NovelToon NovelToon
Menjadi Tuan Muda DiNovel Terburuk

Menjadi Tuan Muda DiNovel Terburuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Harem / Masuk ke dalam novel / Fantasi Isekai
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Merena

Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.

Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.

Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.

Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Valeria Darius Deluna.

Aku yang melihat hari sudah mulai malam memutuskan untuk mengakhiri percakapan. "Ibu, ini sudah mulai malam. Lebih baik jika ibu beristirahat lebih awal," kataku sambil tersenyum hangat.

Ibuku memandangku dengan lembut, matanya menyiratkan kasih sayang yang dalam. "Bagaimana denganmu?" tanyanya.

"Aku ingin berjalan-jalan sebentar, menenangkan pikiranku. Lagipula, ini pertama kalinya aku berada di istana Darius. Aku ingin mengenal sekitarnya," jawabku sambil tersenyum, mencoba menghilangkan kekhawatirannya.

"Baiklah... tapi setelah selesai, kembalilah ke sini. Ibu masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan putra ibu," ucapnya dengan nada lembut, senyuman keibuan terlukis di wajahnya.

"Tentu," aku mengangguk sambil berdiri. "Semoga mimpi indah, Ibu." Aku membungkukkan badan, lalu melangkah keluar dari kamarnya.

Begitu pintu tertutup di belakangku, aku berhenti sejenak di koridor. Langit malam yang terlihat dari jendela besar di sebelahku dipenuhi oleh cahaya bulan yang perak, menyinari lorong istana dengan lembut. Aku tersenyum tipis, membiarkan ketenangan malam itu meresap ke dalam diriku. Langkahku kemudian berlanjut menyusuri koridor-koridor megah yang dipenuhi lukisan keluarga Darius dan ornamen-ornamen emas yang berkilauan di bawah cahaya lilin.

Setiap sudut istana terasa sunyi, seperti bangunan besar ini menyimpan rahasia yang tak terucapkan. Suara langkahku menggema lembut di lantai marmer yang dingin. Hingga akhirnya, aku sampai di sebuah taman kecil yang tersembunyi, jauh dari hiruk pikuk istana. Taman ini tampak terabaikan, dengan bunga-bunga liar yang tumbuh tanpa aturan, seolah dibiarkan merajai setiap sudut.

Di tengah taman, di bawah sinar bulan yang lembut, ada sebuah bangku kecil. Di atas bangku itu duduk seorang wanita, punggungnya tegak, namun ada kesunyian yang terpancar dari sosoknya. Rambutnya panjang dan putih, terurai hingga ke punggung, berkilau di bawah cahaya bulan seperti sutra perak. Sinar bulan yang memantul di wajahnya membuatnya tampak seperti makhluk langit, seorang peri yang turun dari surga.

Aku berhenti sejenak, terpukau oleh keindahan yang tak terduga ini. Sosoknya begitu tenang dan damai, seolah-olah seluruh dunia di sekitarnya terdiam hanya untuk menyaksikan kehadirannya. Dengan langkah hati-hati agar tidak mengganggu, aku mendekatinya.

Sesampainya di dekatnya, aku berbicara dengan nada lembut, "Permisi, saya bukanlah pria tanpa etika yang menikmati keindahan tanpa izin. Jadi, saya ingin meminta izin Anda untuk menikmati keindahan ini lebih lama." Senyum tipis menghiasi wajahku saat aku berbicara, mencoba bersikap sopan.

Wanita itu menoleh pelan, wajahnya kini lebih jelas terlihat di bawah sinar bulan. Rambut putihnya tergerai sempurna di sepanjang pundaknya. Saat mataku menatap matanya, aku tersadar. Matanya yang berwarna putih sepenuhnya menatap kosong, tanpa fokus. Keindahan yang memukau, namun sekaligus menyiratkan kesedihan.

"Siapa Anda?" Suaranya lembut, hampir seperti bisikan, namun memiliki kehangatan yang memikat.

"Saya Ronan," jawabku dengan suara rendah. "Namun, nona, maaf jika saya salah, tapi apakah Anda... buta?"

Wanita itu tersenyum tipis, seolah pertanyaanku sudah sering ia dengar. "Itu benar," jawabnya dengan nada yang rendah hati. "Maafkan kekurangan saya."

Aku tersenyum sambil berkata, "Apakah itu bisa disebut kekurangan? Bahkan dengan mata seperti itu, Anda masih terlihat sangat indah. Saya yakin banyak wanita di luar sana yang akan merasa pucat jika berdiri sejajar dengan Anda."

Wanita itu tertawa kecil, suara tawanya seperti aliran sungai yang menenangkan. "Mulutmu manis sekali. Aku yakin banyak wanita akan luluh hanya mendengar kata-katamu."

"Akan saya anggap itu sebagai pujian," jawabku sambil tersenyum, merasa sedikit lebih santai.

"Duduklah," katanya sambil menepuk bangku kosong di sampingnya.

"Maka saya tidak akan sungkan." Aku duduk di sampingnya, mencoba memahami aura damai yang terpancar dari dirinya. Keheningan kembali menguasai taman, hanya ditemani oleh suara angin lembut yang berbisik di antara dedaunan dan sinar bulan yang terus memancar dengan tenang.

"Saat menatap langit, meskipun aku buta, aku bisa merasakan sedikit apa itu langit," katanya tiba-tiba, suaranya dipenuhi perasaan yang sulit dijelaskan. Ada keheningan mendalam dalam kata-katanya, seolah-olah ia sedang berbicara tentang sesuatu yang hanya bisa ia rasakan dalam hatinya.

Aku diam, tak sepenuhnya memahami apa yang ia maksud, tapi tetap mendengarkan dengan penuh perhatian. Ada sesuatu dalam caranya berbicara yang membuatku terdiam, sesuatu yang lebih dari sekadar kalimat.

"Namaku Valeria," lanjutnya sambil menatap ke atas, seolah-olah sedang berbicara kepada bulan itu sendiri.

Valeria. Namanya terdengar familiar, Valeria Darius Deluna. Dalam Novel Symphony of Shadows, Valeria dikenal sebagai wanita yang akhirnya menjadi Kaisar Deluna.

1
YT FiksiChannel
perasaan tersenyum terus, aku sampai ngeri membayangkannya
Dewi Sartika
bagus banget
Merena: Makasih/Smirk/
total 1 replies
Merena
Sepi Amat/Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!