Trapped By The Devil

Sean mendorong keras tubuh Tiffany hingga wanita itu nyaris saja terjerembab di atas lantai . Hampir saja ia terburu sentuhan wanita yang sampai saat ini masih menjadi istrinya . Jika saja Tak memikirkan perasaan Darrell maka sudah lama Sean menceraikan super model cantik itu .

" Sean ... Tega sekal kau mendorongku !! Aku adalah istrimu ! Aku masih punya hak untuk merasakan sentuhanmu ! Oke aku akui jika selama ini aku egois dengan terlalu mengutamakan karirku tapi bukankah itu wajar ?? Aku masih muda .. masih banyak hal yang bisa aku capai tanpa harus terbebani seorang anak ..Kau lihat kan Darrell baik baik saja walau hanya di asuh Nanny Zen ! "

" Cukup !! Aku tidak ingin mendengar apapun lagi dari mulutmu . Bukankah kau tadi menanyakan Darrell ? Temui dia di kamarnya , dia sedang sakit " ujar Sean sambil melangkah pergi ke arah ruang gymnya . Mungkin disana dia lebih bisa menyalurkan emosinya yang sudah naik ke ubun ubun .

Sedang Tiffany berdecak kesal karena harus melihat anak yang tak pernah di inginkannya , apalagi keadaan Darrell yang harus selalu diatas kursi rodanya . Tiffany rutin pulang hanya untuk menjaga nama baiknya , ia tetap ingin dipandang masyarakat diluar sana sebagai wanita karir sekaligus menjadi istri yang sempurna untuk suaminya .

" Nanny Zen apa Darrell masih di kamarnya ?! Sean bilang dia sedang sakit , memang apalagi yang terjadi padanya !? " tanya Tiffany ketika berpapasan dengan pengasuh putranya di ruang tengah .

" Tuan Muda hanya salah makan tapi dokter sudah bisa menanganinya . Sekarang Tuan Darrell masih ada di kamarnya , saya baru saja membantunya membersihkan diri " sahut Zen dengan kepala tertunduk , semua orang tahu jika Tiffany masih menjadi Nyonya Besar Alexander di rumah ini .

Wanita itu menghembuskan nafasnya berkali kali ketika sudah memasuki kamar putranya karena ia sangat hafal dengan reaksi Darrell ketika setiap kali bertemu dengannya .

" Selamat pagi sayang .... Apa kabarmu ?! "

Darrell yang mendengar suara ibunya terlihat sedikit terkejut , anak itu melihat sekilas ke arah wanita yang baru saja datang ke kamarnya tapi sejurus kemudian kembali fokus pada buku yang sedang di bacanya . Tak ada ekspresi gembira atau apapun karena bertemu dengan wanita yang sudah melahirkannya .

Dengan lembut Tiffany meraih buku di tangan putranya kemudian meraih tubuh kecil itu untuk dipeluknya . Bagaimanapun ia adalah seorang ibu , hatinya tersentil ketika melihat dan merasakan penolakan dari anak yang dilahirkannya .

" Apa keadaanmu sudah membaik ? Tadi Nanny Zen bilang kau sedang tidak enak badan "

" Aku baik baik saja , terimakasih sudah menanyakan keadaanku Mom ! "

Tiffany duduk di pinggir ranjang putranya dan melihat kaki Darrell yang tertutup rapat oleh selimut . Dia masih ingat waktu di kabari tentang kecelakaan Zen dan putranya ia sedang berada di sebuah acara akbar peragaan busana . Waktu itu dia di daulat untuk memakai baju termahal oleh sang desainer . Baju bertaburan batu permata dan batu safir dengan harga fantastis yang diperebutkan oleh para sosialita kaum jet set .

" Aku masih belum bisa berjalan jika itu yang ingin Mommy tahu ! Aku masih merepotkan semua orang disini . Tapi jangan khawatir Dr Prince sudah mengatur jadwal operasiku , mungkin saja setelahnya aku bisa berlari seperti yang Mommy bayangkan ! Aku tidak lagi .... "

" Stop it ... enough Darrell !! " seru Tiffany agar anak didepannya tidak lagi meneruskan kata kata yang sangat memojokkannya . Sepertinya kapanpun tidak akan ada yang mengerti dengan apa yang ada di dalam hatinya .

" Sepertinya kau memang sedang butuh istirahat sayang ! Mommy akan ke atas dulu untuk bertemu dengan Daddymu . Tidurlah ... Kita akan bertemu lagi nanti "

Tiffany segera meninggalkan kamar Darrell , ia seperti sudah bernafas ketika melihat mata putranya yang selalu saja sinis melihatnya . Wanita itu segera pergi ke kamar utama yang merupakan kamarnya dan suaminya . Kamar yang dulunya menjadi saksi betapa panasnya malam malam mereka . Sean sangat memuja tubuhnya bahkan hampir setiap saat pria itu menjamahnya dengan penuh kegilaan .

Tapi tak ada seorangpun di kamarnya , wanita itu kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri . Dia berpikir mungkin suaminya sudah berangkat ke perusahaan , mungkin siang nanti ia akan menyusul ke sana untuk makan siang bersama .

Sementara itu diruang kerjanya Sean sedang duduk bersandar di sofa dengan memejamkan kedua matanya . Kadang terdengar umpatan dari bibirnya . Tak bisa ia pungkiri naluri laki lakinya sempat berkobar ketika Tiffany menggodanya . Dan anehnya bukan tubuh seksi istri pertamanya yang ada di otaknya , tapi fantasi liarnya tertuju pada wanita yang dibencinya . Wanita yang semalam menerima kemarahannya dan masih terkunci di gudang belakang .

" Arrrrghhhhh ... Lana Evelyn !! "