NovelToon NovelToon
Kubungkam Hinaan Keluarga Dengan Kesuksesan

Kubungkam Hinaan Keluarga Dengan Kesuksesan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Araya Noona

"Pergi kamu dari sini! Udah numpang cuma nambah beban doang! Dasar gak berguna!"

Hamid dan keluarganya cuma dianggap beban oleh keluarga besarnya. Dihina dan direndahkan sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Hingga pada akhirnya mereka pun diusir dan tidak punya pilihan lain kecuali pergi dari sana.

Hamid terpaksa membawa keluarganya untuk tinggal disebuah rumah gubuk milik salah satu warga yang berbaik hati mengasihani mereka.

Melihat kedua orangtuanya yang begitu direndahkan karena miskin, Asya pun bertekad untuk mengangkat derajat orangtuanya agar tidak ada lagi yang berani menghina mereka.

Lalu mampukan Asya mewujudkannya disaat cobaan datang bertubi-tubi mengujinya dan keluarga?

Ikuti terus cerita perjuangan Asya di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Araya Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

"Kok bapak sama ibu biarin kak Asya dibawa sama kakek dan Om Radit sih?" tanya Luna pada kedua orangtunya yang sejak tadi hanya diam saja. Mereka masih terlalu kaget. Apalagi Hamid. Dia merasa sangat menyesal karena dia yang mengizinkan Asya ikut bekerja seperti itu.

"Itu demi kebaikan kakak kamu, Luna," ujar Yani pada akhirnya membuka suara.

Luna ingin meluangkan apa yang ada dalam pikirannya namun entah kenapa melihat keadaan Yani dan Hamid membuat gadis yang sebentar lagi akan lulus SMA itu memilih pergi. Dia mengepalkan kedua tangannya menahan apa yang sudah berada di tenggorokan. Berlari menyusuri koridor rumah sakit hingga seseorang memegang tangannya membuat langkah gadis itu terhenti.

"Kak Zhaki," lirih Luna melihat eksistensi Zhaki di sana. Bisa Luna tebak pemuda itu datang untuk menjemput kakaknya.

"Di mana Asya?" tanya Zhaki. Luna tak langsung menjawab dan malah balik menarik Zhaki keluar dari rumah sakit itu. Dan di sinilah mereka sekarang, di halaman samping rumah sakit dimana ada sebuah kursi yang berada tepat di bawah pohon yang cukup rindang.

Melihat Luna yang menangis tadi hingga sekarang membuat Zhaki berspekulasi jika ada sesuatu yang dia lewatkan dan hal itu pasti berhubungan dengan Asya. Dan yang membuatnya semakin over thingking karena tangisan gadis itu. Bisa Zhaki tebak bukan kabar baik yang akan dia dengar.

"Luna, kamu kenapa?" Zhaki mencoba bertanya setelah tangisan Luna sedikit mereda.

Luna mengangkat kepalanya lalu mengusap air matanya yang sudah tak sederas tadi keluarnya.

"Seharusnya kak Zhaki lebih cepet datangnya tadi," ujar Luna membuat Zhaki mengernyitkan keningnya bingung.

"Maksud kamu?"

"Kak Asya udah dibawa kakek dan Om Radit ke pesantren."

Tunggu! Apa?

Ini diluar dugaan Zhaki. Dia sampai tidak tahu harus berkata apa sekarang saking bingungnya. Mulutnya bergerak namun tidak ada suara yang keluar. Melihat wajah bingung pemuda tampan di depannya membuat Luna mulai menceritakan kronologi kejadian beberapa menit yang lalu.

Zhaki benar-benar dibuat melongo dengan cerita Luna.

"Kayaknya sepupu-sepupu kami itu punya dendam pribadi yang entah apa. Kemarin Kak Sarah dan hari ini Kak Anjani," kata Luna. Sungguh dia sangat marah untuk Asya. Namun Luna tidak punya keberanian seperti sang kakak untuk melawan. Gadis itu terlalu takut. Sungguh.

Zhaki belum mengatakan apapun hingga dia pergi meninggalkan Luna. Gadis itu sampai merengut karena ditinggalkan sendirian.

Dia harus bisa menemui Asya meski itu mungkin mustahil.

Sementara itu di pesantren.

Bu Mawar membawa Asya dan Dini menuju kamar mereka masing-masing. Asya bisa sedikit bersyukur karena dia tidak satu kamar dengan Dini. Setidaknya dia bisa sedikit terhindar dari para sepupu yang tak pernah menyukainya. Bahkan satu-satunya sepupu yang dia percaya, Anjani juga telah menusuknya dari belakang. Tidak bisa dipungkiri, Asya berada di sana karena Anjani.

Asya hanya menyapa seadanya dua orang gadis yang akan menjadi teman sekamarnya. Ya, setidaknya untuk beberapa waktu sebab Asya tidak akan di sana. Dia akan mencari cara agar bisa keluar dari tempat itu.

"Asya, ini pakaian untuk kamu," ujar Bu Mawar memberikan sebuah paper bag berwarna coklat pada Asya.

Asya sampai lupa jika dirinya sama sekali tidak membawa baju ganti. Gadis itu menerima paper bag tersebut. Ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan jika dirinya senang. Gadis yang semula menunduk itu kemudian mendongak menatap Bu Mawar dengan tatapan yang sulit diartikan oleh wanita itu.

"Bu, boleh gak saya pergi aja dari sini? Beneran Bu saya gak bisa di sini," kata Asya dengan nada dan wajah memelas penuh harap. Dia sampai memegang pergelangan tangan Bu Mawar berharap wanita itu akan luluh.

Bu Mawar mengulas senyuman manis lalu memegang kedua tangan Asya erat. Ini bukan pertama kalinya ada satri yang memohon padanya agar dipulangkan ke rumah mereka.

"Kamu bisa pulang jika libur tiba, Asya," katanya memberi pengertian. "Sebelum itu kamu harus tetap di sini." Satu tangan Bu Mawar bergerak mengelus lembut rambut Asya yang belum terbalut jilbab.

"Kamu tenang aja. Tempat ini gak seburuk cerita yang kamu dengar di luar sana kok," katanya lagi menganggap jika Asya ingin pergi dari sana karena ingin bebas. Padahal alasan Asya lebih dari itu.

Asya merengut, sepertinya tidak akan ada gunanya dia memohon pada wanita itu. Dia tidak akan mengerti dan Asya sendiri malas untuk memberitahu semuanya. Tepatnya dia tidak punya waktu.

Setelah tidak ada lagi pembicaraan Bu Mawar pun pamit pergi dan Asya masuk ke dalam kamarnya. Dia meletakkan paper bag yang diberikan Bu Maryam di atas tempat tidur yang akan menjadi tempat tidur Asya selama tinggal di sana. Gadis itu memilih membersihkan diri terlebih dahulu sekalian memikirkan rencana bagaimana dia kabur dari sana. Otaknya biasanya encer jika berada di kamar mandi.

Ironisnya kali ini otaknya tidak ingin bekerja saja. Selama hampir 20 menit di dalam kamar mandi dia sama sekali tidak mendapatkan ide. Asya buntu. Jika bukan karena suara teman sekamarnya yang mengatakan jika mereka semua harus ikut shalat berjamaah jika tidak sedang halangan. Sebenarnya Asya ingin sekali mengatakan jika dirinya sedang berhalangan namun dia takut nanti akan ada yang memeriksa. Bisa gawat jika Asya ketahuan berbohong.

Setidaknya dengan dia keluar dari kamar itu maka dia bisa memeriksa keadaan sekitar. Mungkin dengan begitu Asya akan menemukan jalan keluar.

Baiklah. Mungkin Asya memang harus mengikuti alur terlebih dahulu.

***

"Ibu kenapa?" Pertanyaan itu sontak membuat Bu Mawar menoleh. Entah sudah berapa lama dia melamun sampai tak menyadari kehadiran sang suami di sana. Wanita itu tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan sang suami.

"Ibu kepikiran Asya, Pak," jawab Bu Mawar.

Ridwan mengernyitan keningnya bingung. Istrinya memang punya sifat yang mudah peduli dengan orang lain namun baru kali ini Ridwan mendengar Mawar khawatir dengan seseorang yang baru saja dikenalnya.

"Emangnya anak itu kenapa?" tanya Ridwan.

"Tadi dia minta sama Ibu buat pergi dari sini."

Ya ampun. Ridwan sudah berpikir yang macam-macam tadi. Duh! Kirain apaan. Batin Ridwan.

Ridwan tertawa kecil lalu mengelus lembut kepala istrinya. "Kan udah biasa ada santri yang kayak gitu. Nanti juga kalo mereka udah sadar, yakin deh giliran mereka yang gak akan mau ninggalin pesantren ini."

Mawar berpikir sejenak. Mungkin benar apa yang dikatakan suaminya. Dia saja yang terlalu khawatir namun tatapan Asya tadi sungguh sangat menganggunya. Memang benar mereka sudah menghadapi banyak sekali kasus seperti Asya ini, tapi kali ini Mawar merasa ada yang lain. Ada yang berbeda dari cara Asya memohon tadi.

Mawar segera menggeleng menepis segala pikiran yang mengganggunya itu. Lebih baik sekarang dia mengikuti langkah suaminya menuju mushola. Dia hanya berharap jika keputusannya tetap menahan Asya di sana adalah keputusan terbaik untuk mereka semua.

1
Nur Hayati Dzacaulnaufin
mengapa Asya tidak minta izin pd Ustadz tuk menjenguk ayahnya
n memberitahu klo dia adalah tulang punggung kluarganya n ada utang yg harus dibayar
Araya Noona
Jangan lupa memberikan dukungan jika kalian suka dengan karyaku ini yah😁😁. Terimakasih untuk yang sudah membaca😉
Nur Hayati Dzacaulnaufin
Biasa
Shezan Ezan
ceritanya bagus, dan keluarga pak hamid harus melawan jngn diam kalau diintimidasi oleh keluarganya, karena mereka susah keluarganya ogah untuk membantu,



saran saya kalau bisa ceritanya s lanjutkan terus supaya pembaca tidak terputus untuk membaca novelnya, karena kalau suka berhenti sampai berhari hari baru muncul kelanjutan bab nya mana pembaca akan bosan menunggu,
Araya Noona: untuk saat ini memang sampai bab 27 kak besok akan diperbaharui lagi babnya😊😊
Shezan Ezan: tapi kenapa setelah saya sampai bab 27 ada tulisan bersambung, trus sya scrolling k bawah untuk lanjut bab selanjutnya sdah cerita lain yg muncul,
total 4 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up thor
Araya Noona: Iya kak sabar yah
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Ah Serin
lanjut lagi please
Araya Noona: pasti kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!