, dia telah masuk ke dalam jebakannya. Sebenarnya, Difiar menahan malu, tetapi dialihkan dengan hal yang tidak mau kalah darinya. “Bukannya malam ini kita kerja juga?”
Difiar menghentikan langkahnya. “Seminggu ini kita tutup, kan? Bukannya itu hal yang kamu sengaja?”
“Hey! Semua pekerjaan aku yang pegang. Mana sempat cari bahan-bahan di dunia sihir! Kamu ngapain aja selama ini? Aku juga mau bersenang-senang di dunia manusia!” bela Samuel mengeluarkan kekesalannya.
“Ck! Makanya jangan sering-sering birahi!”
Kekesalannya benar-benar memuncak. Samuel terus berharap agar atasannya itu memberikan asisten untuknya. Namun, dia selalu menutup mata dan telinga saat mengajukan keluhan. “Malam ini aku akan carikan wanita yang buat kamu ketagihan sampai buat kamu malas kerja dan terus jajan di langgananku!”
Difiar menutup pintu sekencang-kencangnya. Dia bersandar pada pintu menatap sekeliling dengan embusan napas berat. “Cepatlah kita bertemu lagi biar nggak ada orang yang bisa menggantikan posisi kamu.”
“Seratus tahun lebih aku menahannya demi dia. Seharusnya, waktu itu perjanjian pertemuan kita untuk selamanya. Bukan masa terjadinya gerhana blood moon aja!”