Reta Cahya Pariwara. Terlahir sebagai pewaris tunggal kerjaan bisnis sang Kakek, membuat Reta sudah harus memahami dunia usaha sejak dari usia muda.
Karena memiliki tanggung jawab yang begitu besar terhadap perusahaan, membuat kehidupannya selalu disetir oleh sang Kakek yang berwatak tiran, termasuk dalam urusan Jodoh. Reta bahkan dipaksa untuk menerima sebuah perjodohan yang Kakeknya lakukan.
Dan saat perjodohan sudah terjalin. Reta malah kembali dipertemukan dengan Rio-Pria yang merupakan cinta pertamanya. Pertemuan yang sebenarnya sudah didambakan ke-duanya hingga mereka tanpa sengaja melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan, sampai mengakibatkan janin tumbuh dirahim Reta.
Akankah Reta memilih bersama Rio setelah mengetahui dirinya yang tengah mengandung? Atau lebih memilih tetap bersama dengan Pria yang telah dijodohkan padanya karena begitu banyak halangan yang datang menghalangi mereka agar tidak bisa bersama. Penasaran? Langsung baca yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 17. Hani Bukan Putri Biologisku.
Setelah kepergian Reta dari restoran. Max, Rio serta Nolan tetap melanjutkan perbincangan mereka. Rio berulang kali memberikan tatapan yang berbeda pada Nolan. Seakan ada pesan tersirat yang ingin Rio sampaikan.
Dan seperti mengerti apa yang diinginkan oleh sang atasan, Nolan dengan samar memberi anggukan. Melihat hal itu membuat Rio dengan segera berpamitan pada Max untuk pergi ke toilet.
Padahal kenyataannya, Rio ingin menyusul Reta. Melihat reaksi Reta yang berbeda dan mengingat kata-kata yang pernah Reta lontarkan saat dalam kondisi mabuk, membuat Rio menyadari jika Manisnya sudah salah dalam memahami status dirinya.
Terlebih dengan beraninya Rio merangkai kata saat ingin menarik simpati Max. Pria itu seakan mengakui dirinya adalah seorang duda yang telah ditinggal pergi oleh sang istri. Rio yakin jika hal ini pasti mengusik Reta.
Menyusuri deretan pertokoan, Rio melangkah masuk ke dalam gerai ice cream, namun ia tidak menemukan Reta maupun Hani. Rio segera ke luar dan langsung mengedarkan pandangan, meski terdapat banyaknya pengunjung yang berlalu lalang tak membuat Rio kesulitan untuk menemukan Reta. Dan dengan langkah pasti Rio mulai mendekat.
"Ya ayah. Ayah Langit." Suara menggemaskan Hani dapat Rio dengar.
"Kau... Kau... Apa kau putri Clara?" Bahkan suara Reta yang bergetar pun kini memenuhi indra pendengaran Rio.
"Bersama Langit Putra Nugraha." Dengan cepat Rio memberikan jawaban, hingga membuat Reta yang tadinya memandang Hani segera menatap ke arahnya. "My littel sweet adalah putri Langit dan Clara."
Reta sontak saja merasa tercengang. Ia menatap nanar Rio dengan netra yang sudah berkaca-kaca. Wanita itu segera menangkup wajahnya yang tiba-tiba saja menumpahkan tangis. Entahlah, ada perasaan yang sulit untuk digambarkan saat Reta mendengar jika Hani ternyata adalah putri dari sahabatnya, bukan putri Rio.
Susan yang melihat itu terdiam. Ini pertama kalinya ia mendapati Reta menangis, selama ini Nonanya itu sama sekali tidak pernah menitikkan air mata.
Rio segera mendekat. Meraih tangan Reta hingga wajah basah dengan air mata itu kini dapat ia lihat. Rio mengusapnya, ia juga segera menatap pada Susan, meminta bantuan agar bisa menemani Hani.
Dan sesaat setelah Susan memberikan anggukan, Rio segera membawa Reta pergi. Ini adalah kesempatan untuk dirinya bicara berdua.
"Hani bukanlah putri biologis ku. Ia putri pertama dari Langit dan Clara." Di dalam mobil yang telah Rio hentikan di sebuah taman, ia mulai membuka suara. "Mereka juga yang meminta agar Hani memanggilku dengan sebutan Papih."
"Kau belum menikah?" Reta menatap Rio dengan serius. Wanita itu tak bisa lagi menahan hal yang sebenarnya telah mengganggu pikirannya. Status Rio yang sempat ia nilai telah memiliki seorang istri benar-benar membuat Reta terluka.
"Aku hanya akan menikah dengan mu."
Sekian lama betah sendiri dan hanya menyibukkan waktu dengan bekerja Rio lakukan karena pada kenyataannya tidak ada wanita yang mampu mencuri perhatiannya.
Nama Reta masih menjadi pemilik tahta tertinggi dalam hati Rio. Dan ia hanya ingin Reta yang menjadi pasangan hidupnya.
Reta mengerjap. Jawaban berani yang baru saja Rio berikan berhasil membuat Reta terpaku dengan wajah bersemu. Ia segara menundukkan pandangan, tangannya bahkan kini sudah saling bertaut karena merasakan gugup.
"Tapi kau malah akan menikah dengan orang lain." Reta segera mendongak saat kembali mendengar perkataan Rio. "Kau menyukai pria itu?"
Dengan cepat Reta memberikan jawaban, ia menggeleng hingga membuat Rio tersenyum kecil. Tak dapat dibohongi, Rio senang saat mengetahui jika Reta tidak memiliki perasaan terhadap Maximilan.
"Kami dijodohkan. Ini seperti hubungan bisnis," lirih Reta. Wanita itu memilih menjelaskan semua keadaan yang sebenarnya antara ia dan Max kepada Rio. "Perusahaan sedikit mengalami masalah."
"Apa ini ada hubungannya dengan batalnya DIMAO sebagai pemberi sumber dana utama?" tanya Rio saat ingin mengetahui lebih jauh dan ia kembali mendapatkan anggukan dari Reta. "Bawa aku bertemu Tuan Zico. Aku ingin bertemu Kakek mu."
"Untuk apa?" Wajah Reta begitu kaget saat mendengar permintaan Rio. "Tidak... Tidak... Tidak... Aku tidak ingin kau bertemu Kakek, Yi."
Reta menolak keras saat Rio meminta padanya untuk bertemu Tuan Zico. Banyak hal yang Reta takutkan jika Rio sampai bertemu sang Kakek dan Reta tidak ingin mengambil resiko buruk.
Reta bahkan tidak ingin jika kakeknya sampai mengetahui sosok Rio. Sosok Pria yang cucunya cintai. Reta begitu mengenal Kakeknya dan tak ingin membuat Rio dalam bahaya.
"Kenapa tidak? Kita bisa saja mencari jalan ke luar selain dengan perjodohan ini, kan!"
"Aku akan mencoba untuk mengatasinya sendiri."
"Dengan menjadi tunangan Max?" Cela Rio cepat atas perkataan Reta. "Aku akan tetap menemui Kakekmu dan menjelaskan tentang hubungan kita."
"Termasuk keadaan kita yang sudah pernah tidur bersama," kata Rio lagi.
☕☕☕☕☕+🌹🌹🌹🌹🌹 kutunggu badai thor...nado nya🙈🙈🙈