NovelToon NovelToon
Married By Accident

Married By Accident

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Riin tak pernah menyangka kesalahan fatal di tempat kerjanya akan membawanya ke dalam masalah yang lebih besar yang merugikan perusahaan. Ia pun dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kehilangan pekerjaannya, atau menerima tawaran pernikahan kontrak dari CEO dingin dan perfeksionis, Cho Jae Hyun.

Jae Hyun, pewaris perusahaan penerbitan ternama, tengah dikejar-kejar keluarganya untuk segera menikah. Alih-alih menerima perjodohan yang telah diatur, ia memutuskan untuk membuat kesepakatan dengan Riin. Dengan menikah secara kontrak, Jae Hyun bisa menghindari tekanan keluarganya, dan Riin dapat melunasi kesalahannya.

Namun, hidup bersama sebagai suami istri palsu tidaklah mudah. Perbedaan sifat mereka—Riin yang ceria dan ceroboh, serta Jae Hyun yang tegas dan penuh perhitungan—memicu konflik sekaligus momen-momen tak terduga. Tapi, ketika masa kontrak berakhir, apakah hubungan mereka akan tetap sekedar kesepakatan bisnis, atau ada sesuatu yang lebih dalam diantara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Shadow of a Rival

Riin berteriak frustasi, menggenggam ujung gaun putihnya yang sedikit kusut. "Hei, Cho Jae Hyun! Cepat turunkan aku!" Nada suaranya memohon, meski tetap diselimuti oleh kemarahan yang bercampur ketakutan. Tubuhnya melayang di udara, masih berada dalam gendongan Jae Hyun. Langkah pria itu menggema di lantai kamar mereka, membawa Riin dengan tenang namun penuh otoritas.

"Diam saja, Riin. Kau hanya akan membuat semuanya lebih sulit," ucap Jae Hyun dengan nada datar, tanpa menoleh sedikit pun. Bahunya tegap, sementara tangan kekarnya memegang erat kaki Riin yang terus meronta. Tidak ada tanda-tanda ia akan menyerah pada permintaan gadis itu.

Kamar mereka terletak di lantai atas sebuah hotel mewah, dengan jendela besar yang menghadap ke pemandangan kota yang gemerlap oleh cahaya lampu jalanan. Ranjang besar dengan sprei satin putih berdiri megah di tengah ruangan, dikelilingi oleh perabotan modern berdesain minimalis yang memancarkan kemewahan di bawah cahaya lampu gantung kristal.

Setelah sampai, Jae Hyun dengan hati-hati menurunkan tubuh Riin di atas ranjang, meski gerakannya tetap tegas. "Kau mau apa? Ja_jangan macam-macam ya!" seru Riin, matanya melebar saat melihat Jae Hyun mulai melepas jas dan dasinya dengan gerakan perlahan, seolah memancing ketakutannya lebih jauh.

Riin mencoba melompat turun, tetapi Jae Hyun lebih cepat. Dengan satu gerakan gesit, ia menahan bahu Riin agar tetap di tempat. "Kau ingin aku tidak banyak bicara, bukan? Jadi mari kita lakukan saja tugas kita sebagai suami dan istri di malam pernikahan." Suaranya rendah, namun ada nada dingin yang membuat tubuh Riin merinding.

"Tidak! Aku tidak mau! Menjauh dariku!" Riin melempar bantal ke arahnya, tetapi Jae Hyun hanya menepisnya dengan mudah. Mata gelapnya menatap lurus ke arah Riin, seolah mencoba memahami ketakutannya. Ia mendekat, tubuhnya yang tinggi menjulang membuat Riin semakin merasa kecil.

"Kenapa kau begitu takut? Kita sudah pernah melakukannya sebelumnya. Kau tahu itu," ucapnya dengan nada yang lebih lembut, tetapi masih terasa mengintimidasi.

Riin memalingkan wajahnya, air mata mulai menggenang di matanya. "Jae Hyun~a, aku mohon... lepaskan aku. Aku minta maaf atas sikapku tadi." Suaranya gemetar, dan ia tidak peduli lagi pada harga dirinya. Dalam hati, ia merasa terperangkap. Kenangan malam pertama mereka yang terjadi di bawah pengaruh alkohol melintas di benaknya, meninggalkan rasa pahit.

Melihat Riin yang begitu ketakutan, Jae Hyun terdiam. Ia menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan seolah mencoba menenangkan emosinya sendiri. Tanpa berkata apa-apa, ia menjauh dan duduk di tepi ranjang, membelakangi Riin. "Maafkan aku," gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Ia menunduk, kedua tangannya mencengkeram ujung ranjang.

"Aku tidak ingin bersikap seperti ini," lanjutnya, suaranya kali ini lebih jelas, tetapi masih penuh penyesalan. "Aku bukan pria yang terbiasa memperlakukan wanita dengan baik. Pernikahan ini... sulit bagiku, seperti halnya bagimu. Aku hanya berharap kita bisa menemukan cara untuk menjalani ini bersama, tanpa terus saling menyakiti."

Riin terdiam, tangannya memeluk lututnya erat-erat. "Aku ingin kau berhenti mengejekku. Aku bukan boneka. Aku juga punya perasaan," katanya dengan nada lirih, meski ada ketegasan dalam suaranya. Ia menatap punggung pria itu, mencoba mencari tanda-tanda kejujuran.

Jae Hyun mengangguk pelan. "Baiklah. Aku juga minta maaf soal itu." Ia berdiri, menatap Riin dengan tatapan yang sulit ditebak. "Aku akan mandi dulu. Gantilah pakaianmu dengan sesuatu yang lebih nyaman." Sebelum pergi, ia mengusap kepala Riin dengan lembut, sebuah gestur yang nyaris terasa asing di tengah ketegangan itu.

Saat Jae Hyun menghilang di balik pintu kamar mandi, Riin tetap duduk di tempatnya. Hatinya bergejolak, antara rasa lega dan ketakutan. Ia mengganti gaunnya dengan piyama yang longgar, tetapi tetap merasa tidak nyaman. Ketika ia selesai dan beranjak keluar dari kamar mandi, ia mendapati Jae Hyun sudah berbaring di sofa, punggungnya menghadap ke arah ranjang.

Siluet tubuhnya yang besar terlihat kaku di bawah selimut tipis. Riin menatapnya lama, mencoba membaca pikirannya yang tetap menjadi misteri baginya. Malam itu, ia tidur dengan pikiran yang penuh tanya, mencoba memahami pria yang kini menjadi suaminya. Hubungan mereka terasa seperti tali yang bisa putus jika ditarik terlalu keras, tetapi masih ada sesuatu yang menahannya agar tetap utuh.

***

Hari-hari berlalu tanpa waktu bulan madu bagi Jae Hyun dan Riin. Pernikahan mereka, yang dilakukan dalam keintiman tanpa pesta meriah, masih menjadi rahasia di kantor. Satu-satunya orang yang mengetahui hubungan mereka adalah Ah Ri, sahabat dekat Riin sekaligus sekretaris Jae Hyun. Sementara itu, di kantor Colors Publishing, mereka tetap bersikap profesional. Tidak ada yang berubah; hanya dua rekan kerja yang menjalani hari seperti biasa. Namun, Jae Hyun selalu memiliki cara untuk memperhatikan istrinya secara diam-diam, memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.

Hari ini, sesuatu terasa berbeda. Di tengah keheningan kantor yang hanya diisi dengan bunyi ketukan keyboard dan gumaman telepon, Jae Hyun menangkap perubahan pada Riin. Gadis itu terlihat gelisah, alisnya berkerut seolah sedang memikirkan sesuatu yang berat. Jae Hyun ingin bertanya, namun ia tahu harus menahan diri. Sebaliknya, ia hanya memperhatikan dari kejauhan, berharap menemukan petunjuk.

Ternyata, bukan hanya Jae Hyun yang menyadari hal ini. Seon Ho, salah satu editor senior yang terkenal dengan keramahan dan senyumnya yang menawan, juga melihat kegelisahan Riin. Dengan rasa penasaran yang tulus, Seon Ho mendekati meja Riin.

"Riin~a," panggil Seon Ho dengan nada lembut, sambil mengetuk ringan meja Riin. "Apa semuanya baik-baik saja? Seharian ini kau tampak... tidak seperti biasanya."

Riin terkejut mendengar suara itu. Ia mengangkat wajahnya, berusaha tersenyum meski hatinya masih dipenuhi kekhawatiran. "Aku baik-baik saja, Seon Ho-ssi. Hanya sedikit lelah, mungkin."

Namun, Seon Ho tidak mudah percaya. Ia menatap Riin dengan mata penuh perhatian. "Wajahmu jelas-jelas mengatakan sebaliknya. Ada sesuatu yang mengganggumu, bukan? Jika masalah ini terlalu berat, kau tahu, kau bisa bercerita padaku. Mungkin aku bisa membantu."

Riin terdiam sesaat. Ada dorongan untuk berbicara, tetapi rahasia yang ia simpan terlalu besar untuk diungkapkan kepada orang lain. Dengan suara pelan, ia akhirnya berkata, "Ini masalah pribadi. Tapi terima kasih sudah peduli, Seon Ho-ssi. Aku benar-benar menghargainya."

Seon Ho mengangguk pelan, mencoba memahami. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi makan siang? Ada restoran baru di dekat sini yang kabarnya memiliki menu spesial. Aku rasa suasana baru bisa membantu memperbaiki mood-mu."

Riin menatap Seon Ho, terkejut dengan ajakannya yang mendadak. Namun, melihat senyumnya yang tulus, ia tak kuasa menolak. Lagipula, ia butuh sedikit pengalihan dari pikirannya yang kusut. "Baiklah," jawab Riin akhirnya. "Mungkin makanan enak bisa membantu."

Seon Ho tersenyum lebar, menunjukkan lesung pipinya yang khas. "Kalau makanan itu belum cukup, aku akan membelikanmu es krim. Janji."

Di sisi lain ruangan, Jae Hyun memperhatikan dengan saksama. Matanya mengikuti setiap gerakan Riin dan Seon Ho, dari senyum kecil yang muncul di wajah Riin hingga tawa Seon Ho yang ceria. Ada perasaan aneh yang menggelitik di dadanya, sesuatu yang asing namun tak bisa ia abaikan. Rasa tak rela. Ia tahu, sebagai suami, ia seharusnya mempercayai Riin. Namun melihat istrinya tertawa bersama pria lain, terutama pria seperti Seon Ho yang selalu menarik perhatian banyak orang, membuat dadanya terasa sesak.

***

1
Rita Syahrudin
Lumayan
ami
ok top
Coffeeandwine: Terima kasih utk apresiasinya
total 1 replies
Kyurincho
Recommended
Coffeeandwine
Bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!