Brittany Moon tidak pernah menduga pernikahannya dengan tunangannya Ralph Smith akan batal karena Ralph lebih memilih bersama Clara William yang jatuh sakit disebabkan kelelahan sehingga dirawat di rumah sakit daripada memenuhi janji suci mereka dalam ikatan pernikahan.
Saat hati Brittany terluka akan sikap Ralph yang membatalkan acara pernikahan mereka demi Clara, dihari itulah Brittany tak sengaja dipertemukan dengan seseorang yang juga sedang kesulitan dikarenakan kekasihnya meninggalkannya dihari pernikahan mereka.
Nama pria itu adalah Adam Bennet, seorang pengusaha kaya raya yang merupakan pemilik perusahaan distributor jam mewah diberbagai penjuru dunia.
Lantas bagaimana kelanjutan cerita ini, saksikan terus disetiap babnya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Bersitegang
Brittany memandang Adam lama saat dia turun dari atas panggung gala dinner.
Sorot matanya teduh ketika berdiri dihadapan laki-laki penuh karismatik itu, kekaguman mulai memasuki hati Brittany terhadap Adam Bennet.
"Kita pergi dari tempat ini, aku akan mengantarkanmu pulang ke rumahmu", kata Adam dengan tatapan teduh.
"Terimakasih atas kemurahan hatimu, tuan Bennet", ucap Brittany.
Adam Bennet masih menggenggam erat-erat tangan Brittany ketika mereka masih berdiri didekat panggung lalu mengajaknya pergi dari tempat itu.
"Brittany...", panggil seseorang saat Brittany dan Adam hendak berlalu pergi.
Brittany menghentikan langkah kakinya lalu memutar badannya ke arah suara tersebut.
Tampak Ralph Smith menghalangi jalannya.
Brittany tidak menjawab panggilan Ralph, hanya berdiri diam sembari menatap laki-laki yang pernah membuatnya kecewa.
"Apa kalian saling kenal ?" tanya Ralph.
Ralph melirik pelan ke arah Adam Bennet yang berdiri disamping Brittany.
"Ya, kami saling kenal", sahut Brittany seraya menoleh ke arah Adam lalu tersenyum manis.
"Dimana kalian saling mengenal ?" tanya Ralph sembari menautkan alisnya.
Brittany masih menatap ke arah Adam kemudian menoleh ke arah Ralph.
"Di gedung pernikahan...", sahut Brittany.
"Oh... ?!" sahut Ralph dengan mulut membentuk huruf O sedang.
"Maaf, kami harus segera pergi, tidak ada lagi keperluan disini untuk kami", kata Adam.
Ralph kembali melirik ke arah Adam Bennet, kali ini sorot matanya sangat tajam.
"Pergi ?" ucap Ralph dingin.
Adam membalas tatapan Ralph yang mengarah ke arah dirinya.
"Ya, aku dan nona Moon akan pulang ke rumah kami masing-masing, kebetulan aku satu arah dengannya", lanjut Adam.
"Tidak semudah itu, pergi begitu saja tanpa berpamitan, sedangkan Brittany masih ada urusan penting denganku", kata Ralph.
Adam menghela nafas panjang lalu berkata dengan sikap tegas.
"Bisa dibicarakan besok pada jam kerja, karena Brittany harus pulang malam ini, tidak terlalu baik bagi seorang gadis berlama-lama diluar tanpa pengawasan", ucap Adam.
"Dia bukan gadismu, tuan Bennet", sahut Ralph.
Tampak wajah Ralph menunjukkan ekspresi kurang senang terhadap sikap Adam.
"Memang nona Moon bukan putri kandungku, meski begitu aku sangat peduli terhadap apa yang telah terjadi padanya", ucap Adam.
"Oh, iya ?!" sahut Ralph sambil mengangkat kedua alisnya ke atas.
"Yah, benar, lantas apa masalahmu sekarang jika aku memperdulikan nona Moon", kata Adam.
Ralph menoleh ke arah Brittany dengan wajah masam.
"Kalian terlihat sangat dekat, kuharap tidak ada prasangka lain terhadap kedekatan kalian ini, Brittany", kata Ralph.
Brittany tersenyum sinis dengan wajah tertunduk lalu dia berkata.
"Apapun yang kau pikirkan itu, semuanya tidak ada hubungannya dengan tuan Bennet, kami dekat itu suatu kebetulan", kata Brittany sembari mengangkat wajahnya.
"Brittany ! Kita masih bertunangan dan kita akan menikah !" ucap Ralph.
"Oh, iya ?" sahut Brittany emosi.
Brittany menahan nafasnya, berusaha tetap tenang, tidak terpancing amarah.
Ralph tertegun diam, tahu bahwa dia telah berbuat kesalahan terhadap Brittany, memilih lebih menjaga sikapnya dan berhati-hati melanjutkan perkataannya.
"Kami harus pergi, karena urusanku sudah selesai, aku juga sudah melakukan semua perintahmu, untuk menggantikan Clara bernyanyi diatas panggung tadi bahkan kau suruh aku Lipsync, aku juga mematuhinya", kata Brittany.
Adam melihat ke arah Brittany yang tampak menahan air matanya karena kekecewaannya yang begitu dalam terhadap Ralph.
"Mari kita pergi dari sini, nona Brittany !" ajak Adam.
Adam menggandeng tangan milik Brittany seraya mengajaknya pergi.
"Ya, tuan Bennet", sahut Brittany sambil mengangguk pelan.
Brittany mengikuti langkah Adam yang menuntunnya berjalan pergi dari arah panggung gala dinner yang masih berlangsung meriah malam ini.
Sorot lampu berwarna-warni dari lampu laser yang menyinari panggung gala dinner terlihat semarak, menghiasi suasana didalam gedung megah yang menjadi tempat agensi Alfa melangsungkan acara pestanya untuk perayaan tahunan.
Ralph tidak berkutik ketika Brittany berlalu pergi bersama Adam, berjalan melewatinya tanpa menoleh ke arah laki-laki itu.
Tampak Brittany melangkah bersama-sama dengan Adam meninggalkan ruangan acara gala dinner yang masih berlangsung.
Namun raut wajah Brittany terlihat murung ketika bertemu Ralph pada malam gala dinner.
Seolah-olah mereka telah saling menjauh satu sama lainnya dan seperti orang asing kembali.
Adam yang menyadari kesedihan hati Brittany mencoba menghiburnya dengan menepuk lembut pundak gadis itu.
"Apa kau baik-baik saja ?" tanya Adam.
"Oh, ya, aku baik-baik saja, jangan dipikirkan kejadian barusan", sahut Brittany seraya menoleh ke arah Adam yang berjalan disampingnya.
"Apa tidak ada barang milikmu yang harus kau ambil, mungkin ?" kata Adam.
"Tasku, aku masih meninggalkannya diruangan ganti", ucap Brittany.
"Baiklah, kita ambil sekarang sebelum pulang", kata Adam.
"Ya...", sahut Brittany seraya mengangguk.
Keduanya berjalan ke arah ruangan ganti, untuk mengambil tas milik Brittany disana.
Pada saat mereka sampai ke ruangan ganti, terdengar suara menyapa Brittany.
"Selamat malam, nona Brittany", sapa seorang perempuan berbusana blouse panjang warna merah muda.
"Ya, selamat malam", sahut Brittany seraya menoleh.
"Perkenalkan saya utusan dari agen perhiasan yang mendanai acara gala dinner ini, namaku Jane", ucap perempuan cantik dengan potongan rambut sebahu.
Jane mengulurkan tangannya ke arah Brittany lalu menyalaminya erat-erat.
"Salam kenal dariku, nona Brittany", kata Jane ramah.
"Salam kenal juga dariku, nona Jane", sahut Brittany.
"Aku ingin bicara empat mata denganmu, bisa ?" kata Jade seraya melirik ke arah Adam.
"Eh, tentu saja, aku tidak terburu-buru pulang, apa yang perlu kita bicarakan sekarang, kalau boleh tahu ?" ucap Brittany.
"Sebaiknya kita bicara didalam ruangan ganti, rasanya lebih santai daripada harus berdiri lama diluar sini", kata Jade seraya tersenyum ramah.
"Boleh, lebih baik jika berbicara sambil duduk", ucap Brittany.
Brittany membuka pintu ruangan ganti lalu mempersilahkan pada Jade untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.
Adam turut melangkah masuk ke dalam ruangan ganti, sikapnya tentu saja mengejutkan Jade.
"Anda juga ikut masuk ? Bukankah anda seorang pria ?" tanya Jade tertegun.
"Dia hanya mengambil tas miliknya yang tertinggal diruangan ganti, tidak ada yang perlu dicemaskan dari kami berdua", sahut Adam.
'Oh ?!" gumam Jade tercengang.
Adam menyelonong masuk dengan sikap acuh tak acuhnya ke dalam ruangan ganti, tanpa memperdulikan Jade yang berdiri menatapnya heran.
Tampak Brittany mengambil tas yang berisi barang-barang miliknya dari atas meja.
"Kalau boleh tahu, hal apa yang perlu kita bicarakan secara empat mata ?" tanya Brittany lalu menghadap ke arah Jade.
Jade mengalihkan pandangannya dari Adam kepada Brittany sambil berkata.
"Pertama-tama, kita akan membahas tentang kontrak kerja diantara kita", kata Jade.
"Kontrak kerja ?" tanya Brittany tercengang.
"Yah, perusahaan perhiasan kami tertarik pada pesonamu saat kau tampil membawakan lagu tadi diatas panggung", kata Jade menyahut pertanyaan Brittany padanya.
"Oh, begitu, ya..., wow ! Aku benar-benar terkejut, mendengar hal ini..." sahut Brittany terkesima dengan pujian dari Jade.
"Perusahaan kami menginginkan kamu sebagai model mereka dan juga memintamu untuk tampil membawakan lagu-lagu pilihan pada setiap event pameran perhiasan yang kami selenggarakan nanti", kata Jade.
"Ini kabar luar biasa yang tidak pernah aku sangka-sangka akan terwujud, aku menerimanya, nona Jade, tawaran anda tanpa keraguan sedikitpun", sahut Brittany.
Brittany berjalan menghampiri Jade lalu menjabat erat tangan perempuan itu.
"Kapan kita akan bekerjasama, karena aku sudah tidak sabar lagi, untuk menunggu kesempatan langka ini, nona Jade ?" tanya Brittany.
"Setelah aku kembali ke kantor dan mencetak surat kontrak kerja kita, aku akan menelponmu dalam waktu kurang lebih tiga hari kedepan", sahut Jade seraya tersenyum.
"Baik, baik, aku akan dengan senang hati menunggu kabar darimu, kutunggu telponmu, nona Jade", kata Brittany.
"Baik, aku akan segera mengabarimu lagi, dan membahas tentang kesepakatan kerja diantara kita, kalau boleh tahu, ada nomer yang bisa aku hubungi", ucap Jade.
"Oh, ada, aku akan memberimu nomer telponku, kau bisa menghubungiku dari nomer ini", kata Brittany.
Brittany segera memberikan kartu nama miliknya yang berisi nama, keterangan lengkap tentang alamat serta nomer telepon miliknya kepada Jade lalu tersenyum manis.