Merubah kisa lama setelah penglihatan nya di dalam mimpi.
Perselingkuhan tunangannya dengan kaka iparnya membuat kaka laki - lakinya terpukul.
Kaka laki - lakinya menjadi pendiam dan dingin.
Gracia Randolph sangat sedih melihat kaka laki - lakinya menjadi seperti itu, tanpa dia sadari bahwa dia juga adalah korban.
kebenciannya terhadap mantan tunangnnya dan mantan kaka iparnya membuat dia ingin membalas dendam atas apa yang mereka lakukan terhadap kaka laki - lakinya.
Dia seorang putri Jendral dari Keluarga Randolph harus membersihkan orang - orang yang mengotori nama keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 17
Mereka berdua sama-sama menoleh ke arah asal suara itu. Suaranya berasal dari belakang mereka. Bukan dari dalam gubuk reyot tersebut.
"Eh? Iya, benar sekali nyonya." Jawab mereka, karena mereka belum mengenal pasti siapa nenek tua ini.
Seorang nenek tua muncul di belakang mereka, sepertinya dia pemilik rumah kecil ini. Dia kembali entah dari mana.
"Kemana tujuan kalian gadis muda?" Ucap nenek tersebut sambil berjalan melewati mereka, hendak menuju rumah reyot di depan mereka.
"Hmm, kami sebenarnya mencari seseorang. Hanya saja, kami tidak tahu alamatnya ada di mana." Jawab Gracia dengan memperhatikan nenek yang berjalan melewati nya.
"Siapa namanya, mungkin nenek ini pernah mendengar." Sambung nenek itu kembali.
Dia memperhatikan kedua orang ini bukanlah dari daerah utara ini. Karena gaya pakaian Gracia dan Elen, bukan buatan dari daerah utara.
Begitu juga dengan logat bicara mereka tidak sama dengan masyarakat di utara.
'Sepertinya mangsa yang empuk.' Pikir nenek tua itu.
Sangat jarang dia bisa menemukan orang asing masuk ke wilayahnya. Karena keamanan di benteng Utara sangat ketat, tidak bisa sembarangan orang akan keluar melalui gerbang benteng tersebut.
'Bagaimana kedua orang ini bisa lolos?' Gumamnya lagi.
"Apakah anda pernah mendengar nama Dankerius Maclon?" Tanya Gracia yang membuat nenek tua itu berhenti melangkah.
Dia meremas kuat tongkat yang dia pakai untuk membantunya berjalan. Mendengar nama itu di sebut, dia sedikit kuatir.
"Apa urusan mu dengan orang itu anak muda?" Tanya dengan suara sedikit ketus. Tidak selembut ketika dia pertama kali melihat mereka.
Ada aura kebencian di mata nenek itu. Seakan-akan nama itu sebuah virus yang harus di hindari.
"Hanya urusan biasa saja, seperti nya anda mengenal?" Gracia menyadari perubahan orang tua di depannya ini.
"Hmm, dia pemburu penyihir hitam. Semua orang mengenalnya." Jawabnya dengan melanjutkan langkahnya memasuki rumah kecil yang berdinding kayu itu.
"Benarkah? Mengapa orang di dalam benteng sana tidak ada yang mengenal satupun?" Ucapnya dengan ceplas-ceplos yang membuat Elen mencengkram tangannya.
Nenek itu kembali berhenti tanpa menoleh ke belakang.
''Ada apa?'' bisik Gracia saat merasa cengkraman Elen semakin kuat.
"Nona, sebaiknya anda tidak perlu terlalu banyak bicara. kita tidak tahu siapa orang yang di depan kita." bisiknya pelan.
"Mungkin orang desa itu tidak ingin kalian berhubungan dengan orang yang kalian cari."
"Mengapa?"
"Kalau masalah alasannya, aku juga tidak tahu. Sebaiknya kalian hindari untuk bertemu dengannya. Dan sebaiknya jangan lagi mencarinya."
"Mengapa? Apakah dia orang yang berbahaya?" Gracia semakin penasaran.
"Ya, dia berbahaya.. Jarang orang bisa bertemu lama dengannya. Dia seperti tidak bisa bertemu dengan orang asing, terlebih wanita." Nenek itu membuka pintu dan meletakkan bungkusan yang dia bawa tadi.
"Hari mulai gelap, sebaiknya kalian beristirahat di sini. Besok, kalian bisa kembali pulang." Nenek tersebut menawarkan untuk mereka bisa beristirahat malam ini.
Niat untuk menggunakan mereka sebagai uji coba sihirnya, dia singkirkan. Karena dia belum tahu pasti apa hubungan ke dua orang ini dengan lelaki misterius itu.
Dulu dia juga hampir di bunuh oleh pria sadis itu. Tapi setelah dia berjanji tidak akan mengambil korban dari masyarakat awam, dia di bebaskan karena tubuhnya yang sudah tua.
Jika memang kedua wanita ini memiliki hubungan dengannya. Maka bisa di jamin dia tidak akan bisa melihat matahari di kemudian hari.
"Kalian makan malam ini, setelah itu istirahat di situ." Dia menunjuk ranjang reyot yang ada di sudut ruangan, walau sempit, tapi masih hangat karena dekat perapian.
Gracia dan Elen menurut, karena mereka dalam keadaan lapar.
Tapi di dalam hati mereka tidak akan kembali pulang, karena mereka semakin penasaran dengan sosok orang yang di takuti hampir seluruh masyarakat di utara ini.