Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Gagal Maning.
Pasangan suami istri itu yang berada di dalam kamar dengan Trisya yang duduk di sofa yang ternyata masih fokus pada laptop dan sementara Devan yang menyandarkan punggungnya di kepala ranjang.
"Kamu sudah mau tidur?" tanya Trisya yang menoleh ke arah Devan.
Devan turun dari ranjang menuju jendela yang gordennya sejak tadi menari-nari. Karena memang hujan deras yang sedang turun dan juga angin kencang.
"Sebentar lagi!" jawabnya sembari menutup jendela.
"Kamu bisa membantuku?" tanya Trisya yang menoleh ke arah sang suami.
"Membantu apa?" tanya Devan.
"Ini!" Trisya mengarahkan matanya kepada laptop dan Devan yang langsung menghampiri Trisya dengan duduk di samping Trisya.
"Kamu sedang mengecek data keuangan?" tanya Devan.
Trisya menganggukan kepala, "ada hal yang membuatku tidak mengerti dan aku rasa kamu bisa paham," ucap Trisya.
"Biar! Aku lihat," ucap Devan yang sekarang bergantian fokus pada laptop tersebut. Trisya memang tidak salah meminta bantuan kepada Devan. Karena Devan memang sangat ahli dalam melakukan apapun.
"Kamu mau kopi tidak?" tanya Trisya
"Apa kamu sedang menyuruhku untuk lembur?" tanya Devan.
"Jika dikerjakan berdua, maka waktunya akan termakan sedikit," jawab Trisya yang membuat Devan mendengus dengan tersenyum.
"Aku akan menyerah Bibi untuk mengeluarkan kopi," ucap Trisya yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan keluar dari kamar.
"Dia memang paling pintar agar tidak bekerja sendirian," ucap Devan dengan geleng-geleng kepala sembari tersenyum.
Di tengah hujan yang deras, pasangan suami istri itu yang ternyata masih tetap bekerja dengan duduk bersebelahan. Devan membantu Trisya beberapa kali saat Trisya merasa sangat bingung dan Devan juga sangat santai yang tidak mempermasalahkan untuk membantu istrinya itu.
"Oke. Tinggal simpan!" ucap Trisya yang langsung mencet enter pada laptop tersebut yang mengakhiri pekerjaannya.
"Huhhhhh!!!!! Akhirnya selesai juga," ucap Trisya mengangkat kedua tangannya yang merenggangkan ke atas dan menyandarkan tubuhnya di sofa yang terlihat begitu lega karena mengerjakan pekerjaan itu. Trisya melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 12.00 malam.
Trisya melihat ke arah Devan, "makasih kamu sudah membantuku," ucap Trisya.
"Sama-sama," sahut Devan.
"Tidak salah. Kakek memberikan kepercayaan yang besar kepadamu dan ternyata kamu memang memiliki keahlian yang sangat luar biasa," ucap Trisya.
"Terima kasih atas pujiannya dan aku tidak pernah mendapatkan pujian dari siapapun dan selain dari kamu," jawab Devan.
"Bagaimana Orang lain punya kesempatan untuk memuji kamu dan sementara kamu sendiri sudah memuji diri sendiri terlebih dahulu," sahut Trisya dengan sindiran.
Ekspresi wajah Devan langsung berubah.
"Aku hanya bercanda, jangan terlalu dimasukkan hati seperti itu," sahut Trisya yang langsung dengan cepat meralat kata-katanya saat melihat ekspresi suaminya itu berubah menjadi datar.
Trisya yang merasa lega dengan pekerjaan yang selesai berdiri dari tempat duduknya yang melewati Devan. Kakinya yang tersandung oleh kaki Devan yang membuat Trisya langsung jatuh ke tubuh Devan dengan memeluk Devan yang masih duduk di di tempatnya semua.
Hal itu sama-sama mengagetkan mereka berdua dengan Trisya yang berada di pangkuannya dan wajah mereka berdua yang berdekatan dengan mata yang saling bertemu. Jarak wajah yang berdekatan itu membuat nafas mereka saling menerpa.
Mereka berdua yang saling melihat satu sama lain yang sama-sama gugup.
"Maaf aku tidak sengaja!" ucap Trisya gugup dan berusaha untuk berdiri.
Tetapi Devan yang menahan tubuh Trisya dengan kedua tangannya memeluk tubuh kecil itu dan wajah mereka semakin saling berdekatan dengan hidung yang sudah menempel.
Trisya kesulitan menelan salivanya yang mendapatkan tatapan begitu dalam dari Devan dan jujur jantungnya berdebar begitu kencang. Di tengah situasi yang menegangkan itu mata Devan turun pada bibir merah ranum milik istrinya itu yang sudah pernah dia cium sekali.
Devan yang tanpa tidak bisa membiarkan bibir itu menganggur yang perlahan mengecup bibir itu dan memberikan ciuman di sana yang membuat Trisya memejamkan mata dan tidak menolak sama sekali.
Pada akhirnya Trisya dan Devan berciuman semakin romantis yang semakin dalam dengan tangan depan yang mengusap-usap punggung Trisya dan kedua tangan Trisya yang sudah dikalungkan di leher Devan.
Cuaca di luar sangat mendukung keromantisan pasangan suami istri itu. Pasangan yang masih terus berciuman dan bahkan sekarang posisi Trisya yang sudah diberikan di atas sofa dan Devan berada di atasnya dengan mereka berdua yang masih tetap berciuman.
Ciuman panas yang semakin menjadi-jadi itu turun ke leher jenjang Trisya. Trisya memejamkan mata yang menikmati sentuhan yang diberikan suaminya itu. Mereka adalah pasangan suami istri yang menikah secara sah dan wajar saja jika di hati keduanya ada menggebuk-gebu rasa untuk ingin melakukan hal yang lebih.
Tangan Devan yang tidak diam yang membuka bleajer Trisya yang menjatuhkan di lantai. Devan adalah laki-laki normal dan mana mungkin tidak melampiaskan hasrat yang dia pendam dan apalagi situasinya sangat mendukung.
Trisya juga sama sekali tidak menolak hal itu dan menikmati sentuhan yang diberikan Devan dengan mereka berdua yang sudah sama-sama bergairah satu sama lain
Rasa ingin lebih yang terus merasuki pikiran kedua pasangan itu yang ingin melampiaskan secepat mungkin.
Di tengah-tengah gairah yang semakin panas itu yang harus terhentikan seketika mendengar suara ketukan pintu. Ciuman karena suami istri itu dengan nafas naik turun yang ngos-ngosan seperti dikejar-kejar orang harus terlepas dengan mereka berdua saling melihat.
Suara deru nafas yang terdengar itu membuat Devan dan Trisya yang sama-sama melihat ke arah pintu.
"Aku harus membukanya," ucap Devan dengan suara berat. Trisya menganggukan kepala. Walau merasa ada yang hilang. Tetapi bagaimana lagi sampai sekarang pintu itu masih saja terus diketuk.
Devan yang langsung bangkit dari tubuh istrinya itu dan berjalan menuju pintu dan sementara Trisya yang membuang nafas panjang ke depan yang langsung duduk dengan rambutnya sedikit berantakan langsung dirapikan dan mengambil belajarnya yang jatuh.
"Trisya mana?" tanya Lena yang ternyata menjadi pengganggu di antara mereka ber-2.
"Ada apa Mah!" tanya Trisya yang sudah kembali memakai bleajernya dan berdiri dan tempat duduknya yang menyusul Devan dan Lena yang masih berada di depan pintu.
"Ayo kerumah sakit!" ajak Lena yang langsung menarik tangan Trisya.
"Memang ada apa?" tanya Trisya yang malah panik melihat sang ibu yang memang terlihat begitu panik.
"Nenek kamu," ucap Lena.
"Ada apa dengan nenek?" tanya Trisya.
"Sudahlah! Mama tidak punya waktu untuk menjelaskan. Sekarang kalian berdua buruan siap-siap dan kita ke rumah sakit sekarang. Tante Lusi dan Rangga sudah terlebih dahulu ke rumah sakit. Ayo cepat!" ucap Lena yang langsung keluar dari kamar itu.
"Mama kenapa sih?" tanya Trisya dengan kebingungan sendiri.
"Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres," jawab Devan.
"Ya. Sudah kalau begitu kita langsung saja ke rumah sakit," ucap Trisya.
"Kamu jangan pergi dengan pakaian seperti itu, kamu ganti baju dulu!" ucap Devan mengingatkan Trisya. Trisya melihat pakaiannya yang memang berantakan.
"Baiklah!" sahut Trisya yang langsung buru-buru mengganti pakaian dan Devan juga yang mengganti pakaiannya.
Mereka tadi sudah mau tidur dan tiba-tiba saja harus lembur karena ada pekerjaan dan dilanjutkan dengan saling romantis yang hampir saja melakukan malam pertama mereka dan harus diganggu oleh Lena yang membuat keduanya tidak jadi melakukan malam pertama itu.
Bersambung......
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi