Selena mengalami penindasan baik di rumah maupun di sekolah. Semua orang menganggapnya sebagai beban yang tidak berguna. Namun, sebenarnya Selena adalah serigala berbulu domba yang telah menipu semua orang. Dia selalu membalas dendam berkali-kali lipat dan tak ada satupun yang menyadarinya.
Ares Kairos, seorang jenderal yang bertempur gagah berani di garis depan. Namun, dia hampir berubah menjadi monster gila yang kehilangan akal karena tidak bisa menemukan partner yang cocok. Suatu hari ada gadis aneh yang jatuh ke pelukannya dan dengan kurang ajar meraba tubuhnya.
Selena : Hei tampan, tubuhmu terlihat bagus. *hampir meneteskan air liur*
Ares : Siapa kau?
Selena : Belahan jiwamu. *mengulurkan cakar serigala*
Pangkalan militer.
Tentara : Lapor jenderal! Istrimu kabur lagi!!!
Ares : Kemana dia?
Tentara : Lapangan latihan, dia memerintahkan kami untuk melepaskan pakaian atas.
Ares : *menggebrak meja hingga hancur* SELENA!!!
Selena : Otot yang bagus~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Destiyana Cindy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 - Membalaskan Dendam Kecilnya
“Aku merindukanmu.”
Selena merasa malu karena merasakan tatapan semua orang tetapi dia harus mempertahankan penampilannya yang lemah dan pemalu. “Aku juga,” bisiknya pelan.
Ares tersenyum kecil kemudian melepaskan pelukannya. “Apakah kau sudah beradaptasi?”
Selena menganggukan kepalanya lalu melirik Althea. “Terima kasih pada Dokter Althea yang telah merawatku dengan baik.”
Althea mengepalkan tangannya dengan kuat tapi tetap tersenyum ramah. “Aku hanya melakukan tugasku sebagai dokter, lagipula kita adalah tetangga.”
Selena meninggalkan Ares kemudian menghampiri Althea. “Jika bukan karenamu aku pasti akan mati kedinginan saat malam hari, sungguh terima kasih Dokter Althea,” ucapnya sambil menggenggam tangannya.
Althea berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya. “Saat pertama kali tiba di Planet Atlas aku pernah mengalami hal seperti itu jadi aku sangat memahami betapa sulitnya beradaptasi.”
“Untungnya saat itu ada Jenderal Ares yang perhatian dan membantuku.”
Selena mempertahankan senyumnya. “Kamu pasti kesulitan.”
‘Oh jadi maksudmu kau menyindirku karena Ares tidak ada di sampingku,” cibir Selena di dalam hati.
“Planet Atlas terlalu keras untuk Guide yang baru saja lulus akademi,” ujar Althea sambil menghela napas panjang. “Aku tidak mengerti mengapa pemerintah mewajibkan Guide yang baru saja dewasa untuk mengemban tugas sulit ini.”
“Padahal ada banyak Guide berpengalaman yang bisa membantu Sentinel.”
Sudut bibir Selena berkedut ketika mendengarnya, wanita itu menyelipkan sindiran di setiap perkataannya dan jika dia adalah Guide yang pemalu dan penakut pasti akan menyetujuinya.
Lagipula Guide yang baru saja mengikuti upacara pencocokan pasti berharap memiliki partner dengan masa depan yang menjanjikan. Tidak seperti Sentinel di garis depan yang selalu menghadapi bahaya dan bisa mati kapan saja.
“Kamu benar planet ini terlalu buruk dan banyak orang-orang yang menakutkan,” balas Selena sambil mengecilkan bahunya dan gemetaran.
Althea tersenyum kecil dan merasa wanita ini mudah dipengaruhi.
“Jika ada apa-apa kau bisa mencariku,” kata Althea sembari menepuk bahunya. “Lagipula tidak ada yang berani melawan dokter militer.”
Althea menegaskan posisinya supaya Selena mengingat bahwa dia berada di posisi tinggi.
“Terima kasih Dokter Althea, aku pasti akan mencarimu.” Mata Selena berbinar-binar seolah menemukan penyelamat hidup. “Bisakah kita menjadi teman?”
“Tentu, sekarang kita adalah teman.” Demi melakukan rencananya dia harus dekat dengan Selena.
Mereka bertukar nomor komunikasi dan Ares hanya berdiri sebagai pajangan saja.
Dia penasaran permaianan seperti apa yang akan dilakukan wanita ini. Dia tidak mengerti mengapa menargetkan Dokter Althea tapi jika wanita itu menginginkannya maka Ares akan membiarkannya bersenang-senang.
Selama itu membuatnya betah di Planet Atlas.
“Apa yang kamu inginkan?” tanya Ares ketika mereka selesai mengobrol.
Selena menatap daftar menu pada layar hologram. “Bisakah kamu merekomendasikannya?”
Ares sedikit panik karena dia belum pernah merasakan makanan di sini sehingga tidak tahu makanan apa yang akan disukai Guidenya.
“Aku merekomendasikan sup paha twerky dengan roti velvet,” saran Althea sambil menunjuk gambar pada layar hologram.
Twerky adalah hewan hasil persilangan genetik antara ayam dengan bebek sebelum kedua hewan ini punah saat era eksploriasi alam semesta. Pada era itu banyak hewan-hewan serta tumbuhan asli dari bumi mengalami kepunahan karena tidak bisa bertahan di lingkungan yang keras.
Sejak saat itu manusia mulai beralih mengosumsi larutan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Namun, sekarang manusia sudah hidup dengan stabil dan banyak penelitian untuk menghidupkan kembali hewan-hewan dan tumbuhan asli bumi. Meskipun hasilnya tidak sama persis tapi tetap mengandung DNA aslinya.
“Aku mau yang ini,” kata Selena sambil menarik lengan Ares.
“Ok.” Ares memesan makanan untuknya lalu tak lama kemudian makanannya diantar oleh robot.
“Cobalah! Para Guide langsung ketagihan setelah sekali mencobanya,” bujuk Althea.
Selena menyipitkan matanya curiga tapi tetap menggerakan sendok untuk mengambil sup twerky. Rasanya cukup eksplosif dan siapapun yang tidak suka pedas pasti lidahnya akan terbakar. Untungnya Selena sudah terbiasa karena pernah mencicipi makanan dengan rasa terburuk.
Setidaknya sup ini masih bisa ditelan.
“Rasanya enak sekali," ucap Selena tidak percaya seolah baru saja mencicipi makanan terlezat.
“Kau … suka?” Althea merasa heran karena Selena tidak kepedasan dan malah menghabiskan sup itu dengan lahap.
Untuk yang pertama kali mencobanya pasti akan sulit menerima rasa pedasnya meskipun orang itu menyukai makanan pedas.
“Apakah seenak itu?” Ares menaikkan sebelah alisnya penasaran.
Selena menganggukan kepalanya lalu menyodorkan sendoknya. “Cobalah!”
Althea sangat terkejut melihat tindakan Selena yang berani dan ingin memperingatinya. “Kau tidak bisa ma-“
Namun, Ares malah membuka mulutnya dan mencicipi makanannya.
Seketika lidahnya terbakar oleh rasa pedas yang kuat hingga membuat wajahnya memerah. Sekalipun minum air dia tidak bisa menghilangkan rasa kebas di lidahnya.
“Kau tidak boleh memberi Ares makanan itu karena dia Sentinel dan indranya sangat sensitif,” tegur Althea marah hingga dia tidak menyadari menyebutkan nama Ares saja tanpa menambahkan pangkat militernya.
“Ma- maafkan aku.” Mata Selena berkaca-kaca dan air mata mengalir ke pipinya. “Aku hanya ingin berbagi denganmu.”
Althea semakin marah melihatnya bersikap menyedihkan dan Ares malah menenangkannya.
“Tidak, apa-apa aku ingin tahu makanan seperti apa yang kau rasakan,” kata Ares menghibur Selena.
“Lain kali kita makan bersama aku ingin mencicipi semua makanan kesukaanmu.” Ares mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata Selena.
Api cemburu berkobar semakin besar di hati Althea ketika mendengar perkataan Ares.
“Tapi itu akan menyakitmu,” balas Selena khawatir.
“Aku ingin mengenalmu lebih jauh dan berbagi segala hal denganmu.” Ares merasa nyaman ketika menyentuh pipi Selena yang empuk. Andai saja mereka tidak ada di kantin, dia pasti ingin mengigit pipinya yang menggemaskan.
Selena merasakan bahaya lalu melepaskan tangan Ares. “Jika kau ingin mengenalku maka kau bisa bertanya padaku. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu dengan jujur.”
Ares menaikan sudut bibirnya lalu terkekeh. “Lalu bisakah kau datang ke kamarku?”
Selena melirik Althea dan melihatnya sangat marah tapi berusaha keras menyembunyikannya.
“Apakah aku boleh datang ke kamarmu?” tanya Selena malu-malu mengipasi api.
Bermain-main dengan Selena ternyata cukup menyenangkan. “Tentu, aku adalah milikmu.”
Brak!
“Maaf aku baru ingat ada pemeriksaan yang harus aku lakukan jadi aku akan pamit dulu.” Althea akhirnya tidak tahan dan ingin pergi dari hadapan mereka.
“Baik, Dokter Althea,” balas Selena sambil tersenyum penuh kepuasan.
Dendam kecilnya akhirnya terbalaskan.
Masih ada dendam lain yang perlahan akan dia lunasi mengingat betapa baiknya Althea ‘merawatnya’.
“Dokter, nanti aku akan mengunjungimu setelah kembali dari kamar Ares.”
Selena tertawa terbahak-bahak di dalam hatinya saat melihat Althea melototinya seolah ingin membunuhnya.
“Apakah kau puas?” tanya Ares sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Ini baru permulaan.”
-TBC-