Cerita Tiger and Crane mengikuti kisah seorang anak bernama Hu Zi yang merupakan seorang anak yatim piatu yang cerdas dan ceria. Namun, suatu hari ia tak sengaja menelan mutiara merah, sebuah harta dari energi Yang terdalam. Kejadian ini, lantas menuntun dirinya kepada seorang master iblis yang suram bernama Qi Xuao Xuan. Dalam dunia hantu dan setan, kepribadian antara Hu Zi (Jiang Long) dengan Qi Xuao Xuan (Zhang Linghe) adalah dua pemuda yang memiliki kepribadian yang berbeda. Mereka akhirnya terpaksa berpetualang bersama karena mutiara merah. Sedangkan Hu Zi dan Qi Xuao Xuan yang diawal hubungan saling membenci menjadi bersatu hingga bersinar satu sama lain. Terlebih setelah mereka melalui banyak ujian hidup dan mati, membuat keduanya tumbuh menjadi lebih kuat satu sama lainnya. Hingga suatu hari, Qi Xuao Xuan masuk penjara karena melindungi Hu Zi. Hu Zi beserta teman-temannya akhirnya mengikuti seleksi nasional untuk master iblis, yang pada akhirnya mereka justru mengungkap konspirasi besar yang merupakan sebuah kebenaran seputar perang iblis yang telah terjadi pada 500 tahun lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Masa Lalu
Lorong yang mereka lewati semakin menyesakkan. Dinding-dindingnya terasa seperti mendekat, membuat udara menjadi lebih tipis. Hu Zi berjalan di belakang Yan Zhao, napasnya terdengar berat. Kelelahan setelah menggunakan energi dari mutiara merah masih terasa, seolah tubuhnya menguras cadangan kekuatannya yang tersisa.
Shen Yue berjalan di samping Hu Zi, sesekali melirik dengan khawatir. “Kau baik-baik saja, Hu Zi?” tanyanya dengan suara lembut.
“Aku... aku baik-baik saja,” jawab Hu Zi, meski ia tahu itu setengah bohong. Tubuhnya terasa lemah, tapi ia berusaha tidak menunjukkan kelemahannya.
“Aku tahu kau lelah, tapi kau melakukannya dengan baik,” Shen Yue menambahkan. Senyum tipisnya mencoba memberikan semangat.
“Cukup bicara,” Qi Xuao Xuan memotong dengan nada dingin. “Kita belum keluar dari bahaya. Jangan biarkan dirimu lengah.”
Hu Zi menghela napas, menatap punggung Qi Xuao Xuan yang berjalan dengan tegas. Ia merasa iri dengan kekuatan dan ketenangan pria itu, meskipun sikapnya sering membuat frustrasi.
Yan Zhao, yang berada di depan, tiba-tiba berhenti. Tangannya terangkat, memberi isyarat kepada yang lain untuk berhenti juga. “Ada sesuatu di sini,” katanya, suaranya rendah namun tegas.
Semua orang memperhatikan sekeliling. Lorong itu tampak sepi, tapi atmosfernya terasa berubah. Udara menjadi lebih dingin, dan suara gemuruh samar terdengar dari kejauhan.
“Ini bukan jebakan biasa,” kata Yan Zhao. Ia memejamkan mata, mencoba merasakan energi di sekitarnya. “Ada sesuatu yang... hidup di sini.”
“‘Hidup’? Maksudmu apa?” tanya Hu Zi dengan nada bingung.
Sebelum Yan Zhao bisa menjawab, bayangan besar muncul dari ujung lorong. Bayangan itu perlahan mendekat, langkah-langkahnya menggema di ruang sempit itu. Dari kegelapan, sosok itu akhirnya terlihat—sebuah makhluk menyerupai manusia, tapi tubuhnya dipenuhi luka dan bekas jahitan. Matanya kosong, hanya cahaya merah redup yang menyala dari dalam.
“Boneka jiwa,” kata Yan Zhao dengan nada serius. “Makhluk ini diciptakan dari tubuh manusia yang dihidupkan kembali menggunakan energi Yin yang kuat. Mereka adalah penjaga kuno yang sangat sulit dihancurkan.”
“Bagus sekali,” Qi Xuao Xuan mendengus sambil mencabut pedangnya. “Aku mulai bosan dengan mayat hidup. Sekarang kita bertemu dengan sesuatu yang lebih menarik.”
Makhluk itu mengeluarkan suara geraman rendah, lalu dengan cepat melompat ke arah mereka. Qi Xuao Xuan bereaksi secepat kilat, mengayunkan pedangnya ke arah makhluk itu. Namun, meskipun pedangnya berhasil memotong lengan makhluk itu, luka tersebut langsung pulih dalam hitungan detik.
“Lukanya sembuh?” Hu Zi terkejut.
Yan Zhao mengerutkan kening. “Itulah masalahnya dengan boneka jiwa. Mereka tidak bisa dibunuh dengan cara biasa. Kita harus menemukan sumber energinya dan menghancurkannya.”
“Sumber energi?” Shen Yue bertanya dengan nada bingung.
“Setiap boneka jiwa memiliki batu jiwa di dalam tubuhnya,” jelas Yan Zhao. “Itu adalah inti kekuatan mereka. Jika kita menghancurkan batu itu, makhluk ini akan mati.”
“Bagaimana kita menemukannya?” tanya Hu Zi panik.
“Sumber energi mereka biasanya tersembunyi di dada atau kepala,” jawab Yan Zhao. “Tapi aku butuh waktu untuk memastikan lokasinya.”
“Waktu?!” Qi Xuao Xuan melompat menghindari serangan cakar dari makhluk itu. “Kita tidak punya banyak waktu!”
Makhluk itu menyerang dengan kekuatan luar biasa, membuat mereka semua terpencar. Shen Yue mencoba menyerang dari belakang dengan belatinya, tapi serangannya tidak cukup kuat untuk melukai makhluk itu.
Hu Zi, meskipun gemetar, mencoba memanggil energi mutiara merah lagi. Namun, kali ini ia merasa lebih sulit untuk mengendalikannya. Cahaya merah muncul di tangannya, tapi kekuatan itu terasa liar dan tidak stabil.
“Ayo, Hu Zi!” Qi Xuao Xuan berteriak sambil menahan serangan makhluk itu. “Kita butuh kekuatanmu sekarang!”
“Aku... aku sedang mencoba!” Hu Zi berteriak balik. Ia menggertakkan giginya, berusaha memusatkan konsentrasinya. Cahaya merah itu semakin kuat, tapi rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya.
“Hu Zi, fokuslah pada energi itu,” kata Yan Zhao dengan nada tenang, meskipun situasinya semakin kacau. “Jangan melawan arusnya. Biarkan energi itu mengalir melalui dirimu.”
Hu Zi memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba mengingat kata-kata Yan Zhao, membiarkan energi merah itu mengalir tanpa paksaan. Perlahan, rasa sakit itu mereda, digantikan oleh perasaan hangat yang mengisi tubuhnya.
Saat Hu Zi membuka matanya, cahaya merah yang lebih stabil bersinar di tangannya. Ia menatap makhluk itu, rasa takut di dalam dirinya perlahan tergantikan oleh keberanian.
“Aku siap,” katanya dengan suara yang lebih tegas.
Hu Zi mengangkat tangannya, melepaskan bola energi merah ke arah makhluk itu. Serangan itu mengenai dada makhluk itu, membuatnya terdorong ke belakang. Namun, meskipun serangan itu cukup kuat untuk melukai makhluk itu, ia masih berdiri, meskipun dengan langkah yang goyah.
“Intinya ada di dada!” teriak Yan Zhao, yang akhirnya berhasil memastikan lokasi batu jiwa makhluk itu. “Hancurkan batu itu, dan dia akan mati!”
Qi Xuao Xuan mengangguk, melompat ke arah makhluk itu dengan pedangnya terangkat tinggi. Namun, makhluk itu berhasil menangkapnya di udara, melemparkannya ke dinding dengan keras.
“Qi Xuao Xuan!” Hu Zi berteriak, tapi Qi Xuao Xuan hanya menggeram sambil bangkit kembali.
“Aku tidak apa-apa,” kata Qi Xuao Xuan dengan nada marah. “Tapi makhluk ini membuatku kesal.”
Hu Zi mengepalkan tangannya. Ia tahu bahwa hanya dia yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan batu jiwa itu. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah makhluk itu, menghindari serangan cakar makhluk itu dengan gerakan yang lincah.
“Hu Zi, apa yang kau lakukan?!” teriak Shen Yue.
“Aku akan menyelesaikan ini!” Hu Zi berteriak balik. Ia melompat ke udara, mengarahkan energi merah di tangannya ke dada makhluk itu.
Makhluk itu mencoba menyerangnya, tapi Hu Zi lebih cepat. Ia melepaskan energi merah itu dengan kekuatan penuh, menghancurkan dada makhluk itu. Batu jiwa yang tersembunyi di dalamnya pecah menjadi serpihan, dan makhluk itu akhirnya runtuh ke tanah, tak lagi bergerak.
Hu Zi jatuh ke tanah, napasnya tersengal-sengal. Tubuhnya terasa lemah, tapi ia merasa puas. “Aku... aku melakukannya,” katanya pelan.
Yan Zhao mendekatinya, membantunya berdiri. “Kau melakukannya dengan baik, Hu Zi. Tapi ini baru awal dari perjalanan kita.”
Hu Zi tersenyum lemah. Ia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tapi untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa ia benar-benar bisa melakukannya.