Demi menjaga nama baik keluarga Adiguna, Sandra harus rela menjadi istri pengganti majikannya sendiri. Insiden mempelai wanita yang melarikan diri, justru membuat Sandra terseret dalam ikatan suci pernikahan dengan putra sulung keluarga Adiguna yang lemah lembut dan sangat ramah.
Namun sangat di sayangkan, akibat pelarian sang pujaan hati membuat sifat Harun Pradipta berubah sepenuhnya. Sifat lemah lembut dan ramahnya seakan terkubur dalam dalam bersamaan dengan perasaanya terhadap sang kekasih.
Penghinaan tepat di hari pernikahan merubah sosok Harun menjadi pria arogan dan dingin. Termasuk kepada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Lalu bagaimana dengan Sandra? Akankah dia bisa membawa Harun kembali dari jurang keterpurukannya.
Update setiap hari jam 12.00.
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Tampak Harun tidak peduli dengan Sandra yang tengah membawa tas berisi baju dan juga sebuah selimut. Sandra memasukkan barang barang ke dalam mobil kemudian duduk di sebelah Harun yang tak bergeming.
"Sudah, Mas." Ucap Sandra seraya memasang sabuk pengaman nya.
Harun tidak menjawab, ia lantas menjalankan mobilnya menuju rumah sakit. Karena waktu yang sudah malam, jalanan tampak sepi sekali sehingga Harun bisa mengendarai dengan cepat.
Tak butuh waktu lama, mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Harun memarkirkan mobilnya tidak di basement melainkan di parkiran atas.
Sandra turun lebih dulu disusul Harun, meski melihat Sandra kesusahan Harun tidak berniat membantunya.
"Mas, bisa minta tolong bawa selimut?" tanya Sandra namun Harun diam saja.
Sandra menghela nafas, ia memang harus melakukan segalanya sendiri karena Harun tidak akan peduli padanya.
"Mas awas!!" seru Sandra terkejut karena ada motor yang melaju cukup cepat.
Pengendara motor itu membunyikan klakson kemudian berhenti dan menghampiri Harun yang tadi hampir tertabrak.
"Kalo jalan tuh lihat lihat mas." Ucap si pengendara motor tadi dengan nada kesal.
"Apa? kenapa bapak yang marah, seharusnya saya yang marah karena bapak hampir bikin saya tiada." Balas Harun tak kalah emosi.
"Ya itu semua kesalahan mas," ucap bapak pengendara itu tidak mau kalah.
"Mas udah mas, yang penting gak terjadi apa apa," ucap Sandra melerai perdebatan itu.
"Untung istri saya teriak, kalo engga bapak bisa saya tuntut!" seru Harun kemudian pergi begitu saja.
Bapak pengendara motor juga pergi, menyisakan Sandra yang diam terpaku mendengar apa yang Harun katakan tadi.
"Istri? untuk pertama kalinya mas Harun sebut aku istri." Gumam Sandra, hatinya begitu hangat mendengar ucapan Harun yang menyebut dirinya istri.
***
Sandra membantu Ana menyelimutkan Adiguna yang sudah tertidur di kursi tunggu. Baik Sandra maupun Ana, keduanya sama sama mengantuk namun Sandra tidak bjsa tidur.
"Ana, kamu pasti lelah. Tidurlah," titah Sandra pada adik ipar nya yang berkali kali menguap.
Ana menurut, ia duduk di sebelah Adiguna dan tertidur hanya dalam hitungan beberapa menit. Sementara Sandra duduk di sebrang mereka.
Sandra menyandarkan kepalanya ke tembok sambil memejamkan matanya namun tetap berusaha untuk tidak tertidur.
Harun yang juga tidak tidur sesekali melihat pada Sandra, ia bisa melihat wajah lelah Sandra yang diselimuti kesedihan dan bekas bekas air mata.
"Apa aku terlalu kejam padanya?" batin Harun merasa sedikit iba pada nasib Sandra namun tak menutup kemungkinan ia akan bercerai.
Berjam-jam berlalu sejak Amira di bawa kerumah sakit, waktu sudah menunjukkan pukul 7.30 pagi.
"Pa, Ana. Ayo bangun ini sudah pagi," ucap Sandra membangunkan ayah mertua dan adik ipar nya.
"Ya ampun, Sandra. Jam berapa ini?" tanya Adiguna mengusap wajahnya.
"Jam 6.30 pa dan mas Harun sedang membeli sarapan," jawab Sandra sambil melipat selimut yang habis dipakai tadi malam.
"Bagimana dengan mama, Kak?" tanya Ana bangkit dari duduknya untuk melihat kondisi Amira yang sedang di periksa dokter.
"Dokter bilang masih ada 1 jam sebelum mama bangun," jawab Sandra, kebetulan tadi ia bertanya.
Tak beberapa lama, datanglah Harun dengan membawa beberapa bungkus bubur dalam sterofoam. Sandra mengambil plastik dari tangan Harun kemudian memberikan buburnya pada Adiguna dan Ana.
"Papa sarapan dulu ya," tutur Sandra memberikan satu porsi bubur pada Adiguna yang menerima nya.
"Kau juga, Ana. Ini makanlah," ucap Sandra lagi kali ini pada Ana, tapi gadis itu menggeleng.
"Aku tidak mau makan sebelum mama sadar," ujar Ana dengan nada lemas.
"Ana, mama di dalam baik baik saja dan jika kamu tidak mau makan maka bisa kamu yang sakit disini," tutur Sandra memberi pengertian.
"Makan Ana, kau bukan anak kecil lagi!!" tukas Harun terdengar begitu dingin dan datar.
"Kamu juga makanlah, Mas." Ucap Sandra memberikan bubur pada Harun.
"Tidak, aku tidak lapar." Tolak Harun menggeleng.
"Setidaknya sedikit saja, Mas. Kamu bisa sakit karena belum makan," pinta Sandra dengan pelan.
"Aku bilang aku tidak mau, jadi jangan memaksa." Tekan Harun melirik Sandra dengan sinis.
KU BUAR BUCIN KAU HARUN🙂😎
BERSAMBUNG.........