Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Kayla
Pagi harinya, Salwa bangun terlebih dahulu. Ia pun membangunkan suaminya.
"Mas sudah Shubuh, ayo bangun!"
"Hem.. " Namun mata Tristan masih terpejam.
"Ayo, Mas!"
"Kasih vitamin dulu!"
"Vitamin apa? A,B,C?"
"Ck..."
Tristan pun menarik tubuh istrinya hingga tertindih di atas tubuhnya. Ia memagut bibir Salwa.
"Nah itu vitaminnya!"
"Ih, jorok! Kan, bau jigong!"
"Nggak ah, bau cinta!"
Saat Salwa ingin bangun, Tristan menahannya dan memeluknya dengan erat.
"Biarkan begini sebentar saja!"
10 menit kemudian
"Ayo Mas! Keburu siang!"
Salwa menarik tangan Tristan agar segera bangun.
Setelah melakukan shalat Shubuh, Tristan tidur di pangkuan Salwa. Salwa pun membelai rambut Tristan seperti seorang Ibu kepada anaknya.
"Apa kamu menyesal sudah menjadi istriku?"
"Kenapa tiba-tiba kamu bertanya seperti itu, Mas?"
"Aku tidak ingin orang yang aku cintai tidak bahagia dengan adanya penggaggu di masa laluku!"
"Mas, aku menerima ketentuan dari Allah! Aku yakin, akan ada hikmah di setiap peristiwa. Aku akan berdiri tegak di sampingmu, mendukung dan menemanimu sampai ajal menjemputku."
Tristan memiringkan kepalanya menghadap perut Salwa. Sontak Tristan mengecupnya, dan tangan Tristan membelai perut Salwa.
"Terima kasih, sudah menerimaku! Semoga buah cinta kita akan segera hadir di sini."
Hati Salwa menghangat. Ia mengaminkan do'a suaminya di dalam hati.
Tiba-tiba tangan Tristan merambat ke atas. Mencari mainannya. Dan sangat kebetulan Salwa tidak memakai branya. Ujung gunungnya mencuat ke permukaan. Tristan yang haus akan kasih sayang langsung saja meminum susu segar dari tempatnya layaknya bayi kecil yang kehausan.
Salwa melenguh, Tristan pun tidak dapat menahan hasratnya. Pagi ini menjadi pagi yang panas di kamar mereka.
Jam 3 Sore
Salwa mengajak Tristan untuk ziaroh ke makam Nabila dan Satria.
"Ira nggak diajak, Mas?"
"Ira nggak mau ikut, capek katanya! Tadi di sekolah habis olah raga."
"Oh ya sudah."
Salwa dan Tristan berangkat ke makam berdua tanpa sopir. Tristan mengendarai mobil sendiri.
"Ini makam Nabila, dan ini Satria!"
Salwa berjongkok dan mulai membaca do'a untuk keduanya. Salwa pun meluapkan isi hatinya, namun tak terdengar oleh Tristan. Setelah selesai, mereka pun menabur bunga di atas pusara mereka.
"Ayo pulang sudah sangat sore!"
"Iya, Mas!"
Saat sampai di rumah, ternyata sudah ada tamu yang menunggu mereka. Dia adalah Kayla, sahabat Salwa semasa SMA di pondok.
"Kayla...!"
"Salwa...!"
Mereka pun berpelukan melepas rindu. Sudah tiga tahun lamanya mereka tidak bertemu. Hanya bisa telpon atau vidio call saja untuk mengurangi rasa rindu.
"Daritadi ya?"
"Sekitar 10 menit yang lalu!"
"Eh iya sampai lupa! Kenalin ini Mas Tristan, suamiku! Mas, ini Kayla!"
Kayla menangkupkan kedua tangannya, begitu pula Tristan.
"Saya ke atas dulu! Kayla, anggap saja rumah sendiri!"
"Terima kasih, Mas! Eh, Kak!"
Salwa dan Kayla bercengkrama di ruang tamu.
"Kayla, kamu beneran kabur dari rumah?"
"Iya, aku kesel sama Mama!"
"Kayla, orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya!"
"Tapi, Wa! Kamu nggak tahu sih! Yang mau dijodohin sama aku itu orangnya nggak jelas! Suka klabing, pergaulan bebas! Mama sama Papa nggak tahu itu! Mereka hanya tahu kalau dia anak orang berada dan bisa nyeimbangin hidupku! Apa lagi dia itu anaknya teman Papa!"
"Huh... susah juga kalau begitu! Terus rencananya kamu mau kemana?"
"Mau ke luar negeri jadi TKW!"
"Kamu tuh, ada-ada saja! Untuk malam ini menginaplah di sini!"
"Nggak deh! Aku nggak enak sama suamimu! Apa lagi di sini keluarga besar, kan?"
"Iya, tapi mertua dan iparku sedang di Singapur."
"Tetap saja nggak enak, Wa!"
"Ya sudah kita pikirkan nanti saja! Udah mau maghrib, ayo kita siap-siap dulu!"
Kayla pun ikut shalat berjama'ah di rumah Tristan.
Beberapa menit setelah isyak, Iyan datang untuk mengantarkan undangan ulang tahun milik Khumairah. Kebetulan Tristan dan yang lainnya sedang makan malam.
"Bos...!"
"Hem kamu sudah datang? Duduklah , makan bersama kami!"
"Siap, Bos! Tahu saja kalau saya lapar!"
Tanpa sengaja Iyan duduk di depan Kayla. Mata Iyan tak dapat berkedip melihat wanita cantik di depannya. Merasa diintimidasi, Kayla pun menunduk.
"Heh, Yan! Makan! Jangan liatin anak orang! Lihat tuh, jadi takut!"
"Ma-maaf! Saya hanya shock melihat bidadari di depan saya! Saya kira cuma menghayal ternyata beneran ada, hehe..."
"Nggak usah didengar, Kay!Lanjutkan makannya!"
Kayla hanya bisa menahan senyumnya dan melanjutkan makannya. Ia mengabaikan keberadaan Iyan di hadapannya. Salwa mengambilkan lauk yang diminta Tristan dan menyendokkannya ke piring Tristan.
"Ira mau juga?"
"Nggak, Bun! Nasi Ira udah mau habis."
Iyan iri melihat kemesraan Tristan dan istrinya.
"Duh, andaikan aku juga ada yang melayani ya?" Ujar Tristan.
"Om, makanya nikah!"Celetuk Khumairah.
Tristan dan Salwa tersenyum mendengarnya.
"Cariin dong, Ra! Kalau ada yang kayak Bundanya Ira!"
"Mana ada, Om? Bundaku cuma satu! Kalau mau tuh ada, Miss Fera!"
"Yaelah nih anak! Segala perawan tua yang ditawarin!"
Salwa tertawa terpingkal-pingkal.
"Sudah, sudah! Ini acara makan malam kok jadi ngeghibah! Ira kalau suda makannya, kembali ke kamar ya? Bunda sudah bilang Encus buat temani Ira kerjakan PR!"
"Iya, Bunda."
Selesai makan malam, Salwa dan Kayla kembali berbincang-bincang di ruang tengah. Sedangkan Tristan dan Iyan di ruang tamu.
"Bos, siapa tuh? Boleh juga!"
"Nggak usah macem-macem!"
"Ayolah, Bos! Kenalin! Aku sudah tobat, nggak jadi buaya lagi!"
"Sana, kalau berani bilang sama istriku!"
"Siapa takut!"
Tristan hanya menggelengkan kepala.
Kayla setuju malam ini dia akan tidur di sini, karena Tristan sudah meminta Bi Lastri untuk menyiapkan kamar tamu untuknya. Besok ia akan mencari kost an.
Iyan mendekati mereka berdua yang saat ini sedang menonton televisi.
"Nyonya Bos!"
"Iya, ada apa?"
Iyan nenggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Saya, emm.... anu!"
"Ngomong yang jelas dong, Kak! Ada apa?"
Salwa memanggil Iyan Kakak karena tidak ingin dianggap tidak sopan karena bagaimanapun Iyan lebih tua dua tahun darinya.
"Kenalin dong, hehe...."
"Oh.. iya sampai lupa! Kak Iyan kenalin ini Kayla Maheswari, temanku waktu di pondok!"
"Hai, Kayla! Namaku Sofyan Sanjaya panggil saja Iyan!" Ujar Iyan melambaikan sebelah tangannya dari jarak yang cukup jauh. Kayla membalas dengan menangkupkan kedua tangannya. Meski Kayla sedikit bar-bar, namun dia masih mempraktekkan ilmu agamanya.
"Kak Iyan, besok boleh minta tolong ya! Carikan kost-an yang dekat daerah sini untuk Kayla!"
"Siap, Nonya Bos! Perintah akan segera dilaksanankan!" Iyan mengangkat tangannya, seolah hormat kepada atasannya.
"Bau-baunya ada yang mau PDKT nih! Dasar buaya! Nggak bisa lihat cewek nganggur! Semoga kamu benar-benar tobat, Yan!" Batin Tristan melihat tingkah asisten sekaligus saudaranya itu.
Karena sudah malam, Iyan pamit pulang. Salwa pun menyuruh Kayla untuk beristirahat.
Bersambung....
...----------------...
Next ya kak....
Tapi Si Ira Anak Siapa..Anak Satria Atau Tristan....
Bahasanya Sangat Sempura..
Ceritanya Suka Bgt...👍🏻😍😘
Bagus Baca Ceritanya Si Salwa...😘🤗