Kevin yang awalnya playboy dan tidak percaya dengan cinta, dan selalu mempermainkan wanita. Hal itu terjadi Karena keluarganya yang hancur. Namun kini kepercayaan itu kembali muncul ketika ada satu wanita yang membuatnya jatuh cinta dengan wanita yang berbeda.
"sejak kapan Lo ada disitu?" Tanya Aura kasar pada sosok paling menyebalkan di depannya itu.
Kevin pun tersenyum miring. "Santai dong! Gue kan cuma nanya! Lo jadi cewek bodoh banget bikin gue tertarik aja." Balas Kevin
Simak terus kisah kelanjutannya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. kesempatan pdkt
Di Rumah sakit X
Kini Aura sedang di tangani oleh seorang dokter. Dan Kevin sedang menunggu Aura di luar ruang UGD. Entah kenapa perasaan khawatir meliputi dirinya kini. Padahal Aura bukan siapa-siapa nya.
Klek!
Pintu di buka dan Kevin langsung berdiri untuk menanyakan keadaan Aura.
"Gimana kondisinya dok?" Tanya Kevin pada sang dokter.
"Kondisinya untuk saat ini darahnya Drop dan Aura belum punya tenaga untuk bergerak. Sakit lambungnya juga kambuh." Jelas Bu Lora yang termasuk dokter di UKS SMA ESWE.
Kevin mengerutkan keningnya. Ia berfikir, jadi cewek yang galak itu ternyata selemah itu?
"Apa kamu pacarnya Vin?" Tanya Bu Lora tiba-tiba membuat Kevin terdiam sejenak. Harus jawab apa ya... Kalau di jawab pacar sih ya enggak, tapi otw mau di jadiin pacar hahaha.
"E - enggak kok Bu." Ucapnya
Bu Lora yang melihat hal tersebut pun terkekeh kecil. Pasalnya sejak kapan murid badungnya itu grogi seperti ini saat di tanya tentang hubungannya dengan perempuan. Selama ini Kevin pun selalu welcome dengan semua perempuan. dan semua guru-guru pun tau bahwa Kevin super playboy yang punya banyak pacar.
"Kenapa Bu Lora ketawa?" Tanya Kevin tak suka karena merasa di ejek sama gurunya itu.
Bu Lora hanya menggelengkan kepala. "Karena orangtua Aura belum datang dan kamu udah di sini. Kamu mau jagain dia disini sampai orangtuanya datang?" Ujar Bu Lora membuat Kevin semakin antusias.
Tentu saja ia mau untuk menemani Aura. Ini sekaligus mengambil kesempatan untuk mendekati Aura.
"Mau Bu." Jawabnya dengan antusias. Bu Lora pun tersenyum. Mana mungkin kan Kevin tak mau?
"Yaudah, nanti kalau orangtua dia udah kesini kamu kembali ke sekolah. Bu Lora akan izinkan kamu ke guru kelasmu sampai nanti istirahat ke 2 kamu harus sudah kembali pokoknya." Tegas Bu Lora.
"Ya kalau nggak balik berarti bolos gitu Loh Bu... Repot amat sampai matanya melotot." Jawab Kevin dengan entengnya
Bu Lora pun berkacak pinggang ia ingin sekali memarahi Kevin. "Kevin! Kamu kan sudah kelas 12. Sebentar lagi ujian. Mau sampai kapan kamu bolos seperti ini." Ucap Bu Lora nadanya terdengar sedikit meninggi.
Sedangkan Kevin kini Sangat malas meladeni seorang guru yang marah. "Ya sampai lulus lah Bu. Lagian bolos pun nilai saya tetap bagus." Ujarnya. "Udah Bu Lora balik aja ke sekolah. Malu lah di tonton banyak orang masak saya dimarahin di rumah sakit begini." Lanjutnya.
Bu Lora menatap sekeliling nya. Ia menghela nafasnya. Lupa kalau sekarang berada di rumah sakit.
Benar kata guru-guru di sekolah. Memarahi Kevin tak akan membuat Kevin menurut. Justru merugikan diri sendiri karena berakibat pusing. Siswa tertampan di depannya itu terlihat sangat santai dan tak takut sama sekali dengan dirinya.
Sedangkan anak-anak yang lain banyak yang menurut ketika di marahi. Namun susah sekali dengan Kevin ini.
"Yaudah kamu jaga diri juga disini. Jangan buat ulah. Ibu tau kamu anak Badung di sekolah, tapi juga nggak usah di rumah sakit." Ucap Bu Lora mengingatkan. Ia takut muridnya itu juga akan membuat masalah di rumah sakit.
Karena pernah juga apa yang di lakukan Kevin di luar berdampak juga di sekolah. Contohnya aksi tawuran itu pun juga gara-gara Kevin yang 2 tahun lalu mempunyai geng motor. Dan geng motornya mempunyai masalah dengan sekolah sebelah.
Kevin pun tersenyum puas. Akhirnya gurunya itu tak lagi memarahinya dan pasrah. Inilah hal yang di sukai oleh Kevin. Tak ada seorang pun yang bisa merubahnya. Menasehatinya, atau apapun itu.
"Oke Bu... Saya masuk dulu. Mau menjenguk calon pacar..." Ucap Kevin langsung ngeloyor begitu saja masuk ke dalam UGD.
Bu Lora geleng-geleng kepala. Diusianya yang ke 25 ini terlihat sangat muda dan belum menikah. Nanti kalau sudah menikah dan punya anak amit-amit deh punya anak nakal kayak Kevin. Bisa pusing tiap hari tuh.
Kevin pun masuk ke dalam UGD, disana ia duduk di sebelah Aura. Kevin memperhatikan tubuh Aura yang terbaring lemah di atas brankar. Lalu ia menatap wajah Aura. Wajah Aura yang ia lihat galak itu berubah menjadi sangat teduh. Perasaan Kevin menjadi kasian melihat Aura.
"Kalau Lo sampai kenapa-kenapa karena si ketos taik itu. Gue bakalan balas dia Ra." Ucap nya lirih. Entah lah Kevin pun tak tau mengapa tiba-tiba mulutnya berucap seperti itu. Rasanya.... Khawatir dan nggak suka aja lihat Aura di hukum saat sakit kayak tadi.
Tak pernah ada wanita yang Kevin khawatirkan sebelumnya. Pacar-pacarnya yang tengah ia pacari sekarang ini bahkan Kevin tak peduli dengan mereka. Mereka sakit hati atau tidak, tak peduli.
Selang beberapa detik, Kevin merasa risih mendengar keberisikan yang ada samping kanan dan kirinya itu. Ada yang batuk lah atau suara anak kecil yang menangis.
Kevin pun celingukan mencari dokter dan tak lama dari itu ada salah satu dokter yang lewat.
"Permisi pak." Ucap Kevin.
Dokter laki-laki yang terlihat berusia 40 an itu pun menoleh. "Iya ada apa?"
"Pasien yang ini diopname kan?" Ujar Kevin menunjuk Aura. "Kenapa nggak di pindahin ke ruangan individu aja pak. Kan kasian kalau ramai-ramai begini." Lanjutnya.
Pak dokter itu pun tersenyum ramah pada Kevin. "Pasien atas nama Aura tadi sudah di tangani sama Bu Lora. Dan beliau berkata untuk menunggu pihak keluarga untuk memindahkan nya ke ruangan individu."
Kening Kevin berkerut. Lalu melirik Aura sejenak "Apa karena biaya administrasinya ya pak?" Tanya Kevin.
Pak dokter itu mengangguk.
"Yasudah biar saya saja yang membayar dan taruh dia di VVIP bisa pak?"
Tetap tersenyum ramah melihat Kevin yang peduli pada Aura. Pak dokter itu menganggap bahwa Kevin adalah sang pacar dari si pasien. Tingkah anak remaja memang selalu menggemaskan. Mengingatkannya dimasa muda juga.
"Emm... Saya sih tidak apa-apa. Tapi bagaimana kalau pihak keluarga tidak mau? Jadi lebih baik menunggu orangtuanya saja. Atau kalau bisa kamu yang berbicara dengan orangtuanya. Nanti kalau sudah setuju baru saya pindahkan."
Kevin mendesah kasar mendengar penjelasan sang dokter. Ribet sekali dokter satu ini! Apa salahnya di pindahkan di ruang VVIP. Lagi pula siapa sih yang nggak mau di ruangan VVIP.
"Pak! Saya yang akan bayar administrasinya. Nanti kalau orangtuanya nggak setuju, saya tidak akan meminta untuk menggantinya. Yang penting sudah di bayar kan?"
Melihat keseriusan pemuda ini pak dokter malah jadi tak tega. Ya sudahlah akhirnya pak dokter ini menyetujuinya. Kevin pun tersenyum lebar lalu kemudian langsung pergi ke administrasi untuk membayar semuanya.
Setelah itu Kevin kembali berjalan menuju ke ruang VVIP. Ia melangkah masuk dan duduk di samping ranjang Aura. Ia bernapas lega berharap gadis itu bisa istirahat dengan tenang.
Kevin rasanya tersenyum puas. Ia merasa berguna untuk gadis yang mungkin.... ia mulai sukai itu. Namun di satu sisi lain ia teringat dengan taruhannya. Kalau kayak begini kan Aura jadi punya hutang Budi juga padanya. Nanti kalau sudah sembuh ia akan meminta balas budinya itu hahahah.
Tak lama dari itu, seseorang tiba-tiba membuka pintu ruangan itu secara tiba-tiba dan membuat Kevin terkejut. Kevin berdiri dari duduknya.
Dua orang sepasang suami istri itu masuk ke dalam dan langsung menemui Aura.
"Ra.... Kamu kok bisa kayak gini... Mama sedih ..." Ucap mama Wila meraih tangan Aura. Lalu kemudian melirik Kevin.
Sedangkan Kevin yang melihat hal itu pun langsung membungkukkan badannya. "Selamat siang om, tante." Ucap Kevin dengan sopan ya.
Kedua orangtua Aura pun menatap penampilan Kevin yang sangat urakan itu. Apalagi Kevin sendiri juga terluka dan banyak perban.
"Kamu siapa? Apakah anak saya kecelakaan dengan kamu?"