Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17
Lara merasa kalau ada yang tidak beres dengan Ayuna hari ini. Pasalnya pagi tadi gadis itu tidak ikut sarapan bersama dengan dirinya dan juga Ibra.
Saat dimana Lara sedang menunggu kedatangan Ayuna untuk bergabung dengan mareka, seorang pelayan malah mendatanginya dan mengatakan kalau Ayuna sudah berangkat bekerja.
Sejak kepergian Ibra menuju kantornya Lara mulai sibuk dengan pikirannya sendiri memikirkan kemungkinan yang bisa saja terjadi saat Ibra dan Ayuna tidur di kamar yang sama semalam.
Apakah Ibra melakukan kesalahan besar sehingga Ayuna enggan untuk bertemu dengan suaminya itu? Ataukah hanya karena perasaan malu saja setelah apa yang mereka lakukan semalaman?
Sebenarnya Lara juga tidak tahu apakah keduanya sudah melakukan hubungan badan atau belum, Lara tak mungkin bertanya langsung pada Ibra kan?
Tentu saja hal itu tidak bisa Lara lakukan, sehingga ia meninggalkan Ibra di kamar dan lebih memilih untuk menunggu Ayuna di ruang tamu seorang diri.
"Udah jam sembilan, kok belum pulang ya?" Siang tadi Ayuna memang sempat mengirimkan pesan singkat pada Lara yang mengatakan kalau ia akan pulang terlambat hari ini.
Keresahan yang sejak pagi tadi Lara rasakan sirna dengan perlahan saat ia melihat entitas Ayuna yang sejak tadi memangi ia tunggu kehadirannya.
Mungkin Ayuna tidak menyadari kalau di ruang tamu sepi itu ada Lara yang sedang duduk di salah satu sofa sembari memperhatikan gerak geriknya dalam diam.
"Ayuna." Benar saja, buktinya tubuh Ayuna sampai terlonjak dengan sangat keras saat mendengar namanya yang dipanggil oleh Lara.
"Mba Lara kok belum tidur?" Ingin sekali Lara menjawab karena Ayuna lah ia jadi tak bisa tidur sama sekali.
"Aku nungguin kamu." Lara berucap sembari memperlihatkan senyumannya, wanita itu juga bangkit dari posisinya.
Ayuna tidak melakukan apapun selain diam di posisinya sembari menunggu Lara yang semakin mendekat padanya. Tidak ada kecurigaan yang Ayuna rasakan sama sekali saat ini.
"Kamu kenapa nggak ikut sarapan pagi tadi? Terus tumben pamitnya nggak langsung ke aku malah ke pelayan." Dengan tangan kanannya yang ia julurkan untuk menyentuh pundak Ayuna, Lara pun langsung meluncurkan pertanyaan yang memang sejak tadi sudah ia simpan di dalam kepalanya.
"Maaf ya Mba Lara, tadi pagi aku memang lagi buru-buru banget. Aku nggak pamitan langsung karena Mba Lara juga belum turun dari kamar, jadi aku minta tolong buat sampaikan ke salah satu pelayan tadi." Pembohong, jelas-jelas Ayuna sengaja melakukannya karena sudah tidak kuat mendengar gunjingan tentang dirinya.
"Bener karena itu? Bukan karena Mas Ibra yang tidur di kamar kamu semalam?" Raut terkejut tercetak jelas di wajah cantik Ayuna karena gadis itu tidak menyangka kalau tuduhan seperti ini yang akan Lara lemparkan padanya.
"Bukan kok Mba, beneran karena pekerjaan." Sebisa mungkin Ayuna membuat Lara untuk percaya padanya.
Hingga pada akhirnya ia bisa bernapas dengan lega kala melihat kepala Lara yang mengangguk dengan pelan, cara yang ia gunakan ternyata berhasil.
"Mba Lara tenang aja, aku tetap sarapan kok tadi pagi. Makan siangnya juga nggak sembarangan." Kalau yang satu ini Ayuna berkata dengan sangat jujur, ia benar-benar sangat memperhatikan setiap asupan makanan yang akan disantapnya.
"Oke, makasih ya karena kamu udah ngelakuin hal itu." Senyuman yang Lara lontarkan pada Ayuna juga dibalas oleh gadis itu.
"Oh iya Ayuna." Kiranya obrolan mereka sudah berakhir di sana, tapi ternyata masih ada hal lain yang ingin Lara sampaikan.
"Minggu depan Mas Ibra harus ke Jepang, nanti kamu ikut ya?" Tanpa merasa ragu sama sekali, Ayuna langsung saja membelalakkan kedua matanya karena terlalu terkejut.
Pergi ke Jepang bersama dengan Ibra? Bukannya hal itu hanya akan memberatkan Ibra saja, apalagi Ayuna tahu kalau Ibra pergi ke sana pasti karena masalah pekerjaan.
"Maaf Mba, aku nggak bisa ikut ke Jepang sama Pak Ibra. Kan aku harus kerja juga." Lara sendiri sudah tahu pasti jawaban seperti ini yang akan ia terima dari Ayuna.
"Kamu nggak perlu khawatir kalau tentang itu, biar aku yang urus ya. Yang penting kamu ikut Mas Ibra ke Jepang selama satu minggu, anggap aja kalau kalian sambilan liburan." Mana boleh seperti itu, membayangkannya saja Ayuna tak berani melakukannya.
Semalam saja Ayuna benar-benar dibuat merasa canggung tidur di ruangan yang sama dengan Ibra. Dan sekarang dirinya malah diminta untuk pergi kr negara lain bersama dengan Ibra tanpa adanya Lara di antara mereka berdua.
"Tolong ya Ayu? Semakin sering kalian berhubungan, semakin cepat juga si kecil datangnya." Ayuna bukan lagi bocah kecil yang tidak mengerti apa yang Lara maksudkan.
Lihat saja, kedua pipi gadis manis itu memperlihatkan semburat kemerahan yang tak terlalu kentara.
"Kamu belum punya passport kan?" Pertanyaan Lara barusan mendapatkan satu gelengan pelan sebagai jawabannya.
"Kalau gitu langsung diurus ya besok. Farah bakalan jemput kamu pas jam istirahat kerja, dia juga yang bakalan bantu kamu urus semuanya nanti." Tidak bisakah Lara melakukannya dengan perlahan?
Semuanya terlalu cepat bagi Ayuna sampai ia tidak bisa mencernanya dengan mudah. Bahkan belum ada satu bulan sejak kepindahannya, tetapi Ayuna sudah menghadapi banyak sekali hal yang membuatnya terkejut.
"Oke, gitu dulu deh ya Ayu. Misalnya besok kamu harus berangkat cepat lagi, datengin aja aku di kamar. Nggak apa-apa kok, aku nggak keberatan sama sekali." Itu adalah kalimat terakhir yang Ayuna dapatkan dari Lara, karena setelahnya wanita itu memilih untuk pergi menuju kamarnya sendiri.
Ini gila! Hubungannya dengan Ibra saja belum sebaik itu dan sekarang Lara malah memintanya untuk pergi ke Jepang bersama dengan Ibra? Mana bisa Ayuna melakukannya.
Ayuna terlalu panik sampai ia mondar mandir sendiri di ruang tamu sana sembari menggigiti kukunya. Ia juga sudah mulai lupa dengan pegal di kedua kakinya karena terlalu lama berdiri seharian ini.
Gadis itu nampaknya juga tidak menyadari kalau ada sepasang mata lainnya yang sedang memperhatikan dalam diam. Dan ternyata orang itu adalah Ibra.
Pria itu sudah melihat semuanya dan ia juga bisa mendengar apa saja yang Ayuna bicarakan dengan istrinya tadi.
Di sanalah Ibra baru mengetahui kalau bukan hanya dirinyalah yang dipaksa oleh Lara, tetapi Ayuna juga berada di posisi yang sama dengannya. Mereka berdua pun tidak memiliki kuasa untuk menolak keinginan Lara karena takut kalau akan membuat wanita kesayangannya itu bersedih hati.
Ternyata, Ibra dan juga Ayuna berada di kapal yang sama. Kapal yang dikemudikan oleh Lara, kapal yang hanya akan berlabuh ke sebuah tempat sesuai dengan apa yang Lara inginkan.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/