Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa Jadi Begini
Kedua manik Hanita terpejam erat, wanita itu coba mengingat lagi kapan tepatnya semua ini bermula. Kehancuran rumah tangganya dan Satya
Ingatan dan pikiran Hanita terbang, melayang jauh ke masa beberapa tahun lalu. Sebelum Satya menjadi seperti sekarang ini.
4 Tahun Yang Lalu
.
"Hoho, makanlah yang banyak,sayang. Cucu Opa ini kenapa tubuhnya sangat kurus?" Ucapan tersebut berasal dari Tuan Besar Handoko Mahendra
Yang tak lain adalah Papi kandung dari Hanita, sekaligus Papi mertua dari Satya. Pemilik dan Ketua dari Mahendra Law Firm, salah satu firma hukum terbesar dan terbaik di Indonesia.
Handoko berucap dengan nada yang tenang, tapi siapapun tahu kalau itu adalah sebuah sindiran yang ditujukan untuk sang menantu. Saat ini, mereka semua tengah melakukan makan malam dikediaman Mahendra, terdiri dari Handoko dan Nyonya Adelia, Mami kandung Hanita. Serta Handika, yang merupakan Kakak kandung Hanita. Handika adalah seorang pengacara handal, yang sudah memiliki nama besar.
Satya yang merasa tersindir pun langsung meletakkan pisau dan garpu yang sejak tadi dia gunakan untuk memotong daging steak mahal di depannya. Jujur saja, suasana hati Satya memang sudah buruk sejak awal kedatangannya ke mansion ini. Dan sekarang pun, terasa kian memburuk rasanya. Satya juga sadar benar kenapa Handoko menyindirnya demikian. Tentu saja karena dirinya yang belakangan ini sangat sibuk mengurus perusahaan dan jarang memperhatikan kedua anak kembarnya
Lelaki itu melirik sekelilingnya, Adelia dan Handika, kedua orang itu hanya menggeleng pelan.
Kini, perhatian Satya sepenuhnya tertuju pada sang istri, Hanita. Senyuman kecut terbingkai pada sudut bibir Satya kala ia melihat jelas sang istri yang tidak menunjukkan ekspresi apapun. Seolah tidak merasa terganggu sedikitpun pada perkataan Handoko barusan.
Hanita justru kembali memasukkan potongan kecil daging steak ke dalam mulutnya, lalu mengunyah makanan tersebut dengan sangat tenang.
Helaan nafas Satya terdengar berat, diliriknya sang putra sulung yang terlihat kurang nyaman dalam gendongan Handoko. Itu adalah Kenzie, anak pertama Satya dan Hanita. Yang lahir hanya 10 menit lebih awal dari adik lelakinya, yaitu Kenan. Mereka adalah anak kembar, dan sekarang usianya sudah 15 bulan.
Satya lalu menoleh pada Suster Elia yang merupakan pengasuh dari kedua putranya. ''Suster Elia, tolong bawa Kenzie ke mobil."
Suster Elia tidak langsung menjalankan perintah itu, dia lebih dulu mengamati Hanita dan Handoko.
''Kenapa buru-buru, Satya? Tidakkah kamu lihat? Kenzie masih senang bersama Papi" sergah Handoko
"Itu benar, biarkan Kenzie lebih lama disini." Adelia menimpali
Satya berdiri dan menatap kedua mertuanya dengan raut wajah datar, ''Saya rasa sudah waktunya untuk pulang ke mansion kami. Ini sudah malam, pun Kenan juga sendirian dikamar." Satya kemudian mengalihkan perhatiannya pada Hanita
''Kita pulang sekarang, Hanita. Kalau kamu masih lapar, minta saja kepala koki memasak di mansion nanti" tukas Satya
Hanita acuh tak acuh, wanita itu tetap meneruskan gerakan tangannya memotong daging steak. "Duduk dan nikmatilah makananmu, Sat. Tidak lama, daripada nanti mengganggu kepala koki. Lebih baik makan saja dulu, biarkan Kenzie bersama Papi."
''Pulang sekarang kataku, Hanita. Aku mengkhawatirkan Kenan yang kita tinggal sendirian di kamar" tegas Satya
"Kenan tidak sendirian, ada banyak pelayan yang menjaganya" sahut Hanita
Kedua tangan Satya mengepal erat, dia benci tiap kali Hanita membantahnya di depan Keluarga Mahendra. Suasana yang semula canggung kini terasa makin buruk. Suster Elia bahkan tidak berani mengangkat kepalanya, hanya Handoko yang terlihat sangat tenang
"Han-" perkataan Satya terhenti
"Satya, tolong jangan memaksakan kehendakmu. Duduk dan habiskan saja makananmu, baru setelah itu ajak Hanita dan Kenzie pulang" ujar Handika yang akhirnya buka suara
Satya memejamkan kedua matanya dengan erat, lelaki itu melenggang pergi dari ruang makan. Dan tidak ada satupun yang menghentikannya
Hanita hanya melirik melalui ekor matanya saat punggung Satya kian menghilang di telan jarak pandang.
"Dia bisa pulang sendiri kalau mau. Kenapa harus memaksa Hanita dan Kenzie? Mami tidak habis pikir sama dia" celetuk Adelia
''Dia hanya tidak menyukai kita semua" sahut Handoko
Hanita meletakkan garpu dan pisau dengan kasar ke atas piringnya, raut wajahnya terlihat datar dan dingin. "Berapa kali kukatakan pada Papi dan Mami? Jangan pernah membuat suamiku merasa canggung apalagi tidak nyaman di mansion ini." Hanita memutar kepala ke arah Handoko, menatapnya dengan tajam
''Papi sengaja ingin menyindir Satya melalui Kenzie kan? Papi tidak malu? Papi ini sudah tua tapi menyindir menantu sendiri seperti seorang wanita tua yang sedang berjulid."
Hanita berdiri dari kursi yang sejak tadi dia duduki, dia memerintahkan Suster Elia untuk mengambil Kenzie dari Handoko.
Lalu segera menyusul Satya tanpa mengatakan sepatah katapun, hanya Suster Elia yang memberikan hormat pada Handoko dan Adelia.
Adelia mencebik kesal, tidak menyangka kalau sikap Hanita akan jauh berbeda saat Satya tidak ada bersamanya.
"Dasar aneh! Dia diam saja saat Satya disini, dan begitu lelaki itu pergi! Dia justru membelanya lalu menggurui kita semua" gerutu Adelia
Handika terkekeh mendengarnya, "Seperti itulah Hanita dan Satya,Mi. Cinta tapi gengsi, aneh sekali memang."
Handoko tetap diam, kedua mata elangnya menyorot tajam. Entah apa yang ada di dalam pikiran pria paru baya itu.
"Ah satu lagi, Mami." Handika mendadak teringat pada suatu hal
"Apa itu, Han?" Adelia penasaran
Handika justru terkekeh saat ia mengingat ini. Lelaki itu buru-buru menutup bibirnya, mencegah agar tidak tertawa atau hanya akan membuat Handoko kesal.
"Mami ingat? Seperti apa waktu Satya melamar Hanita?" Tanya Handika
Adelia mengangguk, tentu saja dia masih sangat mengingatnya dengan jelas. "Mami tidak bisa lupa saat Satya sengaja memajang foto Hanita pada seluruh papan reklame, dia memberi tulisan will you marry me." Sahut Adelia
"Bukan hanya itu, Satya bahkan mendatangkan langsung penyanyi favorit Hanita. Lalu melamarnya di iringi dengan lantunan lagu dari penyanyi itu" Handika menimpali
Adelia kembali menganggukkan kepalanya, momen dimana Satya melamar Hanita memang sebuah hal yang tidak akan pernah dilupakan oleh semua orang. Hari itu, Satya seolah mengumumkan pada seluruh dunia bahwa dia baru saja melamar wanita yang sangat dia cintai.
Mengingat semua itu hanya membuat Adelia bersedih. Karena kenyataannya, kehidupan Satya dan Hanita berubah 180° setelah mereka menikah. Tidak ada lagi cinta dan kasih sayang yang mereka tunjukkan satu sama lain
Menyadari kalau perasaan sang istri mulai berubah, Handoko pun memutuskan untuk mengakhiri sesi wisata masa lalu ini
"Sudahlah, Handika. Semua itu hanya masa lalu saja, tidak perlu mengingatnya lagi" tegas Handoko
Pria paru baya itu berdiri dan segera meninggalkan meja makan setelah mengatakan itu
Sementara itu di depan sana, Satya dan Hanita tengah bersiap untuk pulang ke mansion mereka.
Satya masuk duluan ke dalam mobil, raut wajah lelaki itu sudah terlihat sangat buruk. Jelas kalau ia tengah marah besar
Hanita mengamatinya dari luar, rasanya sangat malas pulang semobil bersama dengan Satya.
Suster Elia juga masih diluar, berdiri disamping Hanita. "Nyonya, kita masuk sekarang?"
"Masuklah, bawa Kenzie ke dalam" sahut Hanita
Suster Elia pun bergegas naik duluan, ia mengambil kursi di belakang bersama dengan Kenzie yang tengah dia gendong. Anak majikannya itu belum juga terlelap
Satya juga mengamati Hanita dari dalam, heran karena sang istri yang tak kunjung naik.
"Dasar wanita jahat, dia pasti tidak merasa bersalah meski sudah membiarkan suaminya dipermalukan. Aku muak padamu, Hanita" gumam Satya pelan
Hanita sebetulnya tahu kalau saat ini Satya pasti tengah mengumpatnya. Tapi wanita itu masa bodoh, dia menyusul naik ke atas mobil
Mengambil tempat di depan, disamping Satya. Hanita menutup pintu mobil dengan pelan agar tidak membuat Kenzie kaget
"Jalan" tukas Hanita
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅