NovelToon NovelToon
Mantan Istriku Ternyata Sultan

Mantan Istriku Ternyata Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:1.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: rishalin

Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 8

"Sayang nanti malam ikut aku berkunjung ke rumah ya. Sekalian Mama mengundang mu untuk makan malam bersama." Ucap Rangga yang tengah makan siang bersama Manda.

Manda yang sedang menikmati makan siangnya pun menoleh ke arah Rangga dengan tatapan penuh tanya.

“Mama kamu sudah tahu hubungan kita?” Tanya Manda.

Rangga menganggukkan kepalanya. "Dia tidak masalah. Malah dia lebih suka sama kamu dari pada sama Jia." Jawaban Rangga membuat Manda tersenyum puas.

"Ya sudah nanti malam, aku ikut kamu. Tapi, jangan lupa nanti kamu jemput aku dan kita akan membeli beberapa makanan buat oleh-oleh." Ucap Manda yang membuat Rangga turut tersenyum.

"Satu langkah lagi." Batin Manda dengan senyum yang sulit di artikan.

***

"Ma nanti sore siap-siap, kita akan mendatangi rumah Bu Arum." Ucap Pak Alan pada sang istri.

"Kenapa Pa?" Tanya Bu Dinda yang terkejut akan ucapan suaminya.

"Papa dapat kabar dari Jio. Ceritanya benar-benar membuat Papa geram. Jio sudah memastikan untuk membawa putri kita pulang kerumah, dan tak akan kembali kerumah itu lagi." Jawaban Pak Alan semakin membuat Bu Dinda penasaran.

Pak Alan yang melihat ekspresi kebingungan istrinya, akhirnya menceritakan semua apa yang dikatakan Jio tanpa mengurangi atau pun menambah ceritanya.

Bu Dinda yang mendengar ceritanya pun turut dibuat geram.

"Mama tidak mau tahu, Jia harus kembali ke rumah ini. Mama setuju sama Jio. Jia harus berpisah sama Rangga, hari ini juga. Kita harus pergi ke sana nanti sore agar sampai di sana tepat waktu dan tidak terlalu malam." Ucap Bu Dinda dengan penuh amarah.

Pak Alan yang melihat raut wajah marah dan sedih Bu Dinda, segera mendekat pada istrinya dan mengusap lembut punggung istrinya.

Berharap hal itu akan sedikit mengurangi amarah dan rasa sedih sang istri.

"Astaghfirullah Nak, kenapa kamu menyembunyikan semuanya selama ini." Gumam Bu Dinda yang masih memikirkan putri sulungnya.

"Sabar ya Ma. Mungkin Jia hanya tidak ingin membuat kita khawatir. Pokoknya nanti malam Jio akan berusaha membawa Jia pulang. Kita akan kesana bersama-sama untuk menjemput putri kita yang sudah dizalimi oleh keluarga itu." Ucap Pak Alan menenangkan Istrinya.

Bu Dinda hanya membalas ucapan suaminya dengan anggukan kepala.

***

Sore harinya keluarga Jia berangkat menuju kerumah keluarga Rangga. Mereka sengaja berangkat sore agar tepat waktu sampai di rumah Rangga.

Jia dan Rangga sebenarnya berbeda kota, rumah Jia berada dikota yang cukup ramai sedangkan rumah Rangga bisa dibilang masih termasuk sebuah pedesaan, maka dari itu keluarga Jia memilih untuk berangkat lebih awal.

"Mama tenang saja. Jio akan berusaha untuk membawa Kak Jia kembali kerumah kita." Ucap Jio pada sang Mama yang kini terlihat tengah melamun.

"Mama cuma tidak habis pikir Jio, Kakak mu mampu memendam semuanya sendirian. Sedangkan dia masih memiliki keluarga yang lengkap. Kalau tau akan seperti ini, dari dulu Mama tidak akan membiarkan Kakak mu menutupi identitas aslinya." Jawab Bu Dinda lirih.

Wanita itu masih syok mendengar kabar tentang putri sulungnya, putri yang selama ini dia jaga dan dia manjakan tapi malah di perlakukan sebaliknya oleh orang lain yang seharusnya sudah menjadi keluarganya juga.

"Kalau nanti Kakak mu mau menikah untuk yang kedua kalinya. Mama tidak akan membiarkan Kakak mu tinggal di rumah mertuanya. Biarkan saja dia berada di rumah kita atau kita bangunkan saja rumah untuknya di dekat rumah kita." Lanjut Bu Dinda.

Pak Alan yang mendengar penuturan sang istri, dengan sigap menggenggam tangan istrinya dan mengusapnya lembut.

Hati Ayah mana yang tak sakit setelah mendengar berita putrinya mengalami hal seperti ini.

Dalam diam Pak Alan mengepalkan tangannya, dia merasakan hal yang sama seperti Bu Dinda dia merasa sangat kesal pada keluarga Rangga.

"Jio lalukan yang terbaik dan jadilah pengacara untuk Kakak mu nanti." Ucap Pak Alan yang sejak tadi diam menahan amarahnya.

Jio yang mendengarnya, segera menganggukkan kepalanya mantap.

"Iya Pa, Jio pasti akan melakukan yang terbaik. Jio juga sudah mempunyai bukti-bukti kebusukan Rangga dari orang suruhan Jio. Selain bisa mempermudah perceraian Rangga dan Kak Jia, bukti itu juga bisa membuat lelaki itu kehilangan pekerjaanya dengan mudah." Jawab Jio terdengar santai. Namun, tangannya menggenggam stir mobil dengan kuat.

"Lihat saja Rangga. Kamu salah besar karena sudah berani main-main dengan Keluarga Ku." Batin Jio.

Jio dari dulu memang tidak menyukai Rangga, tapi melihat raut wajah bahagia sang Kakak dia mengurungkan niatnya untuk mengungkapkan rasa tidak sukanya terhadapan Rangga.

***

"Sayang nanti aku jemput kamu ya." Ucap Rangga yang kini berada di depan rumah Manda.

Saat ini Rangga tengah mengantarkan Manda pulang. Manda yang tidak mau langsung ke rumah Rangga pun beralasan jika dia harus mempersiapkan diri untuk bertemu dengan calon mertuanya nanti.

"Iya nanti kamu kabari aku ya kalau sudah mau OTW kesini." Jawab Manda.

Rangga mengangguk. "Ya sudah aku pamit dulu. Kamu jangan lupa dandan yang cantik nanti." Jawab Rangga, dan kembali melanjutkan perjalanan pulang.

Saat Rangga sudah tak terlihat lagi, Manda segera memasuki rumah dan mengelurkan ponsel dari tas yang dia bawa.

[Aku sudah sampai di rumah. Kamu kesini dong, aku sudah kangen. Aku juga punya sesuatu buat kamu.] Manda mengirim pesan itu entah pada siapa.

Manda tersenyum manis menatap ponsel yang saat ini ia genggam, lalu melanjutkan langkah menuju kamar dan berganti pakaian yang lebih santai, namun tetap terlihat seksi.

Ting....

[Iya aku berangkat kesana sekarang. Tunggu beberapa menit dan aku akan sampai di rumah mu sayang.) Manda kembali tersenyum saat pesannya mendapat balasan.

"Aku suka sama Rangga karena dia bodoh dan sangat mudah di peralat. Tetapi aku masih mencintai pacar pertama ku dan akan selalu mencintainya. Jadi mari beradu akting dengan ku Rangga. Aku akan pura-pura jatuh hati pada kamu, dan aku akan membuatmu semakin jatuh hati kepada ku. Ah rasanya senang sekali menikmati peran ini." Batin Manda seraya menarik sudut bibirnya.

***

Rendi yang baru saja keluar dari kantor pun langsung bergegas menuju parkiran.

"Tumben buru-buru banget Ren ." Tanya Wandi yang heran melihat gelagat Rendi.

"Ah iya, ini aku dapat pesan untuk segera pulang karena, nanti Adik ku mau mengadakan acara makan malam bersama calonnya." Ucap Rendi yang masih setia menatap ponselnya.

"Adik? Wah maksud kamu Litta? Bukannya dia masih kuliah ya?" Pertanyaan Wandi kali ini membuat Rendi seketika menoleh.

"Aduh mati aku.." batin Rendi yang merasa sudah salah bicara.

"Emmhh itu maksudnya, emm calon.. calon pacar iya calon pacar." Jawaban Rendi yang tergagap, semakin membuat Wandi merasa heran.

Wandi pun menganggukkan kepalanya meski masih merasa aneh.

"Oh masih calon pacar, aku pikir adik mu yang masih kuliah itu mau menikah." Jawab Wandi.

"Ngaco kamu Wan. Ya sudah, pulang duluan ya! Kamu pulangnya berhati-hati." Ucap Rendi seraya menaiki motornya.

Wandi pun kembali menganggukkan kepalanya, dan tak berselang lama ia pun pergi menuju ketempat motornya terparkir.

Rendi dengan cepat melajukan motornya dengan perasaan gembira. Dia bahkan tak bisa menahan senyum bahagia saat ini.

***

[Kamu di mana? Cepat pulang, aku sudah dirumah.] Sebuah Pesan masuk keponsel Jia dan tertulis nama Rangga disana.

Dengan cepat Jia menghampiri anaknya yang sedang fokus bermain dengan teman-temannya.

"Sayang pulang yuk, sudah sore ini. Ayah juga sudah pulang dari kerjanya." Ajak Jia dengan lembut.

Amira seketika menoleh saat mendengar Jia berbicara.

"Memangnya kenapa kalau Ayah pulang? Ayah kan gak mau main sama Amira." Lagi-lagi jawaban Amira membuat Jia terkejut.

"Sayang tidak boleh begitu. Mau bagaimana pun juga saat Ayah pulang kerja pasti yang di cari kamu, Nak."

Jawab Jia memberi pengertian kepada sang anak.

Amira menggelengkan kepalanya karena tidak setuju dengan ucapan Bundanya.

"Yang di cari Papa Zura, Bunda, bukan Amira." Jawaban Amira lagi-lagi berhasil membuat hati Jia bertambah sakit.

*********

*********

1
iis ernawati
ga bisa nafkahin bini tp bisa2nya punya pelakor....kamprettt si rangga
iis ernawati
miris amat...lima tahun ga pernah dikasih nafkah diem diem bae
M Nurhalimah
dah tau Rangga tlp masih di ladenin gak abis abis nih cerita gitu terus
M Nurhalimah
kapan mereka sadar diri ini terlalu berbelit
Hafifah Hafifah
kapan rangga dan keluarganya sadarnya sih
Chercher
Rangga bakal sadar ga suatu hari?
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪: mending gak usah sadar, kalopun sadar semoga gak ganggu jia dan amira lagi 🙊🏃🏃🏃
total 1 replies
Rizky Sandy
capek berjuang terus kpn bhgianya,,,,,🥱🥱🥱
Fhatiimah
Luar biasa
Fhatiimah
Biasa
umi suryandari
maju terus pantang mundur
Hafifah Hafifah
bagus chandra emang kebanyakan ibu tiri seperti itu
Hafifah Hafifah
nah betul tuh
Leon
keren lagi
𝐝𝐞𝐰𝐢 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐛𝐢𝐬𝐡𝐢
𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐫𝐚𝐢 𝐠𝐞𝐝𝐞𝐠 𝐲𝐨 𝐤𝐮𝐢
𝐝𝐞𝐰𝐢 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐛𝐢𝐬𝐡𝐢
𝐤𝐨𝐤 𝐛𝐥𝐦 𝐬𝐞𝐤𝐨𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐦𝐢𝐫𝐚 𝐤𝐚𝐧 𝟓𝐭𝐡 𝐓𝐊 𝐀 𝐝𝐨𝐧𝐠 𝐭𝐡𝐨𝐫
𝐝𝐞𝐰𝐢 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐛𝐢𝐬𝐡𝐢
𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐠𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧𝐠
𝐝𝐞𝐰𝐢 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐛𝐢𝐬𝐡𝐢
𝐦𝐚𝐦𝐚𝐦 𝐭𝐮 𝐰𝐤𝐰𝐤𝐤𝐰𝐤𝐰𝐤𝐰
𝐝𝐞𝐰𝐢 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐛𝐢𝐬𝐡𝐢
𝐠𝐨𝐫𝐞𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐨𝐬 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐮𝐤.... 𝐩𝐝𝐡𝐥 𝐦𝐨 𝐦𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐡𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐧𝐜𝐚𝐦𝐚𝐧

𝐡𝐫𝐬𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐧𝐩 𝐝𝐢𝐚𝐧𝐜𝐚𝐦 𝐩𝐮𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛𝐚𝐧 𝐫𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚 𝐧𝐠𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐧𝐚𝐟𝐤𝐚𝐡 𝐚𝐧𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚

𝐤𝐨𝐤 𝐤𝐲𝐤 𝐦𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢𝐪 𝐚𝐣𝐚 𝐠𝐤 𝐩𝐫𝐧𝐡 𝐤𝐚𝐬𝐡 𝐧𝐚𝐟𝐤𝐚𝐡 𝐤𝐞 𝐚𝐧𝐚𝐤𝐪
𝐝𝐞𝐰𝐢 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐛𝐢𝐬𝐡𝐢
𝐋𝐢𝐭𝐭𝐚 𝐤𝐢 𝐰𝐞𝐝𝐨𝐤 𝐭𝐩 𝐤𝐨𝐤 𝐠𝐤 𝐩𝐧𝐲 𝐡𝐚𝐭𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐢

𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐛𝐢𝐤𝐢𝐧 𝐚𝐣𝐚 𝐥𝐢𝐭𝐭𝐚 𝐥𝐛𝐡 𝐩𝐚𝐫𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐣𝐢𝐚
𝐛𝐢𝐚𝐫 𝐧𝐲𝐚𝐡𝐨𝐤 𝐭𝐮 𝐛𝐜𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐢𝐥
Asyatun 1
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!