NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Bocil

Jodoh Pilihan Bocil

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Paksaan Terbalik / Penyelamat
Popularitas:86.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.

Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.

Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?

Yuk, ikuti ceritanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Nama

Ello membuka pintu ruang rawat dengan senyum hangat. "Selamat pagi. Hari ini, kamu sudah diperbolehkan pulang," ujarnya lembut.

Wanita itu menatap Ello dengan sedikit terkejut. "Benarkah? Aku bisa keluar dari sini?"

Ello mengangguk, lalu berjalan ke lemari kecil di samping tempat tidur, mengambil koper kecil yang sudah ada di sana. "Iya, tapi sebelum itu, aku bantu beres-beres barang-barangmu dulu," katanya, mulai memasukkan pakaian dan beberapa barang pribadi milik wanita itu ke dalam koper.

Wanita itu memerhatikan Ello dengan perasaan campur aduk, antara syukur, haru, tak enak hati dan entah apalagi.. "Dokter, aku benar-benar tak tahu harus berterima kasih seperti apa. Semua perhatian dan bantuanmu... aku benar-benar sudah merepotkan."

Ello tersenyum tipis, hanya menggeleng sambil meletakkan pakaian wanita itu ke dalam koper. “Tidak perlu merasa tak enak hati. Kau butuh waktu untuk pulih, jadi istirahatlah dengan tenang,” katanya menenangkan. "Jadi, cukup fokus untuk menjaga kesehatan aja, ya!" Ello menatap wanita itu masih dengan senyum tipis. "Dan satu lagi, jangan panggil aku ‘dokter’ lagi, karena sekarang kamu bukan pasienku," ujarnya lembut. "Panggil saja Ello."

Wanita itu terdiam sejenak, tampak bingung namun perlahan tersenyum kecil. “Baik… Ello,” katanya, agak canggung, seolah kata itu terasa asing di lidahnya.

Ello mengangguk, puas melihatnya mulai nyaman. "Begitu lebih baik," katanya ringan, berusaha mencairkan suasana. "Aku berharap kamu bisa merasa seperti di rumah sendiri di rumah kami nanti."

Wanita itu menunduk, merasa tersentuh. “Terima kasih... Ell,” ucapnya sekali lagi, kali ini dengan lebih tulus.

Wanita itu tersenyum, hatinya terasa hangat dengan kebaikan dan perhatian yang diberikan Ello. Saat Ello selesai berkemas, dia melihat sekeliling ruangan untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. "Baiklah, sudah siap? Mari kita pulang," ucap Ello, mendorong koper kecil itu sambil menatap wanita itu dengan senyuman meyakinkan.

Saat mereka sudah berada di depan pintu ruang rawat, bersiap untuk pulang, wanita itu ragu-ragu menatap Ello. “Terima kasih, Ell. Aku benar-benar tak enak hati, sudah banyak merepotkan… bahkan sampai harus menanggung hidupku begini .…”

Sebelum Ello sempat menjawab, tiba-tiba terdengar celetukan yang familiar dari belakang. “Wah, ada kemajuan besar nih, sudah nggak manggil dokter lagi dan tinggal di rumah dokter Ello. Siapa tahu segera jadi penghuni tetap di sana, 'kan?” Suara dokter radiologi, dokter Rian yang berdiri tak jauh dari mereka itu terdengar jail dan penuh canda. Ternyata ia sudah lama memerhatikan Ello yang tadi terlihat sibuk membantu pasiennya berkemas.

Ello segera memutar matanya, setengah kesal setengah geli, lalu menatap koleganya dengan tatapan memperingatkan. “Jangan sembarangan bicara, Dok! Nanti dia malah salah paham."

Wanita itu tersenyum kecil, tapi terlihat canggung. “Ah, bukan begitu .…” katanya gugup, wajahnya sedikit memerah mendengar godaan tersebut.

Dokter Rian hanya tertawa kecil, melambai sambil berlalu. “Sudah, sudah, tidak perlu malu-malu. Semoga betah ya, di sana! Calon nyonya dokter,” ujarnya seraya melangkah pergi, masih menyunggingkan senyum jail.

Ello menghela napas pelan sambil melihat Dr. Rian berlalu pergi setelah melepas candaan jailnya pada mereka. "Ayo!" ajak Ello pada wanita itu dengan senyum tipis. "Ziel pasti akan sangat senang melihatmu."

Wanita itu mengangguk pelan. "Iya." Tiba-tiba, hatinya terasa hangat saat membayangkan Ziel, bocah kecil yang selalu menggenggam jemarinya dengan kehangatan dan menatapnya penuh kerinduan.

Dokter Rian menghela napas pelan setelah beberapa langkah meninggalkan Ello dan wanita itu. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Ello dan wanita itu yang berjalan berlawanan arah dengannya. Pikiran Dokter Rian melayang ke masa setahun lalu, saat Ello benar-benar jatuh dalam keterpurukan akibat kehilangan calon istrinya, Diana. Sebagai rekan sekaligus sahabat, ia tahu betul betapa beratnya bagi Ello untuk bangkit. Kini, dengan kehadiran wanita yang begitu mirip Diana, Dokter Rian bergumam pada dirinya sendiri, “Mungkin ini kesempatan bagi Ello untuk benar-benar sembuh dan melangkah lagi.”

***

Beberapa menit kemudian, Ello dan wanita itu tiba di rumah Zion. Wanita itu menatap bangunan yang menjulang megah dan elegan, terpukau oleh setiap detailnya. Saat mereka melangkah masuk, para pelayan yang melihatnya tampak terkejut, tetapi segera menundukkan kepala memberi hormat dengan sopan.

Wanita itu memandangi sekeliling, mencoba meresapi suasana rumah itu, memerhatikan setiap sudut rumah Zion memancarkan kemewahan yang tak terbantahkan. Lampu kristal yang berkilauan menerangi ruangan, sementara lantai marmer berkilau memantulkan cahaya. Perabotan antik menghiasi setiap ruangan. Dinding-dindingnya dihiasi oleh lukisan yang begitu indah dan hidup, menciptakan galeri seni pribadi yang menakjubkan. Beberapa foto keluarga dalam momen bahagia yang diabadikan pun terpajang di dinding.

Keheningan di dalam rumah tiba-tiba pecah oleh suara Ziel yang berteriak penuh keceriaan, “Tante!” serunya, berlari kecil menuju wanita itu dengan semangat yang menggebu. Tanpa disadari, senyum merekah di wajah wanita itu, dan hatinya menghangat melihat anak kecil itu berlari ke arahnya dengan penuh sukacita.

Wanita itu berjongkok, merentangkan tangannya, menyambut Ziel yang berlari ke dalam pelukannya. Ziel menubruknya dengan pelukan hangat, tertawa senang sambil menggenggam erat bahunya, seakan takut kehilangan lagi.

“Tante! Aku kangen!” seru Ziel dengan mata berbinar.

Wanita itu tersenyum, menatap lembut bocah kecil di depannya. “Tante juga, Ziel. Kamu sehat, 'kan? Sudah makan yang banyak?” tanyanya sambil mengusap lembut rambut Ziel.

Ziel mengangguk penuh semangat. “Iya, Tante! Papa dan Mama bilang aku harus kuat supaya bisa melindungi Tante!” Dia mengembuskan napas panjang, lalu dengan wajah serius menambahkan, “Aku juga belajar bela diri, Tante. Jadi nanti, kalau ada yang ganggu Tante, aku bisa jaga Tante!”

Wanita itu tersenyum, tertawa kecil. “Terima kasih, Ziel. Tante sangat senang punya pelindung hebat seperti kamu.”

Ello yang menyaksikan percakapan itu tak jauh dari keduanya hanya bisa berdiri diam, senyumnya getir. Melihat interaksi antara Ziel dan wanita itu membuat ingatan akan Diana seolah terangkat kembali, menyesakkan dada. Senyum itu... tatapan penuh kasih itu...

Ia teringat saat-saat dulu, ketika Diana juga merangkul Ziel dengan kelembutan yang sama. "Seandainya ini benar-benar Diana... atau setidaknya, jika wanita ini bukan bayangannya. Tapi kenapa semuanya terasa begitu nyata?" pikir Ello, hatinya bergejolak.

Sesaat, Ello berusaha menepis perasaan itu. "Tidak, ini bukan Diana. Aku harus ingat..." Namun, semakin ia mencoba melupakan, semakin dalam ingatannya pada Diana terasa berakar dalam benaknya.

Dari arah ruang makan, Elin melangkah mendekati mereka dengan senyum hangat, menyambut wanita yang baru tiba. “Selamat datang di rumah kami,” ucapnya lembut, mata Elin menatap penuh perhatian pada wanita itu.

Sebelum wanita itu sempat merespon perkataan Elin, Ziel menoleh ke arah Elin dengan penuh antusias. “Mama, lihat! Om Ello udah bawa Tante pulang!” serunya penuh semangat, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Senyumnya melebar saat ia kembali memandang wanita itu.

Dari ruang kerja, Zion, John, dan Pak Hadi muncul, berjalan mendekat. Wajah John terkejut sekaligus penasaran. Sedangkan Pak Hadi masih setia dengan wajah datarnya.

Zion tersenyum tipis dan mengangguk pada wanita itu. Ia segera menghampiri, "Anggap saja ini rumahmu sendiri," katanya hangat, mencoba membuat wanita itu merasa nyaman. la kemudian menoleh pada John dan Pak Hadi, "Ini dia wanita yang aku ceritakan pada kalian," katanya singkat.

John menatap wanita itu dengan senyum penuh rasa ingin tahu. "Senang bertemu denganmu," katanya. “Boleh tahu siapa namamu?” tanyanya ramah. Namun, hening sejenak menyelimuti ruangan. Semua orang tampak berpikir, karena selama ini mereka belum memberikan nama untuk wanita itu.

Wanita itu terdiam sejenak, matanya beralih ke Ello, seakan mencari jawaban. Ello pun tampak bingung, mengingat mereka belum pernah menanyakan namanya selama ini. Ia menyadari bahwa, meski sudah banyak waktu yang dihabiskan bersama, mereka masih belum tahu siapa dirinya.

Keheningan itu membuat semua orang sedikit canggung, hingga Pak Hadi tiba-tiba berbicara. “Bagaimana kalau... kita memanggilnya Diandra?” usulnya, suaranya tenang namun mantap. “Nama itu cukup... pas, seolah mencerminkan kehangatan yang ia bawa ke dalam rumah ini.”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Riaaimutt
jadi,, beneran Diana yaa
iskandar kandar
Luar biasa
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Ilham Dwi Putra
luar biasa
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Riaaimutt
q datang,, otw marathon ..
Septya Tya
kurang meledak disaat2 terakhirnya
Cicih Sophiana
terima kasih kak Nana... sehat sll tetap semangat dan sukses... ❤️❤️❤️
Fadillah Ahmad
Kakak ada akun ke 2 ya kak?
🌠Naπa Kiarra🍁: Iy, Kak.
total 1 replies
Cicih Sophiana
mantap bulan madu...
Farida@Hidayu🇵🇸
terima kasih author di mana cerita om John...
🌠Naπa Kiarra🍁: Masih di NT, Kak. Cari aja judulnua di kolom pencarian.
total 1 replies
Farida@Hidayu🇵🇸
apa om John n Nadira di jebak dengan obat perangsang
Farida@Hidayu🇵🇸
baru saja aku berkata dalam hati apa kak Nana enggak mau bikin kisahnya om John /Facepalm//Facepalm//Facepalm/. ternyata kata hati ku di dengarin ya
🌠Naπa Kiarra🍁: 🤣🤣🤗🤗🤗
total 1 replies
Fadillah Ahmad
Luar Biasa.
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Fadillah Ahmad
Ini publish dimana kak? Di FZ atau di NT lak?
🌠Naπa Kiarra🍁: Di NT, Kak. cari aja judulnya.
total 1 replies
Dewi S Ayunda
kapan launching thor
Dewi S Ayunda: oke kak..semoga suksesss yaaa..
🌠Naπa Kiarra🍁: Masih, kak.
total 6 replies
Dwi Winarni Wina
keren bingit kisah John dan nadira cus mampir kesana kak Nara....
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ternyata disini brata diringkus
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
om jhon nya belum keliatan di aku
🌠Naπa Kiarra🍁: Sama-sama Kak🤗🙏🙏🙏
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ: iya keliatan. udah ke ❤. besok baca. makasih kak
total 3 replies
Arima Nur
sama sama,terimakasih kasih juga atas semua karya yg tercipta.Banyak pelajaran hidup yg didapatkan.ada hikmah disetiap kejadian.🤗😘🙏🙏
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
belum keliatan. belum bisa dimampirin
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ini kisah si om jhon. 😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!