Ana seorang pekerja keras yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ibu dan kedua adiknya setelah kepergian ayah nya.
Hingga suatu hari dia menderita penyakit leukimia stadium akhir membuatnya hanya dapat bertahan selama 3 bulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Sudah 5 hari Joan dan Anna tidak saling berbicara, dan selama itu pula Sinta dan karyawan lain yang memang tidak begitu menyukai Anna mulai bertingkah.
" Anna ,kerjakan laporan ini. Dia jam kedepan sudah harus kau serahkan padaku."
" Baik."
" Oh iya satu lagi, siapkan makan siang ku istirahat nanti, karena aku sedang malas ke kantin."
Anna hanya mengangguk saja. Sinta berlalu pergi.Anna menghela nafas, setetes darah menetes dari hidung nya mengenai laporan milik Sinta. Anna terkejut dan langsung berusaha membersihkan bekas darah nya ,tapi yang terjadi justru tetesan darah itu malah menyebar dan menutup beberapa kata di laporan. Seketika Anna panik, dia tahu pasti Sinta akan marah besar padanya.
" Aduh bagaimana ini. Sinta pasti marah kalau begini. Apa yang harus aku lakukan."
Anna berusaha mengerjakan sebisanya , dia hampir menangis karena tidak tahu harus berbuat apa. Sinta menggebrak meja kerjanya dengan marah membuat Anna terkejut.
" Anna ini sudah lebih dari dua jam, kenapa laporan ku belum kau antar juga, apa kau berubah lelet sekarang." Bentak Sinta padanya membuat semua perhatian orang mengarah pada mereka.
" I..itu Sinta sebenarnya ,aku tidak sengaja mengotori berkas mu, ada beberapa kata yang tertutupi noda jadi sulit untuk di baca, aku .. minta maaf."
Sinta langsung mengangkat berkas laporan nya yang sudah tercemar dengan bekas darah. Sinta marah besar saat ini.
Plaakkk
Anna memegangi pipinya yang ditampar dengan keras oleh Sinta.
" Dasar bodoh, kau tahu berkas ini sangat penting, kau merusak segalanya . Sekarang bagaimana kau akan bertanggung jawab."
" Hiks.. hiks.. maafkan aku."
" Jangan menangis ,kau pikir menangis akan menyelesaikan masalah ini hah."
Joan yang saat itu tengah lewat tak sengaja melihat keributan yang terjadi.
" Ada apa kok rame-rame gitu." Tanyanya pada salah satu karyawan di sana yang kebetulan sedang memperhatikan keributan itu juga.
" Ohh itu si Sinta marahin karyawan siapa namanya.... Hmm kalau nggak salah Anna."
Mendengar nama Anna joan langsung menerobos masuk ke keramaian untuk melihat keadaan Anna, sesampainya ia di baris depan dapat dilihat keadaan Anna yang acak-acakan, rambutnya berantakan dan bajunya juga kusut belum lagi air matanya yang tak berhenti mengalir, Joan langsung memisahkan tangan Sinta dari rambut anna dan menyeret Anna kebelakang nya untuk melindunginya dari tangan Sinta.
" Hentikan, apa yang kau lakukan, ini kantor. Kenapa kau melakukan hal seperti ini, ini namanya kekerasan."
" Itu karena dia mengotori berkasku."
" Bagaimana bisa berkas mu ada padanya, kau menyuruhnya mengerjakan tugas mu lagi."
Seketika Sinta panik dengan penuturan joan, apalagi sekarang semua orang mendengarkan suara joan yang memang keras. Manajer masuk dan langsung memerintahkan Sinta dan Anna ikut ke ruangan manajer.
" Kalian ini bukan lagi anak kecil, Sinta kau itu keponakan dari general manajer perusahaan jadi jangan rusak reputasi beliau, saya akan memaafkan kalian kali ini tapi jika ini terus berlanjut maka saya tidak akan berbaik hati lagi, sekarang kalian kembali keruangan kalian."
" Baik pak"'jawab mereka bersamaan.
Anna dan Sinta keluar dari ruangan, joan langsung menghampiri mereka, Sinta melengos sinis dan pergi begitu saja.
" Kenapa kamu tidak melawan."
" Aku tidak ingin masalahnya semakin rumit."
" Wajahmu pucat, apa kau baik baik saja."
Anna langsung memalingkan muka dan menunduk tidak ingin melihat ke arah joan.
" Kurasa kau sakit, apa perlu ku bawa ke rumah sakit."
" Tidak perlu, biar aku sendiri saja."
" Tapi aku... Ayolah Anna biar aku mengantarmu."
" Aku bilang tidak perlu, aku bisa sendiri."
Anna langsung pergi tanpa menoleh ke arah joan yang kini masih memandanginya.
" Apa dia masih marah pada ku ya."gumamnya.
Anna merasakan pusing yang amat sangat, Anna berusaha berdiri dengan memegang dinding , Anna berusaha sekuat tenaga untuk berjalan menuju taksi yang sudah dirinya pesan sebelumnya, dengan susah payah Anna segera membuka pintu taksi dan mengatakan tujuan nya yaitu ke rumah sakit pada sopir nya. Sesampainya disana , Anna telah kehilangan kesadaran dan langsung dibawa ke ruangan untuk dirawat.
Sudah tiga hari lamanya joan tidak pernah melihat keberadaan Anna di kantor. Joan merasa khawatir dengan keadaan Anna.
"Anna sudah tiga hari tidak masuk kantor, dia ijin ke HRD untuk cuti beberapa hari." Ucap salah satu teman sekantor Anna.
" Ok, terima kasih."
Joan mencoba menghubungi Anna tapi tak pernah di angkat, sudah banyak pesan yang dia kirim satupun tidak ada yang di baca, joan terus mencoba menghubungi tapi tidak pernah diangkat .
Sementara itu, Anna masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, layar ponselnya menyala menampilkan nama joan kini berganti menjadi nama ibu.
" kemana sih itu anak ini udah lebih dari satu Minggu loh belum juga di transferin kita."
Kesal ibunya setelah mencoba menghubungi Anna tapi tidak ada yang tersambung.
" Mungkin mbak Anna lagi ngambek mungkin." ucap Yeni sambil memoles kuku cantiknya.
" ngambek kenapa, orang ibu nggak apa-apa in dia kok."
Yudha datang menghampiri ibunya dan Yeni yang tengah berbincang berdua.
" Mbak Anna itu cuman lagi gak mau bagi uang kali."
" Anna nggak mungkin kayak begitu, ibu tahu Anna pasti tetap ngirimin kita uang meski dia ada masalah sekalipun. Ibu jadi khawatir takut terjadi hal buruk sama Anna."
Bagaimanapun dia adalah ibu Anna sekeras apapun dia menindak Anna , Anna tetaplah anaknya. Sebagai seorang ibu khawatir nya merupakan naluri seorang ibu.
Anna tengah tertidur damai diatas bankar rumah sakit, mimpi indahnya menahan nya untuk tetap tinggal.
Anna bermimpi melihat rusa yang begitu cantik tengah menatap nya juga, hutan yang begitu hijau dan menyejukkan serta air terjun cantik dan danau kecil tempat jatuhnya air terjun membuat nya terlihat sangat indah. Seperti dunia dongeng.
Anna melihat kelinci kecil berwarna putih berlarian di sekitarnya, Anna mengikuti kelinci itu berlari menuju air terjun,ditepi air terjun ia melihat rusa cantik yang pertama kali ia lihat, semua terasa cepat Anna melihat rusa itu terpeleset, Anna langsung menarik kaki rusa agar tidak jatuh, tapi berat rusa membuatnya lebih sulit.
" Tidak rusa kau harus bertahan, aku akan menyelamatkan mu."
Genggaman tangannya pada kaki rusa mulai melemah, Anna panik Taku rusa itu akan jatuh.
Anna melihat ayah nya keluar dari dalam semak-semak dengan pakaian putih bersih, ayah nya terlihat begitu terawat, wajahnya berseri-seri memberitahunya betapa baiknya keadaan ayah nya.
"Ayah bantu aku , rusa ini tidak dapat ku tahan lagi
"Nak terkadang kau harus belajar melepaskan beban yang kau tanggung agar kau bisa tenang. Lepaskanlah rusa itu sesungguhnya itulah takdirnya."
" tidak ayah, dia juga butuh Bantu aku ayah, kumohon."
" Lepaskan nak maka kau akan baik-baik saja."
"Ayah aku capek, apa aku boleh istirahat."
" Putri ku bukanlah orang yang lemah,tapi jangan terlalu memaksakan diri."
" Ayah tanganku sudah tak mampu menahan nya lagi."
" Lepaskan nak ."
" tidak aku tidak mau, Ayah."
Rusa ditangannya jatuh bersamaan dengan nya kedalam air terjun yang begitu tinggi itu.
"AAAAAAAAA"
Mata Anna terbuka, menampilkan iris mata hitamnya dan air mata yang mengalir disudut matanya.
" Ayah." gumamnya lemah.