perjuangan Lucas untuk melawan nasibnya sebagai karakter sampingan dalam novel, dengan menantang alur yang sudah ditetapkan dan mencari jalan untuk bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yarn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Pria Tua Misterius
Keesokan paginya, Lucas terbangun dan merasa tubuhnya lebih segar setelah istirahat yang cukup. Ia segera turun ke bar, di mana ia melihat beberapa pekerja yang sedang sibuk dengan tugas mereka.
Lucas menghampiri Robin yang sedang duduk di pojok, sibuk membaca buku seperti biasanya.
"Ketua, apa mereka juga anggota The Velvet Vault?" tanya Lucas dengan nada ingin tahu sambil menatap para pekerja yang berlalu-lalang.
Robin menutup bukunya sejenak dan melirik ke arah para pekerja. "Mereka hanyalah pekerja biasa. Tidak ada kaitannya dengan kami," jawabnya singkat sebelum kembali fokus pada bukunya.
Tak lama kemudian, seorang pria menghampiri Lucas. Dia tersenyum ramah dan mengulurkan tangan.
"Jadi, ini anggota baru, ya? Perkenalkan, namaku Richard. Aku cuma pekerja di bar ini, bukan bagian dari apa pun yang besar," katanya dengan nada santai, menunjukkan bahwa meskipun dia bekerja di sini, dia tidak tahu apa yang terjadi di balik layar.
Lucas menerima uluran tangan Richard, mengangguk sedikit, mencoba menyesuaikan diri dengan situasi yang baru. Meski tampak biasa saja, Lucas merasa perlu tetap waspada terhadap semua orang di sekitarnya.
"Senang bertemu denganmu, Richard," balas Lucas sambil tetap memantau keadaan di sekelilingnya.
"Lucas, mulai hari ini kamu akan membantu mereka di bar. Aku juga akan memberikan gaji untukmu," kata Robin tanpa menoleh dari bukunya.
"Baiklah," jawab Lucas singkat.
Sejak pagi hingga siang, Lucas sibuk membantu pekerjaan di bar. Meski begitu, bar itu tidak ramai pengunjung, hanya beberapa orang yang datang silih berganti. Waktu terasa berjalan lambat, dan Lucas mulai merasa bosan. Dia melihat sekeliling—Robin yang terus tenggelam dalam bukunya, para pekerja yang asyik mengobrol satu sama lain, dan Asta yang tampak sibuk memakan cemilan tanpa peduli apa yang terjadi di sekitarnya.
Merasa tak ada yang bisa dikerjakan, Lucas memutuskan untuk menghampiri Robin lagi. "Ketua, bolehkah aku pergi keluar sebentar? Aku ingin membeli pedang," kata Lucas.
Robin mengangguk tanpa memalingkan wajah dari buku yang dibacanya. "Pergilah," ucapnya singkat.
Lucas kemudian berjalan menyusuri jalanan kota Thornfall yang ramai dengan aktivitas. Meskipun sibuk, suasana kota ini penuh dengan aura ketidakpercayaan. Di sudut-sudut gang, Lucas melihat sekelompok penjahat yang berkumpul, mengingatkannya bahwa kota ini adalah tempat berkumpulnya para kriminal. Pemandangan itu membuatnya semakin waspada, tapi dia terus melangkah, tetap fokus mencari toko senjata.
Setelah beberapa lama, di ujung jalan yang sedikit lebih sepi, Lucas melihat sebuah toko kecil yang tampak aneh dan terpencil dibandingkan dengan toko-toko lainnya. Tanpa banyak berpikir, dia memutuskan untuk memasuki toko tersebut.
Saat Lucas membuka pintu, lonceng kecil di atas pintu berbunyi, dan seorang pria tua dengan wajah penuh kerutan menyambutnya dengan suara serak. "Oho, apa yang dicari oleh pelanglang muda ini?" tanyanya dengan senyum penuh arti.
Lucas melihat sekeliling, memperhatikan berbagai barang ajaib yang berjajar di rak. Beberapa di antaranya terlihat sangat aneh, benda-benda yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
"Aku ingin membeli sebuah pedang. Apakah kau menjualnya?" tanya Lucas, berharap bisa menemukan senjata yang dia butuhkan.
Pria tua itu tertawa pelan. "Di sini, kami tidak menjual apa pun, anak muda. Tapi aku bisa memberimu pedang," katanya sambil mengeluarkan sebuah pedang tua dari balik mejanya. Pedang itu tampak biasa saja, namun entah kenapa, ada aura yang membuat Lucas tertarik. Selain pedang, pria tua itu juga memberikan sebuah item kecil yang aneh, berbentuk seperti permata hitam yang terukir dengan simbol-simbol misterius.
"Simpan ini baik-baik," lanjut pria tua itu. "Ingat, anak muda, kekuatan besar selalu disertai dengan tanggung jawab besar. Kehidupanmu saat ini mungkin akan lebih menderita dari sebelumnya."
Lucas terkejut mendengar ucapan itu. Bagaimana pria tua ini bisa tahu tentang kehidupan dan masalah yang sedang ia hadapi? Pikiran Lucas langsung kembali pada Elder Reynald, seorang penyihir bijaksana yang juga pernah melihat jauh ke dalam jiwanya. Apakah pria tua ini juga memiliki kemampuan serupa? Apakah dia bisa melihat takdir Lucas? Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam benaknya.
Dengan kebingungan yang melanda pikirannya, Lucas keluar dari toko dengan pedang dan item misterius itu di tangannya. Tapi saat dia melangkah pergi, ucapan pria tua itu terus berputar di kepalanya. "Kehidupanmu akan lebih menderita dari sebelumnya…"
Setelah beberapa saat berjalan, Lucas memutuskan untuk kembali ke toko tersebut. Dia ingin mencari tahu lebih banyak tentang pria tua itu dan arti dari kata-katanya. Namun, saat Lucas berbalik dan kembali ke tempat di mana toko itu seharusnya berada, dia tertegun. Toko itu menghilang—seolah-olah tidak pernah ada di tempat tersebut. Hanya ada dinding batu kosong yang tampak sepi.
"Ini... tidak mungkin," pikir Lucas. Tetapi dia tahu tidak ada waktu untuk membuang-buang waktu. Dia memutuskan untuk kembali ke bar. Di tengah perjalanan, dia mendengar teriakan seorang wanita dari sebuah gang.
Tanpa berpikir panjang, Lucas segera berlari menuju gang itu. Sesampainya di sana, dia melihat sekelompok pria sedang mencoba merampok wanita itu. Naluri heroiknya muncul. "Ini kesempatanku untuk menguji kemampuan berpedangku," gumam Lucas dengan percaya diri.
Dia mendekati para perampok dan berteriak, "Berhenti! Kalian benar-benar pengecut, menyerang wanita!"
Salah satu perampok melirik Lucas dan menertawakannya. "Enyahlah, bocah! Kau hanya akan jadi mangsa berikutnya."
Lucas menghunus pedangnya dan maju dengan penuh semangat, tampak seperti pahlawan dalam dongeng. Namun, sayangnya, kemampuan berpedang Lucas sangat buruk. Serangannya tidak mengenai target, dan akhirnya para perampok dengan mudah memukul balik, membuatnya terjatuh. Mereka memukulinya hingga babak belur.
Tiba-tiba Leon muncul entah dari mana dan dengan cepat membuat para perampok jatuh tak berdaya. Wanita yang diselamatkan itu berterima kasih kepada Leon dan Lucas sebelum pergi dengan tergesa-gesa.
Lucas yang kesal dengan kekalahan memalukan itu, menatap Leon dengan frustrasi. "Leon, ajari aku cara menggunakan pedang!" serunya dengan penuh tekad.
Leon menatap Lucas sebentar sebelum menjawab datar, "Apa itu perintah dari ketua?"
"Bukan. Aku ingin belajar atas kemauanku sendiri," jawab Lucas, masih penuh semangat.
Leon mendengus sinis. "Kalau begitu, aku tidak tertarik untuk mengajarimu," katanya sambil berbalik dan mulai berjalan pergi.
Lucas yang merasa marah dan terhina mencoba memprovokasi Leon. "Apa kau takut? Takut kalau aku belajar pedang dan akhirnya mengalahkanmu?"
Leon berhenti sejenak dan menoleh dengan tatapan tajam. "Takut? Untuk apa aku takut pada seseorang yang kemampuan berpedangnya seburuk dirimu?" Dia mendekati Lucas dan menantangnya. "Besok datanglah ke ruang latihan. Aku tidak akan memberimu ampun," kata Leon sambil berjalan pergi dengan percaya diri.
Sesampainya di bar, Robin melihat keadaan Lucas yang penuh luka. "Ya ampun, baru sehari di kota ini, dan kamu sudah babak belur," katanya sambil menggelengkan kepala. "Bella, sembuhkan dia."
Seorang gadis dengan rambut panjang dan mata lembut berjalan mendekati Lucas. Tanpa berkata apa-apa, dia mulai menggunakan kekuatannya untuk menyembuhkan luka-luka Lucas. Sinar lembut dari tangannya perlahan menutup luka-luka yang ada di tubuh Lucas, membuatnya merasa jauh lebih baik.
"Terima kasih," ucap Lucas setelah semua lukanya sembuh.
"Sama-sama," jawab Bella dengan senyuman hangat. "Aku juga anggota The Velvet Vault, jadi jangan sungkan. Namaku Bella, senang bertemu denganmu."
Lucas membalas senyumnya dan mengangguk. "Senang bertemu denganmu juga, Bella."