Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 4.
“Ayo Sayang...” ucap Lingga Sari yang juga sangat khawatir dengan keadaan Sang Suami..
Sambil menggendong tubuh mungil Windy Lingga Sari melangkah dengan cepat meninggalkan lokasi danau, untuk kembali masuk ke dalam istana. Dia kini tidak melangkah ke arah perkampungan para abdi kerajaan. Tetapi melangkah menuju ke kedaton tempat Sang Ratu dan Putra Mahkota berada.
“Ibu.. aku bisa jalan sendiri..” suara imut Windy yang masih digendong oleh Lingga Sari..
“Nanti kalau kita sudah sampai taman depan kedaton kamu jalan kaki sendiri.. Ibu sudah tidak sabar untuk menemui Sang Ratu, kamu Ibu gendong biar kita cepat sampai Sayang...” ucap Lingga Sari yang melangkah dengan cepat bahkan setengah berlari..
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di taman depan kedaton. Suatu taman yang tampak indah asri, bunga bunga indah bermekaran aneka warna..
Lingga Sari menurunkan tubuh mungil Windy.. dan kini Windy melangkah digandeng oleh Lingga Sari..
“Heii mau ke mana kamu?” tanya seorang perempuan gendut memakai baju kain panjang dan rambut digelung. Dia lah Nyi Dasih dayang dayang senior kesayangan Sang Ratu..
“Mau menghadapi Sang Ratu Nyi...” ucap Lingga Sari dengan santun.
“Ada perlu apa?” tanya Nyi Dasih kepo.
“Suami saya biasanya datang hari sabtu tapi sudah hari minggu siang tidak juga datang, kami mau minta izin untuk turun ke bumi..” ucap Lingga Sari..
“Ahhh namanya juga laki laki, pasti dia kecantol perempuan bahenol di desanya..” ucap Nyi Dasih sambil bibirnya mencap mencep ..
“Maaf Nyi saya tergesa gesa..” ucap Lingga Sari dan cepat cepat melangkah sambil menggandeng tangan mungil Windy.. tidak menghiraukan omongan Nyi Dasih.
“Ibu.. bahenol itu apa Ibu...?” suara imut Windy sambil muka comel maksimal nya menoleh dan mendongak menatap Sang Ibu.
“Gemuk macam Nyi Dasih itu..” jawab Lingga Sari yang tidak menjelaskan arti bahenol sesungguhnya pada Windy agar tidak dewasa sebelum waktunya.
“Ayah tidak mungkin kecantol perempuan gemuk macam Nyi Dasih itu..” suara imut Windy sambil terus melangkah digandeng Sang Ibu..
“Iya Sayang...” ucap Lingga Sari dia pun sangat percaya pada suami nya yang sangat mencintai keluarga kecilnya.
Sesaat mereka berdua sudah sampai di depan kedaton istana lantai batu pualam di depan pintu besar nan kokoh tampak berkilau kilau.. dua orang penjaga berdiri di samping kanan kiri pintu..
“Alas kaki dilepas Sayang..” ucap Lingga Sari..
“Iya Ibu..” suara imut Windy lalu dengan patuh dia melepas alas kaki yang terbuat dari kayu dan kulit binatang. Sandal buatan Ayah Wanandi. Lingga Sari pun juga melepas alas kaki buatan Sang Suami.
“Ada perlu apa?” tanya salah satu sosok penjaga pintu.
“Mau menghadap Sang Ratu ada masalah penting mengenai suami saya.” Ucap Lingga Sari..
Penjaga pintu itu pun membuka pintu dan mempersilakan Lingga Sari dan Windy masuk ke dalam kedaton.. Lingga Sari dan Windy terus melangkah di atas lantai batu pualam yang berkilau kilau.. Lingga Sari beberapa kali sudah menghadap Sang Ratu. Dia termasuk abdi pilihan Sang Ratu, selain baik hati, cantik dan juga rajin bekerja Lingga Sari memiliki kepintaran membuat ramuan obat obatan yang keahlian nya sangat dibutuhkan di kerajaan Sang Ratu yang dihuni oleh makluk astral dan juga manusia biasa yang menjadi abdi Sang Ratu ..
“Ada perlu apa Lingga Sari?” suara seorang perempuan penuh wibawa yang duduk di kursi singga sana..
Lingga Sari pun duduk jengkeng di lantai di depan kursi Singga Sana. Windy duduk bersila di samping Sang Ibu..
“Salam Sang Ratu.. mohon maaf saya dan anak saya mohon izin untuk turun ke Bumi, untuk melihat suami saya karena hingga siang ini dia tidak datang.” Ucap Lingga Sari setelah memberi hormat sembah.. Windy pun ikut ikut menyatukan kedua telapak mungilnya dan di taruh di depan hidung mancung nya nan mungil sangat proposional dengan wajah nya, sambil memandang Sang Ratu dengan penuh hormat, agar tidak kena marah oleh Sang Ratu.
“Hmmm..” gumam Sang Ratu, perempuan cantik setengah baya yang ada mahkota di atas kepalanya.. pakaian kain batik yang sangat bagus dari batas dada hingga ujung kaki dan memakai baju kebaya putih berbahan sutera.. hiasan emas permata berkilau kilau ada di dada nya..
Sang Ratu lalu membuka telapak tangannya dan dari telapak tangannya muncul sebuah guci kecil berwarna emas berkilau kilau, Sang Ratu pun cepat cepat membuka tutup guci itu.. Dia terlihat serius menatap guci itu..
Dan sesaat wajah Sang Ratu terlihat sedih, dan cepat cepat menutup guci itu dan kembali menggenggam telapak tangannya dan guci ajaib itu pun hilang..
Sang Ratu menatap Lingga Sari..
“Pergilah sekarang juga ke rumah suami kamu sampai segala urusan selesai. Pergilah dengan kekuatan kamu Lingga Sari!” titah Sang Ratu dengan suara penuh wibawa..
“Baik Sang Ratu.. akan saya laksanakan.” Ucap Lingga Sari penuh santun.
Lingga Sari cepat cepat menggendong Windy.. berjalan jengkeng mundur beberapa meter dari kursi Singga Sana..
Dalam sekejap tubuh cantik Lingga Sari sudah menjadi monyet putih besar.. dan..
CLING
Tubuh Lingga Sari bersama Windy sudah hilang lenyap dari ruang kedaton..
Dalam sekejap pula tubuh Lingga Sari dan Windy kini sudah berada di bumi di desa tempat rumah Wanandi.
CLING
Tubuh Lingga Sari pun sudah kembali lagi menjadi sosok perempuan cantik berpakaian kain batik dari batas dada atas hingga ujung kaki dan pundak ditutup oleh selendang lebar kain sutera berwarna putih..
“Ibu alas kaki kita ketinggalan.” Suara imut Windy yang ingat alas kaki kesayangannya.
“Pasti akan disimpan paman penjaga pintu.” Ucap Lingga Sari yang masih menggendong tubuh Windy. Lingga Sari pun terus melangkah dengan kaki telanjaang tanpa alas kaki..
“Ibu aku bisa berjalan sendiri tidak apa apa kaki ku kotor, nanti dicuci dan aku minta Ayah membuatkan lagi alas kaki ...” suara imut Windy. Lingga Sari pun menurunkan tubuh mungil Windy. Mereka berdua menyusuri jalan desa yang terlihat sepi..
Windy yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Sang Ayah pun lalu berlari..
“Windy hati hati nanti kamu jatuh..” ucap Lingga Sari dan juga ikut mempercepat langkah laki nya setengah berlari agar tidak ketinggalan langkah kaki mungil Windy yang terus berlari..
“Aku berlari hati hati kok Ibu..” suara imut Windy sambil terus berlari karena sangat sudah tidak sabar untuk bertemu Sang Ayah dan Nenek..
Akan tetapi betapa kagetnya mereka berdua saat jarak beberapa meter ke depan di rumah Nenek nya Windy.. terlihat banyak orang di depan rumah itu.. kursi kursi penuh diduduki oleh orang orang bahkan ada yang berdiri.
“Ada acara apa di rumah Ayah?” gumam Lingga Sari yang mulai berdebar debar jantung nya telapak tangannya pun mulai dingin.
“Ibu kenapa banyak orang di rumah Nenek?” tanya Windy yang menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah Sang Ibu.
“Ibu juga tidak tahu, Nak .” Jawab Lingga Sari lalu menggendong lagi tubuh mungil Windy.