Sakit hati sang kekasih terlibat Cinlok (Cinta Lokasi) hingga berakhir di atas ranjang bersama lawan mainnya, Ameera bertekad menuntut balas dengan cara yang tak biasa.
Tidak mau kalah saing lantaran selingkuhan kekasihnya masih muda, Ameera mencari pria yang jauh lebih muda dan bersedia dibayar untuk menjadi kekasihnya, Cakra Darmawangsa.
Cakra yang memang sedang butuh uang dan terjebak dalam kerasnya kehidupan ibu kota tanpa pikir panjang menerima tawaran Ameera. Sama sekali dia tidak menduga jika kontrak yang dia tanda tangani adalah awal dari segala masalah dalam hidup yang sesungguhnya.
*****
"Satu juta seminggu, layanan sleep call plus panggilan sayang tambah 500 ribu ... gimana?" Cakra Darmawangsa
"Satu Milyar, jadilah kekasihku dalam waktu tiga bulan." - Ameera Hatma
(Follow ig : desh_puspita)
------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara dll)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 02 - He's My Choice
"Sewa pacar?"
Berkali-kali Ameera memastikan, dan memang benar akun itu menyediakan jasa sewa pacar. Tanpa Ameera sadari rasa penasaran justru membawanya mengulik lebih dalam. Bahkan sampai memeriksa foto-foto dari para pria yang ditawarkan. Hampir sesuai dengan kategori yang Ameera cari, mereka masih muda dan cukup tampan.
Bukan hanya produk lokal yang ditawarkan, tapi juga produk luar dengan tarif berbeda, tergantung jam terbang dan kadar ketampanan yang mereka miliki. Ameera sempat terkejut sebenarnya, dia pikir jasa-jasa semacam ini hanya dilakukan oleh seorang wanita kurang dana.
Nyatanya, pria juga bisa. Dari tampang mereka sama sekali tidak terlihat aura lelaki bayaran, bahkan di antaranya justru terlihat seperti pria kaya. Bagi seseorang yang tidak mengetahui sumber penghasilan mereka, mungkin akan tertipu dan mengira bahwa para pria tampan itu adalah konglomerat berdompet tebal.
“Ganteng sih, tapi tatoan.”
"Yang ini lumayan, tapi tingginya 160 CM."
Cukup lama dia memilah para pria yang ditawarkan di sana, entah sudah pria keberapa, tapi selalu saja ada hal yang membuat Ameera tidak tertarik, entah itu dari umur, bentuk wajah, otot perut, warna kulit, postur tubuh, tinggi badan, dan lainnya.
Dia tengah mencari pria yang bisa dibayar untuk menjadi kekasihnya demi membalaskan dendam pada Julio, tapi kriteria Ameera sudah mengalahkan seseorang yang mencari calon suami. "Dari tampangnya doyan mabuk, pasti malas ibadah," gumam Ameera begitu pelan, tapi masih dapat terdengar jelas.
Tingkah Ameera membuat asisten dan sopir pribadinya berbisik-bisik. Semudah itu suasana hati Ameera berubah, beberapa saat lalu dia menangis, kini terlihat biasa saja dan justru sibuk sendiri memilah calon pasangan layaknya memilih pakaian.
"Kakak cari apa sebenarnya?"
Sejak tadi Jihan - sang asisten memilih diam lantaran khawatir Ameera semakin kalut. Setelah dirasa memungkinkan untuk bertanya, baru Jihan berani mencaritahu apa yang tengah Ameera lakukan saat ini.
"Hm? Cari pacar ... tapi tidak ada yang sesuai tipeku, sekalipun ada usianya terlalu dewasa." Ameera mulai bercerita, tanpa bermaksud merahasiakan apapun karena biasanya Jihan akan memberikan jalan keluar dibalik kesulitan yang dia alami.
"Cari pacar? Sama kak Jul_"
"Jangan sebutkan nama itu, kumohon!!" tegas Ameera yang seketika membuat Jihan mengatupkan bibir. Dia benar-benar lupa bagaimana keadaan Ameera ketika keluar dari apartemen Julio beberapa waktu lalu.
"Kalau begitu kenapa tidak download dating apps saja? Teman-temanku begitu semua, bahkan ada yang sampai nikah." Seperti biasa, jika Ameera memiliki masalah, maka Jihan akan berusaha memberikan jalan keluar walau tidak yakin akan diterima.
Benar saja, wajah Ameera berubah masam usai mendengar saran dari Jihan. Dia menatap Jihan tanpa minat, agaknya informasi yang Ameera berikan kurang lengkap hingga saran yang Jihan berikan kali ini sangat bertentangan dengan prinsip Ameera.
Semua akan dia lakukan, tapi tidak dengan cara berkenalan melalui aplikasi kencan semacam itu. Beberapa tahun lalu dia sempat mencoba, naas Ameera mendapat pengalaman buruk dari pengguna aplikasi tersebut yang membuatnya takut dan tidak ingin trauma untuk kedua kali.
"Jangan bicara jika saranmu masih itu-itu saja."
Sakit di kepala Ameera tidak berkurang sama sekali, yang ada dia malas bicara pada Jihan setelah memberikan saran semacam itu. Di saat yang sama, mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba mengalami masalah dan mendadak mati yang membuat Ameera semakin sakit kepala.
"Ya Tuhan, kak Ricko!! Kenapa lagi sih?"
"Sudah tahu mogok masih bertanya. Mana kutahu masalahnya apa, mobil ini memang sudah waktunya diganti, Meera."
Ameera memejamkan mata, entah kenapa hari ini dia sial sekali. Setelah tadi matanya ternoda dengan pengkhianatan yang luar biasa menjijikkan, kali ini perjalanan pulangnya juga terhambat.
Padahal, dia sedang terburu-buru dan harus pulang cepat lantaran harus bersiap untuk menemui produser Wijaya Pictures demi membahas project baru mereka.
Ameera bisa pergi sendiri, tapi sejak Ricko ditugaskan menjaganya wanita itu menjadi tidak bebas dan harus tetap berada di dekatnya. Hendak dikatakan sial, tapi tidak sepenuhnya benar karena mobil yang dia tumpangi mogok di depan sebuah bengkel hingga mereka tidak begitu kesulitan.
.
.
"Turun, sepertinya akan lama, Ra."
Terpaksa, mau tidak mau Ameera harus mau untuk ikut turun dan menginjakkan kakinya di tempat itu. Wajahnya masih terlihat kusut, tidak ada senyum sama-sekali, andai saja tidak menggunakan masker, maka besar kemungkinan dia akan menjadi bahan perbincangan di beberapa akun gosip keesokan harinya.
Dia paling membenci tempat ini, selain kotor menurut Ameera juga berisik. Tidak hanya itu, orang yang dilihat juga itu-itu saja, sedikit saja tidak ada yang menarik.
"Sebentar, apa mataku salah lihat?"
Sejak tadi dia menggerutu, tapi beberapa saat kemudian matanya menangkap sesuatu yang berhasil mematahkan stigmanya tentang bengkel tersebut. Bukan hanya sesuai dengan seleranya, tapi pemilik manik cokelat dan kulit putih dengan tubuh tinggi di depan sana bahkan melampaui kriteria yang Ameera inginkan.
Tidak hanya tampan, dia juga masih terlihat sangat muda dan cara pria itu bicara pada beberapa rekannya di sana membuat Ameera terpukau, singkatnya Ameera terpikat pada pandangan pertama. "He's my choice."
Hanya dengan melihat dari jarak beberapa meter, Ameera sudah memantapkan pilihan. Diam-diam memerhatikan, sedikit pun Ameera tidak melepaskan pandangannya dari pria tampan itu. Sungguh, dia sudah tidak sabar itu menunggu kesempatan agar bisa bicara empat mata.
Cukup lama berselang, Ameera akhirnya bisa bicara empat mata bersama pria itu meski harus memohon pada pemilik bengkel itu lebih dahulu. Dan, ketika menatap dari dekat, ketampanan pria itu justru berlipat ganda.
Entah sejak kapan matanya jadi salah, biasanya dia tidak begitu suka dengan pria yang tidak rapi. Anehnya, kali ini penampilan kotor dan sedikit acak-acakan begini justru terlihat seksi di mata Ameera.
"Cakra Darmawangsa?" tanya Ameera memastikan, suaranya terdengar tegas walau hati Meera dibuat berdegub tak karu-karuan usai berhasil menemukan bongkahan berlian di antara padatnya penduduk Jakarta.
Meski yang dihadapannya adalah seorang aktris papan atas, pria itu tetap bersikap biasa "Iya, saya sendiri, ada apa, Kak?"
"Mau jadi pacarku?" Tanpa basa-basi Ameera melontarkan sebuah pertanyaan yang berhasil membuat mata Cakra membulat sempurna. Hidup sedang sulit-sulitnya, Cakra justru didatangi seorang wanita aneh yang tiba-tiba memintanya menjadi seorang kekasih.
"Maksudnya?"
"Berapa yang harus kubayar agar kamu mau jadi pacarku?" Sempat terkejut dengan pertanyaan pertama, ternyata pertanyaan kedua membuat Cakra semakin bingung saja.
Kekasih? Dan dia dibayar, pekerjaan itu adalah candaan Cakra bersama teman-teman tongkrongannya. Sama sekali tidak dia duga jika tawaran gila semacam ini akan benar-benar dia terima.
.
.
- To Be Continued -