Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.
Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:
Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.
Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.
Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Bab 14: Perubahan yang Tak Terelakkan
Pangeran Leon dan Karin melangkah melewati portal yang mengerikan itu, setiap detik terasa seperti seratus tahun. Mereka merasa seolah-olah waktu dan ruang mengelilingi mereka, bergulir tanpa kendali, saat mereka dipaksa untuk menghadapi pilihan yang tak bisa dihindari. Cahaya yang menyilaukan perlahan memudar, dan mereka terjatuh di tanah yang keras, terhuyung-huyung sebelum akhirnya mampu berdiri.
Mereka mendapati diri mereka berada di sebuah ruang yang luas dan sunyi. Langit di atas mereka tampak terbelah, memancarkan cahaya yang begitu gelap, seperti senja yang tak berujung. Angin berhembus lembut, membawa aroma yang asing, dan suara dari dunia luar seolah tak terdengar lagi.
"Kita... di mana ini?" tanya Karin, suaranya bergetar karena ketegangan yang masih menggelayuti.
Pangeran Leon memandang sekeliling dengan hati yang penuh kekhawatiran. "Ini bukan dunia kita. Ini adalah inti dari Mata Bayangan, tempat kekuatan itu berasal."
Tiba-tiba, sebuah suara dalam dan menggema terdengar, seolah berasal dari seluruh penjuru. "Selamat datang di pusat kekuatan yang selama ini kalian coba hancurkan," suara itu berkata dengan dingin, "Di sini, kalian akan menghadapi kebenaran yang tak bisa dihindari."
Karin menggenggam tangan Leon, merasakan adanya ketegangan yang luar biasa. "Kebenaran yang tak bisa dihindari?" katanya pelan, "Apa maksudnya?"
Suara itu terdengar lagi, kali ini lebih dekat, memantul dari setiap sudut ruangan yang luas ini. "Setiap kekuatan besar membutuhkan pengorbanan besar. Mata Bayangan tidak hanya mengendalikan dunia luar, tetapi juga jiwa setiap orang yang berusaha menguasainya. Kalian berdua telah memasuki inti kekuatan ini. Sekarang, kalian akan menghadapi kenyataan tentang siapa kalian sebenarnya."
Pangeran Leon merasakan ketegangan yang semakin menambah beban di pundaknya. Apa yang dimaksud dengan "kenyataan tentang siapa mereka sebenarnya"? Apakah mereka terjebak dalam ilusi yang tak bisa dipahami? Ia tidak tahu, tetapi dia merasa bahwa jawaban itu akan datang dalam waktu dekat.
Tiba-tiba, sebuah bayangan besar muncul di tengah ruang itu. Bayangan tersebut terbentuk dari cahaya hitam yang berputar-putar, membentuk sosok yang sangat besar dan mengerikan. Saat bayangan itu semakin jelas, mereka bisa melihat bahwa itu adalah Mata Bayangan dalam wujud yang paling murni dan terdistorsi, matanya berkilauan dengan kekuatan gelap yang tak terukur.
"Aku adalah inti dari kekuatan ini," suara itu berkata, kali ini lebih jelas dan lebih menakutkan, "Aku bukan hanya sebuah artefak. Aku adalah jiwa dari semua yang telah mencoba menguasai kekuatan ini. Dan sekarang, kalian berdua akan menjadi bagian dari kekuatan yang lebih besar. Apakah kalian siap untuk menerima takdir kalian?"
Pangeran Leon merasa tubuhnya kaku, seolah ada sesuatu yang menariknya lebih dalam ke dalam gelap. "Kami datang untuk menghancurkanmu, bukan untuk bergabung denganmu!" teriaknya, berusaha melawan dorongan yang datang.
Tapi bayangan itu hanya tertawa, suaranya begitu dalam dan menggetarkan seluruh tubuh mereka. "Menghancurkan? Tidak ada yang bisa menghancurkan aku. Hanya ada satu pilihan bagi kalian: menerima takdir kalian dan menjadi bagian dari kekuatan ini selamanya, atau melihat dunia ini terjerumus dalam kehancuran tanpa akhir."
Karin menatap Leon dengan tatapan yang penuh determinasi. "Leon, kita tidak bisa menyerah sekarang. Kita harus menemukan cara untuk mengalahkan ini, apa pun yang terjadi."
Leon menggenggam tangan Karin, merasa bahwa untuk pertama kalinya, mereka benar-benar berdiri bersama dalam pertempuran yang tak dapat mereka hindari. "Kita akan berjuang, Karin. Kita akan mencari jalan keluar. Apa pun yang harus kita bayar, kita akan menanggungnya bersama."
Namun, saat mereka mencoba bergerak lebih dekat ke Mata Bayangan, sebuah gelombang kekuatan yang luar biasa memukul mereka. Mereka terlempar mundur, terhempas ke tanah dengan keras. Pangeran Leon merasakan nyeri yang tajam di tubuhnya, sementara Karin terlihat hampir kehilangan kesadarannya.
"Tidak ada jalan keluar," suara itu berbisik di telinga mereka, "Kalian telah memilih untuk menghancurkan kekuatan ini, tetapi setiap keputusan membawa konsekuensi yang harus kalian tanggung."
Leon merasa punggungnya terbakar, seolah seluruh kekuatan yang ada di dunia ini menekannya. Karin berusaha bangkit, meskipun tubuhnya terasa lemah, namun dia tidak menyerah. "Kita tidak akan kalah, Leon. Kita masih memiliki kekuatan untuk melawan," katanya dengan suara yang penuh keberanian.
Pangeran Leon mencoba menggerakkan tubuhnya, meskipun rasa sakit itu semakin intens. "Karin, kita harus melawan dengan apa yang kita miliki. Kita harus menghadapi kekuatan ini dari dalam."
Tiba-tiba, Mata Bayangan yang mengerikan itu mulai mengeluarkan kilatan cahaya yang memekakkan telinga. Dengan satu dorongan besar, bayangan itu mulai menyerap kekuatan mereka, mengikis sedikit demi sedikit kekuatan yang tersisa di dalam tubuh mereka.
Namun, di tengah kegelapan itu, mereka merasa ada kekuatan lain yang perlahan mulai tumbuh—sesuatu yang lebih kuat dari apa yang bisa mereka bayangkan. Mereka berdua merasa sebuah energi baru muncul dalam diri mereka, mengalir melalui setiap serat tubuh mereka, memberi mereka kekuatan untuk melawan.
"Apa yang terjadi?" Karin bertanya, suaranya hampir tidak terdengar.
"Kita tidak sendirian di sini," jawab Leon, matanya terfokus pada kekuatan yang mulai muncul di sekitar mereka. "Ada sesuatu di dalam diri kita yang lebih kuat dari bayangan ini. Sesuatu yang akan mengakhiri kekuasaan Mata Bayangan selamanya."
Saat mereka mulai memusatkan kekuatan yang mereka rasakan, Mata Bayangan bergetar hebat, seolah merasakan ancaman yang datang. Mereka tahu bahwa ini adalah saat terakhir—saat di mana kekuatan mereka akan diuji sampai batasnya.
Sekarang atau tidak sama sekali.
Dengan keberanian yang membara, mereka mengarahkan energi yang baru ditemukan itu ke Mata Bayangan. "Kami tidak akan membiarkan dunia ini jatuh ke dalam kegelapan!" teriak Pangeran Leon, bersama dengan Karin.
Dan dalam sekejap, cahaya mereka bertabrakan dengan Mata Bayangan, menciptakan ledakan energi yang luar biasa. Kekuatan yang menghancurkan, tetapi juga membawa harapan baru bagi dunia mereka.
Ledakan cahaya yang sangat terang mengguncang ruang di sekitar mereka, seolah-olah dunia itu sendiri terbelah. Mata Bayangan yang sebelumnya tampak tak terkalahkan kini mulai bergetar hebat, mengeluarkan suara yang berderak seperti gemuruh petir. Pangeran Leon dan Karin merasakan tubuh mereka semakin terisi dengan energi yang melimpah—sesuatu yang jauh lebih kuat daripada apa pun yang pernah mereka alami sebelumnya. Namun, mereka tahu bahwa kekuatan ini bukan hanya untuk mereka berdua, tetapi untuk dunia yang mereka perjuangkan.
"Kita harus mengarahkannya dengan benar, Leon!" Karin berteriak, suaranya penuh dengan tekad. "Kita tidak bisa membiarkannya menguasai kita!"
Pangeran Leon menatapnya dengan serius, berusaha menahan agar energi itu tidak melampaui kendali mereka. "Aku tahu," jawabnya, menggenggam tangan Karin lebih erat. "Kita harus melakukannya bersama. Hanya dengan kesatuan kita bisa mengalahkannya."
Di hadapan mereka, Mata Bayangan kini bertransformasi menjadi sebuah sosok yang lebih mengerikan, lebih besar. Mata itu tampak seperti dua bola api yang menyala dengan intensitas yang memancar dari kedalaman kegelapan. Setiap detik, sosok itu semakin mendekat, seolah ingin menelan mereka ke dalam dirinya. "Kalian pikir kalian bisa mengalahkanku?" suara itu bergema, penuh dengan nada meremehkan. "Aku adalah kekuatan yang telah ada sejak zaman awal. Tak ada yang bisa menghentikanku."
Namun, Pangeran Leon dan Karin tidak gentar. Mereka merasakan kekuatan dalam diri mereka yang mulai menuntun ke arah yang benar. "Kalian salah," kata Leon dengan suara yang penuh keyakinan. "Kekuatan kalian tidak akan pernah bisa mengalahkan tekad kami."
Dengan gerakan bersama, mereka mengarahkan energi yang terkumpul itu ke arah Mata Bayangan. Sebuah aliran cahaya yang sangat kuat mengalir melalui tangan mereka, membentuk sebuah sinar putih yang memancar menuju pusat kekuatan gelap itu. Ketika sinar itu menyentuh Mata Bayangan, sebuah ledakan besar terjadi. Terasa seperti seluruh dunia terhenti sejenak, diliputi oleh hening yang mencekam.
"Apa yang terjadi?" Karin berbisik, matanya terbuka lebar, tak percaya dengan apa yang mereka saksikan.
Di depan mereka, Mata Bayangan mulai melepaskan kabut hitam yang perlahan-lahan menghilang. Sosok besar itu bergetar hebat, seolah-olah kekuatannya yang sangat besar mulai hancur. Perlahan, bentuknya mengecil, dan dengan satu ledakan terakhir yang mengguncang seluruh ruangan, Mata Bayangan akhirnya meledak menjadi debu halus yang menyebar ke udara.
Namun, meskipun Mata Bayangan hancur, mereka tahu bahwa pengorbanan mereka belum selesai. Kekuatan yang mereka lepaskan telah menghancurkan bagian besar dari ancaman itu, namun dunia mereka masih berada di ambang kehancuran. Sebuah kekosongan yang dalam mulai menyelimuti ruang mereka, dan di tempat itulah sebuah suara terakhir terdengar, lemah namun penuh dengan ancaman.
"Kalian memang berhasil menghancurkan aku," suara itu berbisik, kini tak lebih dari sebuah gema yang hilang. "Tapi ingat, kekuatan yang aku miliki akan selalu ada. Dunia ini akan selalu membutuhkan pengorbanan... dan ada harga yang harus dibayar."
Tiba-tiba, sebuah kekuatan menarik mereka, dan Pangeran Leon dan Karin merasa tubuh mereka terangkat. Mereka terlempar keluar dari pusat Mata Bayangan, kembali ke dunia yang mereka kenal. Mereka terjatuh di tanah yang keras, namun dunia di sekitar mereka tampak berbeda—lebih terang, lebih damai, dan jauh dari kegelapan yang telah mereka tinggalkan.
Karin terengah-engah, duduk di atas tanah, memandangi sekitar dengan cemas. "Apakah kita berhasil?" tanyanya, ragu.
Pangeran Leon berdiri, matanya memandang langit yang mulai cerah. "Kita berhasil," jawabnya dengan suara yang tegas, meskipun ada perasaan berat di dalam hatinya. "Tapi seperti yang dikatakan Mata Bayangan... ada harga yang harus dibayar."
Saat mereka berdua berdiri bersama, mereka merasa dunia ini belum sepenuhnya bebas dari ancaman. Ada sebuah kekosongan yang dalam di hati mereka, seperti ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang mereka korbankan untuk mengalahkan kekuatan tersebut.
"Apa yang hilang, Leon?" tanya Karin, menyadari ketegangan yang menguasai hati mereka.
Pangeran Leon menatap Karin dengan tatapan yang penuh kesedihan. "Aku merasa... seperti ada bagian dari diri kita yang tidak akan pernah kembali."
Karin menggenggam tangan Leon, berusaha memberi kekuatan padanya. "Mungkin kita kehilangan sesuatu, tetapi kita masih memiliki dunia ini. Kita masih memiliki harapan. Kita berjuang bersama, Leon, dan itu yang paling penting."
Dengan keberanian baru yang tumbuh di dalam diri mereka, mereka berjalan maju, siap menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan dan harapan. Dunia mereka telah diselamatkan, namun perjalanan mereka belum selesai. "Kita harus memastikan bahwa apa yang telah kita bayar tidak sia-sia," kata Leon, matanya penuh dengan tekad. "Kita harus menjaga dunia ini dari kegelapan yang mungkin kembali."
Mereka melangkah bersama, menatap masa depan yang penuh ketidakpastian, tetapi dengan hati yang penuh harapan. Mereka tahu bahwa tidak ada perjalanan yang mudah, tetapi mereka akan selalu menghadapi apapun yang datang bersama-sama.
Dan dunia, untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, merasakan kedamaian yang nyata. Namun, dalam kedamaian itu, ada sebuah pelajaran yang akan terus teringat di hati setiap orang yang pernah mendengar cerita ini: bahwa setiap kemenangan datang dengan pengorbanan yang tak terelakkan.