NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:482.3k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Setelah magrib, Arif pulang dengan di antar oleh Teh Hamidah, saat mendengar suara salam dari luar, Hanifa membuka pintu, ia memasang wajah senyum menyambut sang putra. Sebisa mungkin ia menyembunyikan rasa sakitnya.

''Anak Sholeh Bunda udah pulang rupanya,'' ucap Hanifa berbasa-basi.

''Sudah Bunda.'' Arif mengambil tangan Hanifa, menyalami nya. Sedangkan Teh Hamidah fokusnya hanya satu, dari Hanifa membuka pintu tadi, Teh Hamidah menatap bagian mata Hanifa yang bengkak dan sedikit merah.

''Fa, kamu kenapa?'' tanya Teh Hamidah dengan pandangan menyelidik.

''A-aku kenapa Teh? A-aku enggak kenapa-napa kok Teh.'' jawab Hanifa sedikit gugup. Hanifa menundukkan pandangan nya.

''Syukurlah kalau kamu tidak kenapa-napa. Kamu kalau lagi ada masalah cerita aja sama Teteh, ya, jangan sungkan.'' ucap Teh Hamidah. Hanifa mengangguk kecil. Setelah itu Teh Hamidah pamit pulang dengan hati bertanya-tanya. Apalagi yang terjadi dengan Hanifa. Pikirnya.

Arif dan Hanifa masuk rumah, tidak lupa Hanifa mengunci pintu. Rasa trauma membuat nya lebih berhati-hati lagi sekarang.

Hanifa berjalan ke dapur, Arif mengikuti, Hanifa mengambil piring lalu memasukkan nasi dan telur ceplok ke dalam piring. Arif duduk lesehan di atas tikar usang menunggu sang Bunda. Kebiasaan Arif memang begitu, ia akan makan malam setelah pulang dari Musholla. Katanya sehabis mengaji dan sholat membuat perut nya lapar.

''Ini Sayang. Makanannya sudah siap, dihabiskan, ya.'' Hanifa meletakkan nasi dan segelas air di depan Arif seraya mengusap pucuk kepala Arif. Suara Hanifa terdengar serak dan bergetar saat berucap.

''Bunda, Bunda kenapa? Kenapa mata Bunda bengkak dan merah?'' tanya Arif polos. Dari tadi ternyata Arif juga tengah memperhatikan wajah sang Bunda yang sedikit berbeda.

''Ah ... I-ini, Bunda tadi kelilipan Sayang.'' Hanifa berbohong, ia memaksa senyum diwajahnya. Padahal hatinya terasa begitu perih, mengingat kejadian tadi. Ia diperkosa oleh suaminya sendiri. Orang yang seharusnya melindungi dan memberikan kenyamanan tapi malah menorehkan luka semakin dalam.

**

Di tempat berbeda, Abdillah dan sang atasan sudah tiba di Indonesia. Abdillah beristirahat sebentar di kediaman Malik [nama sang Bos].

Abdillah ditawarkan oleh Malik untuk makan malam bersama dulu di rumahnya yang megah, bersama Ibu Malik. Sedangkan Ayah Malik sudah tiada. Mereka makan malam bertiga saja dengan menu makanan berbagai macam terhidang di meja makan.

''Malam ini, beristirahat lah dulu di rumah ini, Nak Abdillah.'' ucap Ibu malik lembut dan terdengar ramah, usia Ibu Malik sudah sekitar lima puluh tahun, beliau memang terkenal sebagai orang kaya yang baik hati dan tidak sombong.

''Maaf Nyonya, bukannya saya tidak mau, tapi saya sedang ada urusan yang begitu penting Nyonya. Mungkin lain kali saja.'' tolak Abdillah sopan.

''Baiklah. Kalau begitu saya juga tidak dapat memaksa mu, makan lah.'' ucap Ibu Malik lagi tersenyum simpul.

Setelah selesai makan malam, Abdillah pamit, ia akan langsung pergi ke rumah Hanifa. Abdillah menyalakan mesin mobil, lalu melajukan kendaraan roda empat itu dengan kecepatan sedang. Abdillah menggunakan mobil Malik, atas perintah Malik sendiri. Sebenarnya kalau Abdillah mau ia bisa saja membeli mobil apa saja yang ia inginkan, tapi ia masih belum sempat untuk itu. Tabungan hasil kerjanya yang hampir enam tahun lamanya sudah cukup banyak. Bahkan untuk membeli satu buah rumah mewah pun masih tersisa banyak.

Abdillah menyusuri jalan raya, mencari alamat yang pernah dikirimkan oleh Setya kepadanya dahulu. Setelah melewati perjalanan selama hampir dua jam lamanya, akhirnya Abdillah menemukan titik terang.

Abdillah memasuki gang sempit itu, saat ia melihat seorang pria seusianya berjalan kaki, Abdillah menghentikan mobilnya, ia akan bertanya terlebih dahulu kepada orang tersebut.

''Mas, maaf mengganggu,'' sapa Abdillah ramah, kaca jendela mobil ia buka.

''Iya. Ada yang bisa saya bantu Mas?'' jawab Yusuf. Yusuf baru saja habis dari Masjid.

''Kalau boleh saya tahu, rumahnya Hanifa di bagian mana ya?'' tanya Abdillah.

''Ooh Hanifa, itu rumahnya di ujung sana Mas.'' jawab Yusuf seraya menunjuk ke arah barat.

''Oh ya sudah, terimakasih banyak ya Mas. Kalau begitu saya duluan.'' ucap Abdillah dengan senyum simpul.

''Iya sama-sama Mas.'' jawab Yusuf lagi. Setelah itu Abdillah menyalakan mobilnya lagi, ia tidak sabar lagi pengen ketemu sama Hanifa serta sang keponakan yang selama ini hanya ia lihat dari foto-fotonya saja.

Yusuf menatap bagian belakang mobil yang mulai menjauh, ia merasa penasaran siapakah pria tampan yang mencari Hanifa. Pikirnya.

**

Abdillah menginjak pedal rem saat ia sudah sampai di depan rumah sederhana. Abdillah keluar dengan menenteng plastik berukuran besar. Di dalam plastik itu ada mainan, seperti mobil-mobilan dan robot-robotan yang sengaja ia beli untuk Arif.

Di dalam rumah, Hanifa yang mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya merasa takut, dada nya tiba-tiba berdebar, wajahnya berubah pias.

Arif yang masih belum tidur, juga mendengarkan suara mobil yang berhenti.

''Bunda, sepertinya ada orang diluar.'' ucap Arif seraya berjalan kearah pintu.

''Arif tunggu, biar Bunda saja yang lihat.'' seru Hanifa dengan wajah pucat. Hanifa takut kalau yang datang itu adalah Setya.

Kemudian tidak lama setelah itu saat Hanifa berdiri di depan pintu terdengar ucapan salam dari luar.

''Assalamu'alaikum.'' suara itu terdengar lembut bersamaan dengan bunyi pintu di ketuk.

''Walaikum'sallam.'' jawab Hanifa seraya membuka pintu. Hanifa berani membuka pintu karena mendengar suara salam. Karena kalau Setya yang datang biasanya tidak pernah lagi mengucap salam sebelum masuk, ia masuk begitu saja, seperti tidak punya adab.

Begitu pintu terbuka, Hanifa merasa begitu keget melihat siapa yang ada di hadapannya. Di hadapannya berdiri pria tampan dengan tubuh tinggi tegap, pria yang selalu ia doakan akhir-akhir ini.

''M-mas Abdillah ...'' Hanifa tidak dapat menyembunyikan rasa harunya. Dengan cepat Hanifa memeluk tubuh sang Kakak kandung. Hanifa menangis terisak, menumpah sedikit beban yang ia tanggung sendiri selama ini. Abdillah membelai punggung sang adik dengan pelan. Abdillah pun sama, matanya juga ikut berkaca-kaca.

Sedangkan Arif, Arif berdiri dengan diam di tempatnya. Ia menatap sang Bunda dan pria yang belum ia kenal dengan tatapan heran.

Setelah puas menumpahkan air mata di pundak sang Kakak, Hanifa mempersilahkan Kakaknya masuk. Setelah itu ia kembali menutup pintu.

''Hay tampan, kamu sudah tumbuh besar ternyata. Ini Paman bawa 'kan oleh-oleh buat kamu.'' Abdillah mensejajarkan dirinya dengan Arif seraya memberikan mainan.

''Paman siapa?'' tanya Arif polos.

''Sayang, ini Paman Abdillah. Kakak kandungnya Bunda.'' tutur Hanifa.

''Wahhh ternyata aku masih punya Paman. Paman aku tampan dan sangat keren.'' ucap Arif girang. Arif memindai penampilan Abdillah dari ujang kepala hingga ke ujung kaki. Abdillah yang memakai kaos oblong, jaket kulit, celana panjang, serta jam tangan nampak sangat keren di mata Arif.

''Hahaha kamu bisa saja.'' ucap Abdillah sambil tertawa. Abdillah membawa tubuh Arif dalam dekapannya. Sedangkan Hanifa kebelakang, ia membuat teh panas untuk sang Kakak.

''Ye, ye, ye ... Sekarang Arif dan Bunda udah punya teman. Arif dan Bunda gak kesepian lagi dirumah. Yeyeye ...'' Arif berseru girang dengan mengangkat kedua tangannya. Abdillah yang melihat tingkah ceria sang keponakan karena kehadiran nya merasa amat sedih dan terluka. Betul lah yang ada di pikirannya, selama ini Hanifa dan Arif tidak sedang baik-baik saja. Abdillah tidak sabar lagi ingin bertemu Setya dan memberikan pelajaran kepada Setya. Abdillah sungguh merasa marah sama pria yang tak bertanggung jawab itu.

**

Arif telah terlelap begitu pulas, jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat. Setelah bermain dan mendengarkan Abdillah bercerita, akhirnya Arif tertidur juga.

Abdillah dan Hanifa duduk di ruang tamu, Abdillah mulai bertanya kepada sang Adik.

''Jadi bener vidio yang Mas lihat waktu itu, Kamu menjadi Badut untuk mencari uang? Setya telah mengkhianati kamu? Dia sudah punya keluarga baru?'' tanya Abdillah hati-hati. Tatapannya tertuju ke arah wajah mendung sang adik.

''Benar Mas.'' jawab Hanifa.

Abdillah menghembus nafas kasar, ''Terus apakah pria laknat itu masih sering menemui kalian?'' tanya Abdillah lagi. Hanifa memilin ujung jilbabnya, Hanifa bingung harus menjawab apa, sedangkan tadi ia baru saja mendapatkan perlakuan yang begitu terhina oleh suaminya sendiri.

''Fa?'' ucap Abdillah lagi karena pertanyaan tidak mendapat jawaban.

''Pernah Mas. Ia pulang hanya meminta hak nya saja kepada aku, setelah itu ia pergi lagi. Ia tidak pernah menanyakan keadaan Arif maupan aku. Ia tidak peduli lagi sama Arif darah dagingnya sendiri, ia lebih menyayangi anak dari istri barunya.'' jawab Hanifa jujur.

''Kurang ajar!'' Abdillah merasa begitu geram. Kedua tangannya mengepal erat.

''Apa kamu sudah meminta cerai dari dia, Dek? Lagi, Abdillah bertanya dengan suara begitu lembut.

''Sudah Mas. Tapi, dia tidak mau menalak aku. Aku ingin menggugat tapi langkahku terbatas karena tidak cukup uang.''

''Baiklah. Tidurlah sekarang. Biar Mas yang urus semuanya. Besok bersiap-siaplah, kita pergi dari sini. Mas akan membelikan kamu rumah yang lebih layak dari ini. Dan Mas akan mencari pengacara untuk mendampingi kamu menggugat Setya.'' Abdillah berkata seraya melihat rumah yang menurutnya kurang layak.

''M-mas terimakasih, sekali lagi terimakasih banyak Mas.'' Lagi-lagi air mata Hanifa lolos, Hanifa marasa begitu bahagia, karena langkahnya untuk terbebas dari Setya telah mendapatkan jalan. Ia tidak sabar lagi ingin bercerai dari Setya.

''Sudah. Tidak perlu berterima kasih. Kita hanya berdua, kamu saudara kandung Mas satu-satunya. Sudah menjadi kewajiban Mas untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan kamu sekarang. Pria itu tidak bisa di harapkan. Padahal Mas sudah menyerahkan kamu kepada nya.'' ucap Abdillah lagi.

Setelah itu Hanifa berlalu ke kamar untuk tidur. Sedangkan Abdillah tidur di ruang tamu yang hanya berlapis tikar tipis.

***

Ke esokan harinya, setelah sholat subuh. Hanifa telah selesai berkemas. Semua pakaian dia dan Arif sudah ia masukkan kedalam tas. Hanya tinggal pakaian Setya yang tak seberapa lagi di lemari. Tapi pagi ini wajah Arif terlihat sedikit murung.

''Arif kenapa? Apa Arif tidak suka Paman ajak pindah dari sini?'' tanya Abdillah.

''Bukan begitu Paman. Aku suka. Tapi bagaimana sekolah aku, ngaji aku dan teman-teman aku. Ibu, juga. Arif merasa sedih kalau harus berpisah sama mereka semua.'' jelas Arif.

''Paman akan mencari sekolah yang lain untuk Arif, tempat ngaji juga. Siapa tadi, Ibu? Ibu siapa maksud Arif?'' ucap Abdillah lagi.

''Ibu itu rumahnya yang sebelah rumah ini Paman. Selama ini Ibu begitu baik sama Arif dan Bunda.''

''Mmm ... Paman janji, besok sekali-kali Paman akan membawa Arif main ketempat ini. Dan setelah ini Arif pamit sama Ibu ya, dan sama teman-teman yang ada sekitar sini, Paman akan menemani Arif. Hidup Terkadang memang seperti ini Arif, setiap pertemuan pasti ada perpisahan, jadi Arif harus selalu siap kapan saja saat perpisahan dan pertemuan itu datang dan mengharuskan.'' tutur Abdillah pelan disertai senyum di wajahnya.

Setelah itu Abdillah menemani Arif dan Hanifa berjalan kerumah tetangga terdekat satu persatu untuk pamit. Sekalian mengenalkan Abdillah sebagai Kakak kandung Hanifa. Para tetangga merasa sedih mendengar Hanifa yang akan pindah. Begitu juga Teh Hamidah, Teh Hamidah menangis sesenggukan melepaskan kepergian dua orang yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri. Tapi Teh Hamidah tahu, ini memang yang terbaik untuk Hanifa, dari pada Hanifa harus di sakiti terus menerus oleh Setya.

Arif, Hanifa dan Abdillah sudah memasuki mobil. Mereka melambaikan tangan kepada para tetangga yang melepaskan kepergian nya.

''Dada ....''

''Sampai jumpa lagi ..'' ucap Arif seraya melambaikan tangan keluar jendela mobil.

Saat melewati rumah Yusuf. Hanifa meminta berhenti, karena ia juga mau pamit kepada Yusuf dan juga kepada kedua orang tua Yusuf. Karena selama ini keluarga Yusuf sudah begitu baik dengan dirinya.

''Hanifa, kami pasti akan sangat merindukan kamu dan juga Arif. Jaga diri baik-baik ya dimana pun kalian berada.'' ucap Ibu nya Yusuf.

''Iya Bu. Terimakasih untuk selamanya ini karena kalian sudah memberikan aku pekerjaan.'' ucap Hanifa.

''Pak Yusuf sampai ketemu lagi.'' ucap Arif.

Yusuf pun tersenyum simpul, dengan wajah tersenyum kaku. Ia menatap Hanifa sekilas. Ada rasa tidak rela melihat Hanifa dan Arif yang akan pindah ketempat yang jauh. Yusuf merasa sedih mendengar kabar buruk baginya. Tapi ia tahu ini memang yang terbaik untuk Hanifa dan Arif. ''kalau jodoh tak akan kemana.'' batin Yusuf meyakinkan. Selama ini Yusuf hanya merasa kagum melihat sosok Hanifa yang sabar dan tidak banyak tingkah, tapi semenjak ia tahu Setya sudah punya istri baru, Yusuf bagai mendapat angin segar, ia berharap dialah pria yang akan mengobati rasa sakit Hanifa setelah di sia-sia kan oleh Setya.

Bersambung.

Bagaimana reaksi Setya begitu ia tahu Hanifa dan Arif sudah tidak ada lagi di rumah? Tunggu kelanjutannya ya. Like, komen, follow dan subscribe. Vote dan kasih hadiahnya juga, ya.

1
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
wooaàlllahhhh arif kok sembarangn ngikut2 org 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaahhhh, pengulangn lg 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaahhhh, diulang lg 🤔🤔🤔😫😫😫
Kar Genjreng
satu istri ga di urus.. pekerjaan nya ojeg online..supri mau beristri dua laki laki ga bershukur 😚😚😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!