Gracella Eirene, gadis pendiam yang lebih suka bersembunyi di dunia imajinasi, Ia sering berfantasi tentang kehidupan baru, tentang cinta dan persahabatan yang tak pernah ia rasakan. Suatu hari, ia terpesona oleh novel berjudul 'Perjalanan cinta Laura si gadis polos', khususnya setelah menemukan tokoh bernama Gracella Eirene Valdore. Namun, tanpa ia sadari, sebuah kecelakaan mengubah hidupnya selamanya. Ia terbangun dalam dunia novel tersebut, di mana mimpinya untuk bertransmigrasi menjadi kenyataan.
Di dunia baru ini, Gracella Eirene Valdore bertemu dengan Genta, saudara kembarnya yang merupakan tokoh antagonis utama dalam cerita. Genta adalah musuh tokoh utama, penjahat yang ditakdirkan untuk berakhir tragis. Gracella menyadari bahwa ia telah mengambil alih tubuh Grace Valdore, gadis yang ditakdirkan untuk mengalami nasib yang mengerikan.
- Bisakah Gracella Eirene Valdore mengubah takdirnya dan menghindari nasib tragis yang menanti Grace Valdore?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afizah C_Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 17
Motor Genta berhenti di depan gerbang sekolah, mesinnya masih mengeluarkan bunyi dengungan pelan. Grace menoleh ke arah Genta, senyum tipisnya terukir di bibir, seiring dengan rona merah yang merayap di pipinya. "Jaga diri baik-baik, istirahat nanti gue jemput," kata Genta, suaranya lembut, penuh perhatian.
Grace mengangguk, matanya berbinar-binar. "Nggak perlu, aku mau ke perpustakaan istirahat nanti. Jadi kalian abang nggak perlu ke sini," jawabnya, jari-jarinya terulur, mengelus lembut rambutnya yang tergerai.
Genta mengerutkan kening, "Hmm, oke jangan lupa makan dulu, terus nanti pulang tunggu Abang seperti biasa," katanya sambil mengacak-acak rambut Grace dengan penuh kasih sayang.
"Siap, pak bos," jawab Grace, suaranya datar, tapi matanya berbinar-binar, menunjukkan rasa bahagia yang tersembunyi.
"Heh, gak sesuai dengan ekspresi acuh gitu," kata Genta sambil tersenyum, matanya berbinar-binar.
"Terserah akulah, udah sana gue malu di liatin para murid tuh," bisik Grace, suaranya sedikit malu, pipinya memerah.
"Oke, ingat pesan Abang," ucap Genta sambil mengedipkan mata sebelah, lalu berlalu pergi, meninggalkan Grace yang masih terpaku di tempatnya.
Grace menghela napas, "Sial, benar-benar memalukan kalo di tempat sepi gue bahagia. Tapi, kalo di tempat ramai gini gue malah malu, apalagi dengar bisik-bisik para siswa," batinnya, jantungnya berdebar kencang. Segera ia melangkah menuju kelasnya.
Di pertengahan jalan "Grace!" Sebuah suara familiar memanggilnya, Grace tiba-tiba merasa tidak nyaman.
'Sial' umpat Grace dalam hati, ia mengangkat kepalanya dan mendapati Nara berdiri di depannya, wajahnya terlihat sangat ceria, matanya berbinar-binar.
"Hai Grace, gimana keadaan Kak Genta udah baikan ngak? Udah bisa sekolah nggak? Kira-kira mau nggak selingkuhan sama gue?" tanya Nara dengan nada riang, matanya berbinar-binar.
Grace memutar bola matanya malas, hanya berdehem sebagai jawaban, "Hmm,"
"Ih, jawab yang benar dong iya gitu oke kah atau apa kek?" tanya Nara kesal, suaranya sedikit meninggi.
"Iya"
"Hadeh gini amat punya besti acuh bener, harusnya lo itu senyum kalo bisa di lebarin kaya Bumi ini ni, dan juga nih syukur syukur punya wajah cantik, manis, coba aja senyum dikit udah manis kaya madu.
Heran deh kok bisa lo terkenal padahal cuma tampang tubuh aja, duli aja sering pake masker terus juga jarang banget turun ke sekolah mana ngga pernah di skor lagi, heran gur. Lo punya ilmu apa sih, bagi kek ke gue......." cerocos Nara terus menerus ngga berhenti, suaranya semakin keras, membuat Grace merasa tertekan.
'Rene, sahabat lo nih hadepin gih. Sumpah ngak sanggup gue punya sahabat apalagi teman, nggak capek apa nyerocos mulu' keluh Grace pada Rene, ia bahkan menutup kedua telinganya, berusaha menghindar dari suara Nara.
'Hehehe, namanya juga Nara kalo bukan mah hantu jadinya' jawab Rene bercanda di pikiran Grace.
'Kalo gitu, lo aja noh hue mau tidur ladenin aja situ sahabat Gresek lo itu" kesal Grace, matanya mulai terpejam.
"Stop stop noh cogan" ucap Rene yang menggantikan Grace berhasil menghentikan cerocos Nara, suaranya tegas, membuat Nara terdiam sejenak.
"mana mana"
"Telat, udah pergi"
"Yah, kok udah pergia aja ih. Harusnya bilang dari tadi biar gue baikin penampilan gue, btw gue udah cantik kan" ucap Nara sambil bergaya bak model, matanya berbinar-binar.
"Iya iya cantik kok, oke mending lo pergi ke sana tadi gue lihat cogan nya ke sana kejar gih nanti ketinggalan lagi"
"oh oke, bye bye Elaku sayank muach😘"
'Ugh, gila gila besty lo tuh' rasanya Grace ingin muntah melihat kelakuan Nara, matanya terpejam erat, berusaha menahan rasa kesalnya.
'Hahaha biasa aja, nanti juga terbiasa'tawa Rene.
'Hilih, kok bisa lo punya besty gitu'
'Ya gitu deh, setidaknya Nara bukan tipe temen yang munafik, setia dan apa adanya. Yah meski rada gila, masih bisa gue maklumi hehehe'
'Hedeh serah lo deh gue tidur bye'
Melihat Grace tidur, Rene memutuskan melanjutkan melangkahkan kakinya ke ruang kelas. Sesampainya di kelas ia langsung menuju mejanya dan memainkan handphone nya.
"grace' teriakan Nara, mengejutkan penghuni kelas, tapi tidak dengan Rene yang sudah terbiasa mendengar teriakan Nara, matanya masih tertuju pada handphone nya.
"Ih Grace maksud lo apa apaan bohongin gue, gue cari cogan yang lo bilang nggak ada sama sekali" Kesal Nara cape cape cari cogan tapi nggak dapat, suaranya meninggi, menunjukkan rasa kesalnya.
"Salah lo, percaya sama omongan gue" Jawab Rene mengangkat bahu acuh matanya masih asik melihat hp Nya, suaranya datar, menunjukkan rasa acuhnya.
Mendengar ucapan acuh Grace. Nara tambah kesal menghentakkan kakinya ingin marah, tapi tidak berani memilih duduk di bangku samping Grace dengan ekspresi cemberut, sedangkan Grace tidak peduli, matanya terpejam erat, seakan-akan tidak mendengar apa yang dikatakan Nara.
...----------------...
Suasana di kelas mulai ramai ketika bel istirahat berbunyi, menandakan waktu untuk beristirahat. Grace dengan cepat menyimpan alat tulisnya ke dalam tas, mengatur buku-buku agar tidak terlalu berat. Ia merasa sedikit lega, bisa beristirahat sejenak dari pelajaran yang membosankan.
"Grace! Ayo kita ke kantin! Gue sudah lapar banget!" seru Nara dengan penuh semangat, suaranya bergema di tengah hiruk pikuk kelas yang baru saja dipenuhi siswa yang berhamburan keluar.
Grace masih duduk di bangkunya, menunduk, sibuk menata buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Ia menarik napas dalam-dalam, merasa sedikit lega bisa beristirahat sejenak dari pelajaran yang membosankan.
Nara menyerbu meja Grace dengan senyuman lebar, seperti harimau yang menyerbu mangsa. "Kenapa lo masih di sini sih? Yuk, kita ke kantin! Gue udah ngiler liat menu baru di kantin."
Grace menatap Nara dengan ragu, "Gue udah berencana ke perpustakaan habis ini," jawabnya acuh, matanya tertuju pada handphone-nya.
Nara mengerutkan kening, "Ah, perpustakaan lagi? Lo yakin nggak mau ke kantin? Nanti kita bisa ngobrol-ngobrol, ngomongin cowok-cowok, dan makan bareng. Seru, lho!"
Grace menggeleng. "Nggak, Nara. Gue lagi pengen tenang di perpustakaan. Oh ya, beliin gue beberapa camilan dan minuman gue, buat isi perut."
Nara mendesah, "Kenapa gak kekantin aja sih, nanti habis itu baru ke perpus!"
Grace menggelengkan kepala. "Gak, gue lagi males ke kantin. Oke, Nara, turutin aja kenapa sih? Atau kalo lo gak mau balik ya tinggal titipin ke orang, gue tunggu di kelas oke." bujuk Grace.
Nara mengangkat bahu, "Hah, oke deh, kalau itu yang lo mau." Nara berdecak kesal, "Gak ada romantis-romantisnya lo sih, Grace." Ia beranjak pergi, meninggalkan Grace sendirian.
Grace memandang punggung Nara yang menjauh, sedikit kesal. "Dasar, cerewet!" gumamnya, lalu memutuskan memainkan handphone-nya sembari menunggu pesanannya.
...----------------...