Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membersihkan Hama 3
Beberapa dari pelayan serta pengawal kini tidak dapat mengelak lagi, wajah mereka terpampang sangat jelas di cctv, apalagi kamera pengintai itu juga bisa mendengar percakapan mereka. Kepercayaan diri mereka langsung hancur lebur.
Tapi ada beberapa pelayan yang masih mencoba meminta bantuan dengan menghubungi dalang utama untuk membebaskan mereka, bukankah Zanaya sangat penurut dengan orang tersebut apapun yang dikatakannya, pikir mereka yang masih memiliki secercah harapan untuk di ampuni dan bekerja kembali dengan gaji tinggi.
Jika itu Zanaya pada kehidupan pertama dahulu, mungkin dengan senang hati Zanaya mengabulkan permintaan orang tersebut, tapi Zanaya yang berdiri sekarang didepan mereka ini bukanlah Zanaya yang mudah dibodohi, Zanaya yang sekarang adalah orang yang kejam tanpa pandang bulu setelah lahir dari kematian.
Entah berapa kali mereka mencoba menghubungi dalang utama, tapi sama seperti kemarin tetap tidak bisa sebab Zanaya sudah mengacaukan jaringan ponsel mereka tanpa diketahui siapapun.
Zanders akhirnya mengerti saat sang adik menyuruhnya untuk untuk memasang semua alat itu secara tersembunyi. Tapi yang menjadi pertanyaan bagaimana adiknya bisa mengetahui semua itu.
"Masih mencoba untuk menghubungi penyelamat kalian?" Suara dingin Zanaya membuat tubuh mereka menegang, spontan menjatuhkan ponselnya ke lantai hingga terdengar bunyi retakan.
"Apa maksud mu sayang?" tanya Liona bingung yang berdiri didekat sang putri.
Zanaya mengalihkan pandanganya menatap sang mama, "Mereka mencoba menghubungi malaikat penolongnya mah," jawab Zanaya dengan suara datar.
Sang mama menatap Zanaya dengan tatapan menyelidik, "Siapa malaikat penolong mereka?" tanya Liona penasaran.
"Coba mama tebak?" tantang balik Zanaya membuat sang mama mengerutkan keningnya menebak siapakah orangnya.
Setelah beberapa menit berpikir, "Mama menyerah, mama tidak punya pandangan pada siapapun," Zanaya mengangguk dengan tersenyum sinis, "Orang yang selama ini sering datang kesini dan sangat akrab dengan para pelayan serta pengawal," sahut Zanaya memberikan clue pada sang mama.
Pelayan dan pengawal mendengar itu sudah pasrah, ternyata Zanaya secerdas itu mengetahui jika mereka berpihak pada orang lain.
Liona berpikir sejenak kemudian dia menutup mulutnya dengan mata melotot, "Astaga, mama tidak percaya!" ucapnya menggelengkan kepalanya, lalu berbalik menatap sang suami dan anak sulungnya yang juga menampilkan raut wajah yang sama dengannya. Mereka juga terkejut sekaligus tidak percaya.
"Nanti Zay berikan buktinya mah," kata Zanaya santai kembali menatap ke depan, menikmati wajah pucat pasi milik pengkhianat.
"Hukuman apa yang pantas untuk pencuri seperti mereka kek?" Suara Zanaya kembali dingin membuat hampir seluruh pelayan serta pengawal menjatuhkan diri ke lantai.
"Nona ampuni kami! Kami tahu, kami bersalah" Kepala pelayan memohon menangkupkan tangannya berbicara mewakili seluruh pekerja yang terlibat sambil menundukkan kepalanya agar Zanaya iba melihatnya.
"Bukankah sudah kukatakan! Kalau aku mengetahuinya sendiri hukuman kalian lebih kejam daripada penjara yang menanti kalian" Zanaya menatap mereka yang memohon dengan kilat kebencian yang mendalam.
Tubuh mereka bergetar ketakutan mendengar ucapan Zanaya, seandainya saja mereka langsung mengaku saja mungkin hukuman mereka akan ringan, minimal dipecat pikir mereka.
"Nona kami mohon berikan kami satu kesempatan mengabdi pada keluarga anda!" ucap kepala pelayan yang diangguki seluruh pekerja di mansion itu.
Zanaya menatap kepala pelayan yang menunduk itu, Zanaya masih ingat tatapan kepala pelayan saat dikumpulkan semua, wanita parubaya itu menatapnya penuh ejekan serta cemoohan.
"Biar apa? Biar kalian bisa menguras habis harta yang tersimpan di rumah ini," Perkataan Zanaya menohok hati para pekerja Mansion yang memang sangat benar, jika seandainya mereka tidak ketahuan mereka tidak akan memohon seperti ini.
Mereka segera menggelengkan kepala panik "Tidak nona! Itu tidak benar, kami sungguh-sungguh ingin mengabdi," jawabnya memelas melihat mata Zanaya kemudian menunduk kembali suaranya penuh penyesalan tapi Zanaya tahu dalam hati mereka memaki Zanaya dengan berbagai nama kebun binatang.
'Awas saja kau nona bodoh! Jika aku selamat dari sini aku akan meracuni mu sampai mati' Itulah rata-rata ucapan para pekerja di dalam hati mereka.
Zanaya tidak mempedulikan permohonan serta tatapan iba itu, dia berbalik menatap sang kakek, "Kakek bukankah di rumah sakit milik kita kekurangan pendonor organ dalam, organ mereka sepertinya masih sehat dan segar,uu" Kali ini ucapan Zanaya membuat seluruh ruangan tiba-tiba hening, para pekerja seperti kehabisan oksigen mendengar ucapan yang terlontar dari mulut gadis cantik itu.
Bahkan orang tua dan kakak Zanaya menahan nafas dengan mata melotot tidak percaya menatap gadis didepannya ini yang hanya santai saat berbicara tadi, seolah pembicaraan itu hanya topik biasa pada umumnya.
Mereka tahu ucapan itu biasa bagi papa, kakek serta Zanders yang bergelut di bidang bisnis yang memiliki musuh yang banyak untuk itu mereka memiliki kelompok mafia apalagi perusahaan mereka nomor 1 se-Asia tapi untuk ukuran mama Liona serta remaja seperti Zanaya bukankah itu hal ekstrim.
Mama Liona mendekat ke arah putrinya, "Sayang! Bukankah lebih baik kita penjarakan mereka saja," Sang mama mencoba memberi saran.
Zanaya menghela nafas, "Lagian hanya mencuri perhiasan serta beberapa barang yang lainnya, kita bisa meminta mereka mengembalikannya," bujuk sang mama lagi, membuat para pekerja sedikit bernafas lega, lebih baik mereka dipenjara serta mengembalikan barang-barang yang dicuri meski tidak semua daripada organ dalam mereka di ambil, mereka bergidik ngeri membayangkan organ dalam mereka di ambil.
"Mah, seandainya mereka hanya mencuri sekali mungkin Zay akan menjebloskan langsung ke penjara tapi mereka sudah melakukan selama setahun terakhir ini hanya karena mendengar omongan seseorang," sahut Zanaya dingin membuat orang tua Zanaya tertegun, mereka kira ini pertama kalinya ternyata tidak, sedangkan para pekerja kembali ketakutan, kenapa nona bodoh ini tahu pikir mereka.
Sang mama menatap lembut sang anak memegang bahunya, "Biarlah, kita tidak akan miskin hanya dengan kehilangan beberapa perhiasan tapi nyawa seseorang bukanlah hal main-main," jawab sang mama mencoba ikhlas, sifat mama Zanaya memang sangat lembut makanya kakek, papa serta Zanders jika melakukan misi dia tidak akan memberi tahu wanita lembut itu.
Para pekerja kembali memiliki secercah harapan untuk lolos dari maut, tapi bukan Zanaya namanya jika membiarkan mereka lolos.
Zanaya terkekeh sinis kemudian melepas tangan sang mama dari bahunya berbalik menatap pekerja yang juga menatapnya, serempak mereka menundukkan kepala saat melihat tatapan Zanaya dengan kilat membunuh begitu kental.
Zanaya kembali berbalik menatap sang mama dengan dingin, "Mama mengatakan jika nyawa bukanlah sebuah mainan?" Mama Liona mengangguk tersenyum, "Lalu mengapa para pekerja mansion itu dengan senang hati menaburkan racun setiap hari di makanan kita, tanpa mempedulikan nyawa kita semua Mah?" tanya Zanaya dengan dingin membuat suasana kembali mencekam. Bahkan sang mama melunturkan senyumnya saat mendengar perkataan sang anak.
dasar OKB mau menguras harta Zion ya,jgn mimpi 😏...siap2 jadi gelandangan dan tidur di bawah kolong jembatan kalian... zanaya di lawan kalian salah cari musuh tau,dasar tua Bangka 😠