Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Ica masuk ke kamar Tata. Gadis itu mengikat rambutnya yang sudah kering. Setelah itu, ia memakai bergo simpel yang menutup dadanya.
Ia mendesah pelan sambil menatap dirinya di cermin.
Sebelum memberi nasehat pada orang lain, bukankah jauh lebih baik jika kita bercermin dan menginstropeksi diri sendiri Ca???
Kamu bisa menasehati Shaka untuk ikhlas menerima takdir, tapi kamu sendiri????
Sementara ,di bawah sana kedua orang tua Syam menyambut kedatangan triplet. Tata yang memang sudah mengenal Gendhis cukup akrab saling bertegur sapa.
"Jadi...mana yang Galang dan mana yang Gilang?", tanya Syam
"Saya Galang Om, dan ini Gilang!", Galang memperkenalkan diri. Syam mengangguk pelan.
Sebenarnya mereka tidak kembar identik, tapi ya...tetap saja sulit membedakan kalau yang tak biasa.
Hanya saja, tampilan Galang yang jauh lebih dewasa di banding Gilang yang dandan kekinian seperti anak muda pada umumnya.
Syam mengangguk pelan. Tak lama kemudian Ziyad turut bergabung dengan teman-teman cucunya.
"Tata, coba panggil Kak Ica. Bilang kalau ada kak Gendhis!", pinta umi.
"Kalo kak Ica masih ngobrol di kamar Om Aka gimana ,Mi?", tanya Tata.
"Ngga apa-apa, ngobrolnya suruh nanti lagi aja!", sambung uminya Ica.
Tata pun melangkah menapaki anak tangga yang menuju ke lantai dua. Pintu kamarnya dan kamar Ica masih tertutup rapat.
Tata mengetuk pintu kamar yang Shaka pakai karena niatnya kan memang Ica ingin membujuk Shaka.
Tok
Tok
Tok
"Kak Ica, Om Aka...?", panggil Tata. Shaka keluar dari kamarnya, begitu pula Ica yang keluar dari kamar Tata.
"Lho...kirain kalian masih ngobrol hehehe...!", kata Tata sambil menoleh bergantian pada kakak juga om kecilnya.
"Udahan!", jawab Shaka sekenanya. Ia masih syok mendengar berita pertunangan Cyara.
Pemuda itu masih tak habis fikir, kenapa hal sebesar ini Cyara tidak bilang pada nya???
"Apaan sih Ta?", tanya Ica sambil membenarkan talo bergo nya.
"Itu kak, ada kakak triplet!", kata Tata mendekati Ica.
"Kak triplet?", tanya Ica.
"Iya, Kak Gendhis sama Galang Gilang!", jawab Tata.
"Oh...ya udah, kakak temuin dulu!", ujar Ica yang pergi begitu saja tanpa mengajak Shaka.
Gadis itu tak mau mendengar keributan antara kakeknya dengan om nya perihal hubungan yang tak di restui.
Tata ikut turun di belakang Ica. Sedang Shaka hanya menatap dua gadis itu yang tengah menuruni tangga.
Tapi setelah itu, Shaka memilih untuk kembali masuk dan menutup pintu kamarnya. Mungkin ia ingin menenangkan dirinya lebih dulu.
💜💜💜💜💜💜💜
Galang menatap Ica yang menuruni tangga dengan pelan. Tak lupa, senyumnya yang selalu ceria menjadi pusat perhatian seorang Galang.
Ica menyapa triplet seperti biasa seolah tadi tak ada kejadian apa pun yang cukup menguras emosinya.
Penghuni rumah itu meninggalkan Ica dan triplet untuk mengobrol.
"Lo kenapa kalem banget, Gil?", tanya Ica usil seperti biasa.
"Low bat!", jawab Gilang sekenanya.
Gendhis dan Ica terkekeh bersama. Sedang Galang hanya menyunggingkan senyum tipisnya.
"Ya di charge atuh Gil. Healing sama cewek mungkin!", lanjut lagi ledekan yang keluar dari mulut Ica.
Gilang mendengus pelan.
Gue pengennya jalan sama Lo, Ca! Tapi sepertinya udah ngga mungkin! Batin Gilang.
"Emang ngga liat tuh di sebelah kamu juga cewek Ca? Sama aja kan, keluar juga ujung-ujungnya sama dia lagi ...dia lagi ...!"
Gendhis melempar bantal ke arah Gilang.
"Gue bilangin ayah lho, Lo udah ngga mau jagain gue!", ancam Gendhis. Gilang hanya mencebikkan bibirnya.
Galang sejak tadi hanya menjadi penonton kerandoman sang kembaran juga pujaan hatinya.
"Sampai lupa, kue buat Ica di mobil! Ayo ambil, Gil!!", tiba-tiba Gendhis menyeret Gilang.
"Paan sihhh Ndish, ambil sendiri ngapa!!", protes Gilang tapi terus mengikuti langkah kembarannya.
Setelah sampai di luar ruang tamu, barulah Gendhis berbicara.
"Tujuan kita ke sini kan biar Galang tahu kepastian dari Ica. Kalo kita masih di dalam ,kapan Galang ngomongnya coba!", kata Gendhis.
Gilang memalingkan wajahnya.
"Padahal Lo tahu sendiri Ndish, kaya apa perasaan gue ke Ica!", kata Gilang lirih tanpa menatap Gendhis.
Gadis itu menghela nafas panjang lalu menepuk lengan Gilang pelan.
"Gue tahu, tapi masalahnya sekarang Galang lebih dulu nyatain cintanya ke Ica. Sekalipun Ica nolak Galang, gue yakin dia juga ngga bakal nerima Lo gitu aja."
Gilang menatap tajam pada mata Gendhis. Lagi-lagi Gendhis menghela nafas.
"Bukan gue mau berat sebelah sama Galang. Tapi gue yakin, misal Ica nolak Galang dia juga pasti nolak Lo. Kita tahu Ica kaya apa, dia ngga bakal mau nyakitin perasaan orang lain."
Gilang kembali memalingkan wajahnya.
"Kalau Ica nolak Galang, terus misal Ica nerima cinta Lo apa mungkin dia gakan tega sama Galang? Kita tahu Ica selama ini gimana, Gil! Harusnya Lo paham omongan gue!", kata Gendhis.
Gilang mencoba untuk legowo saat ini, tapi apa iya bisa?? Kalau seandainya Ica menerima Galang, itu artinya dirinya yang patah hati kan????
Sedang di ruang tamu, keheningan mulai tercipta saat Galang menanyakan tentang keputusan Ica.
Gadis itu tampak memainkan jemarinya seperti biasa jika sedang gugup.
"Bagaimana Ca?", ulang Galang. Ica menggigit bibirnya karena grogi.
Selama ini, Ica memang cukup mengagumi Galang. Menurut Ica, Galang pemuda yang dewasa. Apalagi soal pekerjaan, sudah di jamin mapan. Tapi selama ini, Ica hanya merasa kagum saja pada Galang. Selebihnya...perasaan cinta yang Ica miliki jutsru pada....om nya!
"Ya udah kalo kamu masih belum bisa menjawabnya!", kata Galang tersenyum.
"Eum...aku cuma takut kalau...?!''
"Kalau apa?", tanya Galang.
"Kalau hubungan seperti ini berhenti di tengah jalan, mas. Apalagi...mas Galang setiap harinya bertemu mba-mba pramugari di kereta yang cantik-cantik. Mungkin aku ngga ada apa-apanya!", kata Ica memberi alasan.
Ya ampun Ca....bukan ini alasan Lo!!!! Pekik Ica dalam hati.
Galang tersenyum.
"Insya Allah aku serius Ca, aku justru ingin melibatkan orang tua kita untuk membuktikan kalau hubungan yang akan kita jalani bukan untuk main-main!", kata Galang tenang.
Ica ikut tersenyum menatap wajah teduh Galang.
"Bismillah. Insya Allah aku siap Mas Galang!", kata Ica pada akhirnya.
Ya Allah, semoga keputusan ku benar! Mungkin dengan seperti ini, aku bisa melupakan perasaan ku 'padanya'.
Nyatanya, jawaban Ica cukup terdengar jelas oleh Gilang dan Gendhis yang mengira pembicaraan Ica dan Gilang sudah selesai.
Sayangnya, Gilang benar-benar harus merasakan patah hati bahkan sebelum cintanya ia ungkapkan.
💜💜💜💜💜💜
Terimakasih 🙏🙏🙏🙏✌️✌️✌️
klu bibah sm shaka rasay gmn ya shaka sdh bekas cyra kasian bibah dapat sisa🤣🤣🤣🤣😆😆😆😊
.,🤣🤣🤣🤣