Samuel adalah seorang mantan atlet bela diri profesional, selain itu ia juga bekerja paruh waktu sebagai kurir makanan, namun semuanya berubah saat kiamat zombie yang belum di ketahui muncul dari mana asalnya membawa bencana bagi kota kota di dunia.
Akankah Samuel bertahan dari kiamat itu dan menemukan petunjuk asal usul dari mana datangnya zombie zombie tersebut?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan sengit ! Seekor monster kuat terlahir
Terlihat sosok makhluk itu berdiri tegak, kulitnya kasar dan mengilap seperti lapisan baja, memancarkan aura gelap yang membuat udara di sekitarnya terasa mencekam. Tubuh besar dan kokoh itu melangkah maju dengan tenang, tanpa sedikit pun tanda keraguan, mata merahnya menatap Samuel dan timnya, seakan mereka hanyalah mangsa kecil yang siap dilahap.
"Kamari, Darius, pertahankan garis depan!" Samuel memberi aba-aba dengan suara tegas, memimpin barisan untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Makhluk itu melangkah santai ke arah mereka, penuh keyakinan. Darius tak mau menunggu lebih lama; dengan perisai terangkat di tangan kanan, dia berlari maju, palu gada berdurinya siap menghantam.
"Tidak ada tempat untukmu di sini, makhluk sialan!" bentaknya penuh semangat, tekad berapi di matanya.
Namun, sebelum tameng Darius menghantam makhluk itu, tiba-tiba sesuatu melayang dari samping dan berkilauan di udara.
"Darius, awas!" seru Samuel.
Dengan refleks tajam, Darius melompat ke samping tepat saat sebuah bom molotov melesat dan meledak tepat di tubuh makhluk itu, mengurungnya dalam kobaran api.
"Ha! Tepat sasaran!" Triad tertawa dari belakang, tampak puas.
"Jangan main-main, sialan! Kau hampir membuatku terbakar hidup-hidup!" teriak Darius dengan nada kesal. "Lain kali beri aba-aba dulu!"
Triad terkekeh sambil mengangkat bahu. "Kenapa? Kalau aku kasih aba-aba, kau bakal mundur dan duduk nonton?"
Sementara itu, makhluk itu berjalan terus di tengah kobaran api. Semua mata terpaku padanya, terkejut melihat bahwa nyala api yang membakar tubuhnya tampak tak mempan.
"Bagaimana mungkin?! Api tak ada efeknya padanya?" gumam seorang penembak jitu dari barisan belakang, nyaris tak percaya.
Darius, tanpa gentar, melangkah maju lagi. "Samuel, aku coba tarik perhatiannya! Cari celah untuk menebasnya!"
"Lawan aku, dasar monster sialan!" teriaknya, berusaha memancing makhluk itu.
Darius kembali berlari dengan tameng terarah ke depan. Dentuman keras terdengar saat tamengnya menghantam tubuh makhluk itu, namun monster itu hanya berdiri tegak, tak tergoyahkan. Dengan mudah, makhluk itu meraih tameng Darius dan, seolah tanpa usaha, melemparkan Darius jauh ke belakang hingga menabrak dinding stasiun.
"Tidak mungkin... Apa sebenarnya monster ini?" Darius terengah-engah, bersandar pada dinding yang retak akibat benturan tubuhnya.
Samuel mengamati dengan tatapan tajam, otaknya bekerja keras mencari celah untuk mengatasi makhluk itu. Namun, Kamari yang berdiri di sampingnya tak mampu menahan dorongan untuk bertindak.
"Ini giliranku!" seru Kamari sambil menarik pedang dari sarungnya. Dia berlari cepat, menebaskan pedangnya dengan kekuatan penuh.
"Slice!" teriaknya saat pedangnya membelah udara, sebuah tebasan kuat yang seharusnya mematikan. Namun, saat pedang itu mengenai makhluk tersebut, hanya terdengar suara "crack!" — goresan kecil terlihat di kulitnya.
"Tidak mungkin... Tebasanku bahkan hanya meninggalkan goresan kecil?" pikir Kamari, terpana melihat betapa tangguh makhluk itu.
Kamari bersiap melakukan serangan kedua, kuda-kudanya mantap. Tapi sebelum dia sempat bergerak, makhluk itu melesat cepat, menyerangnya. Kamari tahu ia takkan sempat menghindar.
"Sial... Aku takkan bisa lolos!" bisiknya ketakutan.
Tiba-tiba, Samuel melesat ke arahnya, menahan serangan makhluk itu dengan heavy sword-nya. Pertarungan mereka berlangsung sengit, keduanya bergerak dengan kecepatan luar biasa. Samuel terkejut saat merasa tubuhnya begitu ringan, kekuatan misterius mengalir di setiap serangannya.
"Bahkan aku sendiri tak percaya... Sejak kapan aku sekuat ini?" pikirnya.
Darius yang menyaksikan dari kejauhan keheranan. "Samuel? Bagaimana bisa dia sehebat ini?"
Serangan demi serangan terus dilancarkan Samuel, pertempuran yang semula tampak putus asa kini menyulut harapan di hati tim, walau sedikit.
"Baiklah, makhluk sialan... Ini saatnya kau mati!" Samuel mengayunkan heavy sword-nya dengan kekuatan penuh, mengirim makhluk itu terpental ke arah telur-telur besar di dinding. Namun, dengan cekatan makhluk itu mengeluarkan akar keras dari tangannya, menancapkannya di dinding, menarik tubuhnya kembali untuk menghindari tabrakan. Makhluk itu membalas, menciptakan senjata tulang runcing dari punggung tangannya, menyerang Samuel dengan kecepatan mengerikan.
"Dia menyerang! Aku harus menghindar!" Samuel melompat ke samping, tulang runcing makhluk itu menghantam dinding dan menancap dalam.
"Serangan yang kuat... Kalau aku tak menghindar, aku pasti mati," batin Samuel, terkejut dengan kekuatan yang luar biasa dari zombie mutasi itu.
Sementara makhluk itu berusaha melepaskan tangannya yang terjebak di dinding, Bob dari tim belakang berteriak, "Samuel! Dia terjebak! Ini saatnya!"
Edward, sang penembak jitu, tak mau menyia-nyiakan kesempatan. "Aku akan ganggu dia dengan anak panah!" ucapnya, bersiap menembakkan busurnya.
Panah melesat cepat menuju makhluk itu, namun hanya menimbulkan goresan tipis di kulit kerasnya. Sama seperti serangan Kamari, panah Edward nyaris tak berarti apa-apa.
"Monster ini... kulitnya bahkan lebih keras dari baja," gumam Edward kaget.
Samuel, yang sempat terpental, berdiri lagi dengan tatapan tegas. "Cukup! Lupakan dia sebentar! Urus telur-telur itu sebelum semua jadi lebih buruk!"