Menceritakan tentang gadis lugu yang kerap kali mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya terutama keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berpulang yang nyaman justru bagaikan jeruji besi penjara bagi sang gadis. Dirinya diperlakukan bak tawanan di rumahnya sendiri.
Tiada baginya tempat bersandar walau hanya sejenak saja. Rasa letih kian menggebu dalam hatinya, rasa ingin membunuh dirinya begitu besar namun semua terhalang oleh impian serta besarnya dosa yang akan ia tanggung.
Hingga menginjak bangku sekolah menengah atas dirinya bertemu dengan lelaki dingin nan ketus yang menggedor pintu hatinya dan menjadikan dirinya seorang istri di usianya yang masih sangat muda.
🥀🥀🥀
Bagaimana kisahnya? Apakah lelaki itu akan membawanya keluar dari lubang penderitaan? Ataukah justru semakin membuatnya terpuruk ke dalam lubang yang sama?
Penasaran? Yuk, langsung baca. Jangan lupa vote dan comment-nya yaw. Happy reading^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhiya Andina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20. Pembullyan Tiga Gadis
...Untuk apa merasa sok hebat bahkan diri kamu saja hanya berani bermain keroyokan. Canda keroyokan...
...-Most Wanted vs Nerd Girl-...
***
Sesampainya di sana Niara mengajak Ratu untuk membawa minumannya ke rooftop. Mulanya Ratu menolak dengan tegas, namun Niara terus mendesaknya agar menurutinya.
Keduanya menikmati angin semilir yang menerbangkan setiap helai rambut keduanya. Niara kemudian melontarkan pertanyaan pada Ratu, entahlah ia merasa begitu penasaran akan jawaban sahabatnya itu. "Mischa? Gue mau tanya, deh. Lo pilih Kak Dylan, Kak Raja, atau Kak Liam? Harus jawab salah satunya!"
"Pertanyaan apa itu? Gak jawab boleh gak?" kilahnya.
"Wajib jawab!" tegas Niara sembari merubah posisinya menghadap Ratu.
"Ratu lebih milih—" Ucapan Ratu tergantung saat lagi lagi seseorang memotongnya.
"Jelas pilih gue, dong!" seru seseorang dari arah belakang yang rupanya juga hendak membolos. "Ternyata kalian udah mulai suka bolos, ya?"
"Ternyata Kak Dylan masih hidup, ya? Belakangan ini Kakak gak kelihatan jadi Ratu kira Kakak udah gak ada," celetuk Ratu tanpa bebannya.
Dylan kemudian mendekati Ratu sembari menyodorkan sebuah kotak padanya. "Jahat banget, ya, mulut Kesayangan Dylan. Nih, gue ada hadiah buat lo. Gue yakin suka banget sama itu," tunjuk Dylan dengan sorot matanya.
Ratu meraih sebuah kotak berwarna merah berukuran sedang itu. Ratu membukanya merasa begitu penasaran, alangkah terkejutnya begitu mengetahui isi di dalam kotak tersebut yang tak lain adalah—
"Kalung berlian? Buat Ratu? Bukannya ini mahal banget, ya? Emang Kakak dapat uangnya dari mana? Kak Dylan gak nyuri, 'kan?" Alih-alih berterima kasih Ratu justru mencurigai cowok di hadapannya tanpa beban sedikit pun.
Niara menepuk jidatnya, gadis lain mungkin akan melompat kegirangan mendapat hadiah dari seorang cowok, namun lihatlah Ratu. Gadis itu justru mencurigai Dylan bahwa ia mencuri kalung di toko perhiasan. "Mischa, ucapin makasih sama Dylan kek. Lo mah berasa gak tahu rasa berterima kasih."
"Tuh, sahabat lo aja pintar. Gue akui gue emang nyuri, tapi bukan nyuri kalung itu. Lo mau tahu apa yang gue curi, hmm?" Dylan menaikkan kedua alisnya berniat menggoda Ratu kembali.
"Apa'an?" Ratu menatap Dylan dengan wajah penasaran membuat Dylan mencubit pipinya gemas. "Ih, jangan pegang wajah orang sembarangan! Ratu gak suka!"
"Galak banget, Kesayangan Dylan. Gue nyuri kunci hati lo biar gue bisa singgah di hati lo yang paling dalam," ungkap Dylan sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Hati Ratu aja udah hancur menjadi kepingan kecil, gimana Kak Dylan bisa singgah?" ungkap Ratu sendu.
Dylan kemudian mengacak puncak kepala Ratu lalu beralih mencubit pipi kanan gadis di hadapannya. "Kalau gitu biar gue aja yang ngerenovasi hati lo biar lebih indah dari sebelumnya. Gue buat istana megah di dalam sana dan gue jadi rajanya," godanya sembari memasangkan kalung di leher Ratu.
Ratu menjitak jidat cowok di hadapannya. "Ih, Kak Dylan kira hati Ratu itu bangunan apa pakai direnovasi segala? Lagian Kak Dylan gak pantas jadi raja, pantasnya jadi prajurit aja," celetuknya.
"Makin lama Kesayangan Dylan makin ngeselin, ya?" Dylan kembali mencubit pipi Ratu, namun kali ini keduanya hingga membuat sang gadis menendang perut cowok itu.
"Aduh, gila lo nendang kencang banget," keluh Dylan kembali bangkit dari posisi tersungkurnya.
Prok ... prok ... prok!
Mendengar tepukan tangan itu ketiganya lantas menoleh ke sumber suara. Ratu membelalakkan matanya lantaran Raja sudah berdiri tidak jauh darinya, tentu dengan wajah super datarnya.
"Bagus ... bagus .... bagus. Kalian sekarang berani bolos," sindir Raja.
"T-tapi Kak—" Belum selesai Ratu membela diri, Raja justru memotong ucapannya.
"Gua gak terima alasan, kalian bertiga ikut gua terutama lo!" tegas Raja menunjuk ke Ratu dengan tatapan elangnya.
Keempat remaja itu melangkah menuju lapangan tempat di mana Ratu dan Reynata semula dihukum. Raja menghentikan langkahnya tepat di bawah pohon rindang setinggi gedung sekolahnya.
Di bawahnya sudah ada dedaunan yang berserakan menutupi lantai lapangan. Dari sini sudah bisa ditebak jika Raja akan menghukum mereka bertiga untuk membersihkan dedaunan yang ada di lapangan seluas itu.
Dan benar saja apa yang ada dalam pikiran Ratu, kini Raja memerintahkan mereka untuk segera membersihkannya. "Kalian harus bersihin lapangan ini dan jangan coba-coba untuk protes ataupun bolos!" ketusnya.
"Dan lo bersihin toilet setelah itu selesai!" imbuhnya menatap Ratu.
"Kenapa lihatin Ratu? Mentang-mentang Kak Raja itu Ketua OSIS Kakak hobi banget marah sama Ratu. Emang Kak Raja punya dendam apa, sih, sama Ratu, hah!?" dengusnya sembari menendang dedaunan ke arah Raja.
Raja kemudian menarik lengan Ratu membuat gadis itu menabrak dadanya. Tidak lama Raja membungkuk sembari berbisik, "bentar lagi lo punya gua dan jangan berani macam-macam sama gua. Gua bisa lakuin apa pun sesuka gua termasuk nyakitin lo."
"Kak Raja itu sebenarnya manusia atau monster, sih? Heran, deh, kenapa banyak yang suka monster kayak Kakak? Kayak gak ada cowok lain aja," timpal Ratu sembari berbalik.
Raja menyunggingkan senyum liciknya sembari terus menatap Ratu. Gua gak akan main-main. Lo akan jadi milik gua selamanya walaupun gua benci sama lo, batinnya.
Gua benci sama lo, tapi entah kenapa gua gak bisa jauh dari lo. Gua gak rela lo dekat lelaki lain. Huh ... gua pun gak rela ada yang sakitin lo selain gua! lanjut Raja dalam hatinya.
...🍬...
Ratu mengusap keringatnya yang bercucuran sembari sesekali menutupi hidung mungilnya. Bau yang timbul dari dalam toilet membuatnya hendak pingsan saat itu juga, sangat menyeruak di hidungnya.
"Sebenarnya kalau habis buang air kecil gak pernah disiram atau gimana, sih? Baunya wangi banget sampai Ratu mau pingsan sekarang," gerutunya sembari terus menggosokkan sikat yang ia pegang.
Satu demi satu toilet ia bersihkan, kini tersisalah satu toilet yang terletak di paling ujung toilet wanita. Tempatnya begitu gelap lantaran memang berada paling ujung, sepertinya toilet tersebut memang jarang digunakan oleh kebanyakan siswi.
Saat Ratu tengah sibuk membersihkan toilet terakhir, tiba-tiba saja ada yang menabrak dirinya hingga dirinya tersungkur mencium lantai. Beruntung lantainya sudah ia bersihkan sehingga tidak terlalu menjijikkan untuknya.
"Aduh, sorry gue gak sengaja," lontar seniornya.
Ratu menyunggingkan senyumnya sembari menggeleng kecil. "Gak pa-pa kok, Kak."
Senior berambut lurus itu meraih gayung berisi air penuh kemudian menyiramkannya pada Ratu. Gadis dengan kacamata hitamnya tampak terkejut kemudian mendongak menatap seniornya.
"Kak, kenapa nyiram Ratu? Ratu salah apa?" tanya Ratu.
Gadis bernama Audrey lantas menyunggingkan senyum liciknya sembari mendorong Ratu ke tembok toilet. "Salah lo apa? Banyak! Gak usah sok polos, deh, gue tahu kok lo cuma pura-pura polos biar Raja dan yang lain tertarik sama lo. Heh, ngaca! Muka lo kayak apa!? Muka burik aja belagu!" makinya.
"T-tapi Ratu gak niat untuk narik hati mereka. Ratu gak tahu apa maksud Kakak dan apa tujuan Kakak siram Ratu kayak gini." Ratu menundukkan pandangannya tidak berani menatap ketiga senior di hadapannya.
"Halah, gak usah pura-pura gak tahu, deh! Cewek kayak lo gak pantas sama Raja, Dylan, ataupun Liam. Belagu banget jadi cewek, cih!" sosor Kayla.
"Ratu gak niat untuk ambil mereka dari Kakak. Kalau kakak mau sama mereka ambil aja, Ratu gak suka sama mereka. Ratu permisi," kilahnya hendak meninggalkan ketiga seniornya, namun Audrey mencegahnya.
Ratu menelan berat salivanya. Ini kali pertama dirinya berurusan dengan geng Audrey yang dikenal dengan geng paling hobi mem-bully adik kelas. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk berbuat kekerasan pada siapa pun.
"Mau ke mana? Urusan belum selesai, gak sopan banget sama senior," cibir Audrey sembari menyeringai.
semangat...
ayo mampir juga dikaryaku /Smile/