NovelToon NovelToon
Diary Aluna

Diary Aluna

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Phatel

Aluna adalah gadis yang tumbuh di keluarga sederhana. Kesehariannya kerap kali diwarnai dengan cemoohan dan makian dari keluarganya sendiri.

Bagaimana ia menghabiskan hari-harinya yang penuh air mata?

Semuanya ia luapkan dalam Diary yang ia simpan baik-baik dalam lemari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phatel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Abang Ini Siapanya Kak Amel?

Bicara soal hati yang tulus dan lembut. Sebenarnya hal itu ada pada diri Aluna. Namun ungkapan bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, juga benar adanya. Aluna bukanlah makhluk yang sempurna. Ketika dirinya disakiti oleh orang lain, sudah pasti rasa benci dan dendam akan tumbuh di dalam hatinya. Terlebih untuk seusianya, sudah pasti trauma juga mengganggu mentalnya.

Kini rasa sakit hati dan dendam tengah dia lampiaskan pada adik sepupunya, Devan. Kalau saja Devan tau apa yang selalu dilakukan kakaknya setiap dia memerintahkan gadis itu, sudah pasti Devan tidak akan pernah melakukannya lagi.

Kini Devan tengah meminun air gula yang dibuatkan oleh Aluna. Sesuai keinginannya, pakai air dingin dengan gula yang banyak. Dia meneguk air itu dengan nikmatnya hingga tandas.

Aluna sudah pergi sejak tadi, setelah air itu ia berikan pada Devan, gadis itu langsung beranjak pergi ke mesjid untuk mengaji.

"Lain kali jangan suruh-suruh kakakmu lagi buatkan minum atau ambilkan makan, Dev!" kata Nur yang kini duduk di samping Devan. Sedangkan Fera kini tengah berada dipangkuan sang nenek.

"Emang kenapa, ma?" tanya Devan.

"Kalau nanti dia ludahin makanan atau minuman kamu gimana?" ujar Nur bergidik ngeri. Bulu kuduknya merinding karena merasa jijik akan pemikirannya sendiri.

"Ih, masa sih?" Devan ikut bergidik geli.

"Ya siapa tau kan? Orang kayak punya kelainan begitu mah gak bisa ditebak pemikirannya, bisa aja kan dia berfikiran kayak begitu?" jelas Nur lagi.

Nek Siti hanya menghela nafas berat mendengar pembicaraan sepasang ibu dan anak itu, sungguh tak habis fikir dengan prasangka anak bungsunya itu.

"Pokoknya kamu jangan pernah suruh dia lagi ngambil makan atau buatin minun kamu, ya!" pinta Nur pada anaknya. Ia merasa khawatir jika sampai Aluna benar-benar meludahi makanan dan minuman mereka. Entah pemikiran darimana juga sampai ia bisa berfikiran seperti itu. Meskipun hal itu hanya pemikirannya saja, tetap saja Nur harus waspada agar kemungkinan terburuk itu tidak terjadi.

"Iya deh, ma. Kalau gitu aku gak nyuruh-nyuruh kak Aluna lagi. Terus kalau gitu aku harus nyuruh siapa dong?" tanyanya kemudian. Ia merasa bingung harus meminta bantuan kepada siapa kalau tidak boleh minta bantuan Aluna lagi.

Padahal ia sempat merasa senang karena Aluna akan selalu ada di rumahnya diwaktu siang sampai sore hari. Dengan begitu dia bisa memanfaatkan untuk menyuruh Aluna mengambilkan makan siangnya dan membuatkan air gula seperti tadi.

"Ya kamu ambil sendiri lah!" jawab Nur ketus pada Devan.

***

"Eh, kak..."

"Hhmmm?" Aluna mendongak menatap Asma, adiknya Maya yang ikut bermain kelereng dengan mereka.

Pulang mengaji tadi, Aluna langsung bermain dengan Maya dan Asma tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Saat ini mereka tengah bermain di halaman rumah Husni yang lapang dan masih beralaskan tanah sehingga cocok untuk mereka jadikan tempat bermain.

"Kenapa, Ma?" tanya Aluna karena Asma malah diam saja setelah memanggilnya.

"Itu yang ngajarin kakak ngaji tiap malam kan?" tanya Asma kemudian seraya menunjuk om Adi yang duduk di balkon kamarnya. Pria itu duduk di atas kursi menatap mereka tanpa mengenakan baju. Menampakkan dada bidang nan mulus tanpa bulu. Hanya ada celana boxer yang menutupi pinggang sampai paha.

"Iya. Coba deh panggil!" ujar Aluna iseng.

"Bilang gini, om Adi bencong!" lanjutnya meminta Asma mengikuti ucapannya dengan setengah berbisik.

Tanpa pikir panjang, Asma mengulang ucapan Aluna dengan suara lantang, "Om Adi bencoooong." diiringi gelak tawa.

Orang yang disebut bencong itu menatap sinis pada Aluna. "Kurang ajar kamu ya, Aluna." teriak om Adi seraya menunjuk ke arah Aluna. Gadis ketar ketir karena ternyata om Adi tau siapa biang keroknya.

"Awas kamu ya, sampai hati kamu ajarin anak kecil ngomong gitu sama saya!" dada om Adi naik turun sambil terus mengacungkan jari telunjuknya ke arah Aluna.

"Hiiii, bukan aku om." teriak Aluna seraya berlari ke dalam rumah meninggalkan Maya dan adiknya.

***

Selepas sholat maghrib, Aluna melipat mukenahnya. Nek Siti yang melihat hal itu sontak bertanya, "Kenapa dibuka mukenahnya? Kamu gak pergi mengaji sama om kamu?" tanyanya.

"Eeng... Enggak deh, nek. Aku capek." jawab Aluna.

"Masa mengaji capek? pakai lagi mukenahnya! Terus pergi ngaji sana!" sentak nek Siti. Namun sang cucu malah memanyunkan bibir, tanda keberatan dengan perintah neneknya.

"Lun, kamu kalau gak mau ngaji, temenin kakak ke tempat kerja aja, yuk." Amel tiba-tiba muncul. Kini dia telah berpakaian rapi seperti biasa saat akan pergi bekerja. Mengenakan baju kemeja lengan panjang berwarna cream, celana jeans, dan jilbab yang senada dengan warna baju yang ia pakai.

"Hah?" Aluna terkejut karena baru kali ini kakaknya itu mengajaknya ke tempat kerja, dengan suara lembut pula. Sungguh kejadian langka.

"Ayo! Mau ikut gak? Disana kamu bisa makan bakso gratis loh..." iming-imingnya. Tentu saja Aluna bersemangat mendengarnya.

"Mau kak, mauuu." Aluna segera berganti pakaian dengan yang lebih layak untuk keluar rumah dan tak lupa menyisiri dan mengepang rambutnya dengan rapi.

Nek Siti yang melihat hal itu hanya bisa geleng kepala. Mau memaksa cucunya untuk mengaji pun percuma, mungkin memang saat ini Aluna sedang berada di fase jenuh dengan kegiatannya yang begitu-begitu saja setiap harinya. Biarlah sesekali ia merasakan sesuatu yang lain di luar rumah. Mungkin, libur mengaji satu malam tidak akan masalah untuk perkembangan mengaji Aluna.

Aluna dan Amel berjalan sekitar hampir satu kilo meter. Jarak dari rumah kontrakan mereka ke warung bakso tempat Amel bekerja memang cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, namun mereka bisa lebih cepat sampai karena mereka melewati jalan pintas dari gang-gang kecil yang mengharuskan mereka lewat dari samping rumah warga sekitar.

sebenarnya, berjalan berdua dengan Amel seperti sekarang ini bukanlah hal baru bagi Aluna. Sejak dulu mereka sering keliling pasar berdua untuk berjualan kerupuk yang dibuat oleh nek Siti. Entah kenapa jiwa berdagang Amel begitu kental sekali, setiap kali ia merasakan kerupuk nasi buatan nek Siti, pasti ia akan meminta nek Siti untuk memasak lebih agar dapat ia jual, dengan begitu ia dan Aluna pasti akan dapat jajan lebih.

Namun kali ini, mereka berdua berjalan tanpa membawa kerupuk dagangan. Mereka berjalan beriringan tanpa membawa apapun. Sesampainya di tempat kerja, Amel menitipkan Aluna pada seorang pria muda yang duduk lesehan di sebuah meja, seolah pria itu memang khusus datang untuk menjaga Aluna saja.

Selang beberapa menit, dua mangkok bakso mendarat di meja itu, "Nih, selamat makan!" ucap Amel menyuguhkannya pada Aluna dan pria yang duduk di hadapan Aluna.

Gadis itu kembali meninggalkan mereka untuk labour mengerjakan pekerjaannya melayani pelanggan lain.

Aluna yang hanya ditinggal berdua saja dengan pria yang tak dikenal tentu saja merasa malu dan kikuk. "Ayo, dimakan dik!" titah pria itu menyeruput kuah bakso yang masih berasap.

"I.. Iya bang." jawab Aluna gagap.

Dengan tergesa ia menyedokkan sebutir bakso ke dalam mulut, namun kemudian bakso tersebut ia cemplungkan kembali ke dalam mangkoknya. Membuat pria yang duduk didepannya terbahak.

"Buahahaha... Hati-hati! Itu masih panas loh..." ujarnya.

Aluna meraih tisu dan mengelap bibirnya, "Iya bang." pria itu menggeleng akan tingkah Aluna, lalu mengelus puncak kepala gadis itu. Rambutnya yang dikepang jadi sedikit berantakan.

Kening Aluna berkerut menghadapi sikap pria asing itu. Gadis itu kemudian meletakkan kembali sendok dan garpu di genggamannya dan menopang dagunya, "Kalau boleh tau, abang ini siapanya kak Amel, ya?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Mutiara 123
kok papa amel gak hadir harusnya kn jdi wali , lebih di bikin seru papa aluna marah gitu liat anaknya di gituin,,,
Mutiara 123
hla sdh 2 thn kemudian kok si aluna masih ttp kls 5 sd ya thoor,,
DiPhatel: iya kah? Waduhh, makasih ya kak. nnti coba saya revisi lgi
total 1 replies
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
baju baru alhamdulillah.. tuk dipakai di hari raya.. 🎶🎶
DiPhatel: fufufufu. Jarang" ini Aluna dpat baju baru loh
total 1 replies
🌸𝗢𝗹𝗶𝘃𝗶𝗮 🍾⃝ ͩSᷞʜͧᴇᷡᴀ🌸
𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐥𝐨𝐡 😭 𝐦𝐚𝐬𝐚 𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐠𝐢𝐧𝐢
DiPhatel: makasih ka udh mampir
total 1 replies
☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥
aku mampir
DiPhatel: makasih kaaa
total 1 replies
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
hallo aris
DiPhatel: Hai kak
total 1 replies
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓 Ig@Fanie_liem09
pocipan mampir ..
yu slg follow
nanti aku akan masukan kalian ke gc Cmb ya...
yu slg belajar mksh
DiPhatel: makasih kakak
total 1 replies
Shame
tetap semangat thor /Heart/
DiPhatel: Makasih kakaaa
total 1 replies
Shame
tetap semangat thor /Heart/
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
rapi.. not bad lah
DiPhatel: Makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!