Ketika Akbar tiba-tiba terbangun dalam tubuh Niko, ia dihadapkan pada tantangan besar untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang sama sekali berbeda. Meskipun bingung, Akbar melihat kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik sambil berusaha mempertahankan identitasnya sendiri. Dalam prosesnya, ia berjuang meniru perilaku Niko dan memenuhi harapan keluarganya yang mendalam akan sosok Niko yang hilang.
Di sisi lain, keluarga Trioka Adiguna tidak ada yang tau kalau tubuh Niko sekarang bertukar dengan Akbar. Akbar, dalam upayanya untuk mengenal Niko lebih dalam, menemukan momen-momen nostalgia yang mengajarinya tentang kehidupan Niko, mengungkapkan sisi-sisi yang belum pernah ia ketahui.
Seiring berjalannya waktu, Akbar terjebak dalam konflik emosional. Ia merasakan kesedihan dan penyesalan karena mengambil tempat Niko, sambil berjuang dengan tanggung jawab untuk memenuhi ekspektasi keluarga. Dengan tekad untuk menghormati jiwa Niko yang hilang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Farhan Akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kantin VIP Room Pelajar SPS & Mahasiswa UPS
Kantin VIP Room SPS dan UPS memang menjadi tempat berkumpul bagi siswa dan mahasiswa elite. Ruangan ini memancarkan aura eksklusif, menarik perhatian mereka yang ambisius dan berprestasi tinggi.
Di dalamnya, kelompok-kelompok kecil berdiskusi dengan semangat, membahas topik mulai dari riset terkini hingga peluang karier. Interaksi antara murid SPS dan mahasiswa UPS dari berbagai disiplin ilmu menambah kedalaman percakapan.
Suasana yang dinamis ini dipenuhi dengan individu-individu berpengaruh dan sukses, menciptakan lingkungan di mana ide-ide inovatif dan aspirasi masa depan saling bertukar. Kantin VIP Room ini bukan sekadar tempat makan; ia berfungsi sebagai ekosistem sosial di mana relasi dibangun dan jaringan diciptakan, menjadikannya arena bagi mereka yang bercita-cita tinggi.
Dengan keanggunan dan keunikan yang ditawarkan, Kantin VIP Room menjadi simbol keberhasilan dan kebersamaan dalam lingkungan akademik yang prestisius, menjadikannya tempat yang tak terlupakan bagi setiap pengunjung.
Bangunan Kantin VIP Room SPS dan UPS menampilkan arsitektur bergaya Eropa yang megah dan klasik. Dihiasi dengan elemen-elemen tradisional, fasad bangunan ini memiliki detail ukiran yang rumit, dengan tiang-tiang besar dan jendela-jendela tinggi yang memberi kesan anggun dan elegan.
Atapnya yang curam ditutup dengan genteng berwarna gelap, sementara dinding batu berwarna krem atau abu-abu memberikan nuansa kokoh dan abadi. Di sekeliling bangunan, taman-taman terawat rapi menambah keindahan lanskap, dengan pepohonan rindang dan bunga-bunga berwarna cerah yang menciptakan suasana damai.
Di dalam, langit-langit tinggi dengan detail hiasan dan pencahayaan gantung yang artistik menambah kesan luas dan mewah. Lantai marmer yang berkilau dan ornamen kayu gelap melengkapi estetika yang sophisticated. Ruangan ini memiliki nuansa yang menggabungkan tradisi dan modernitas, menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas dan kolaborasi.
Keseluruhan desain bangunan mencerminkan sejarah dan keunggulan akademis Universitas Prestige School maupun Senior Prestige School, menjadikannya tidak hanya tempat untuk bersantap, tetapi juga simbol dari warisan budaya yang kaya.
...****************...
Saat di mana Akbar memilih untuk mundur tidak mau masuk kedalam, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat suasana di luar kantin. Kesenjangan sosial yang terlihat jelas, dengan murid ataupun mahasiswa yang berpakaian rapi dan percaya diri mengakses ruang VIP, seakan menggarisbawahi tingkatan yang ada di dalam sekolah ataupun universitas.
Begitu ia melihat jauh ke dalam, perbedaan itu semakin terasa. Sofa-sofa merah mewah yang ditempati oleh siswa-siswi berpengaruh dan diskusi yang berlangsung dengan penuh semangat menunjukkan adanya elitisme yang mencolok.
Di dalam Kantin VIP Room SPS dan UPS, keberadaan sofa-sofa merah yang mewah menambah nuansa kemewahan dan keanggunan ala kerajaan. Dengan bahan kain yang berkualitas tinggi dan desain yang artistik, sofa-sofa ini memberikan tempat duduk yang nyaman bagi siswa dan mahasiswa yang berpengaruh.
Warna merah yang kaya dan cerah menciptakan kontras menarik dengan elemen arsitektur klasik di sekitarnya, memberikan sentuhan dramatis pada ruangan. Setiap sofa dikelilingi oleh meja-meja kecil yang elegan, menciptakan ruang untuk diskusi intim dan berbagi ide.
Keberadaan sofa-sofa ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat duduk, tetapi juga sebagai simbol status. Pelajar ataupun Mahasiswa yang duduk di sini sering kali adalah mereka yang memiliki prestasi luar biasa atau peran penting dalam organisasi sekolah, menjadikan area ini sebagai titik fokus bagi individu-individu yang berpengaruh.
Elitisme merujuk pada keyakinan atau praktik di mana sekelompok orang, biasanya yang dianggap lebih unggul dalam hal kekayaan, pendidikan, atau status sosial, memiliki akses yang lebih baik ke sumber daya, kekuasaan, dan pengaruh dibandingkan kelompok lain.
Dalam konteks sosial, elitisme sering kali menciptakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses ke peluang dan keuntungan tertentu dengan mereka yang tidak.
Di lingkungan akademis, elitisme dapat terlihat dalam hal:
Akses ke Fasilitas: Pelajar dan Mahasiswa dari latar belakang lebih kaya mungkin memiliki akses ke fasilitas yang lebih baik, seperti ruang penelitian eksklusif atau acara khusus yang tidak terbuka untuk semua.
Jaringan Sosial: Mereka yang berada dalam lingkaran elit sering kali memiliki jaringan yang kuat, memberikan mereka keuntungan dalam mencari peluang karier atau dukungan akademis.
Penerimaan dan Pengakuan: Beberapa institusi atau program mungkin lebih cenderung menerima atau mengakui mahasiswa dari sekolah atau latar belakang yang dianggap lebih prestisius.
Budaya dan Norma: Budaya yang mendukung elitisme dapat menciptakan lingkungan di mana hanya pandangan dan pengalaman tertentu yang dihargai, mengabaikan keberagaman perspektif yang ada.
Elitisme bisa menghambat inklusivitas dan menciptakan ketidakadilan, karena tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil dalam sistem yang ada.
Ruang tersebut, meski tampak megah dan mengundang, juga mengingatkan Akbar akan kenyataan bahwa tidak semua pelajar dan mahasiswa di ruangan tersebut dapat mengakses kenyamanan dan keistimewaan yang ada.
Momen itu membangkitkan refleksi dalam dirinya tentang kesetaraan dan peluang di lingkungan akademik yang seharusnya inklusif.
Dengan menggelengkan kepala, ia menyadari bahwa meskipun suasana di dalam sangat menarik, masih ada banyak hal yang perlu diperjuangkan untuk mencapai kesetaraan di dunia pendidikan.
Dengan langkah yang lebih ringan, mereka berjalan menuju area yang lebih terbuka, dan Akbar berharap suasana segar bisa membantunya merasa lebih nyaman dengan situasi yang tidak familiar ini.
Akbar berfikir dalam hatinya, Gue nggak bisa kalau harus kesana sekarang tanpa mengetahui apa-apa tentang yang ada di dalam ruangan VIP tersebut. Dia merasa cemas membayangkan dirinya terjebak dalam diskusi yang pernah Niko lakukan di sana. Kalau sampai mereka membahas sesuatu yang penting dan gua harus ikut ngomong, gua bisa terjebak dalam kebohongan!
Dia mengingat kembali berbagai momen yang mungkin terjadi di ruang VIP—obrolan serius, rencana yang dibuat, dan tentu saja, segala hal yang berhubungan dengan status dan kekuasaan. Sementara gue di sini, cuma berpura-pura jadi dia. Gua tidak tahu apa-apa!