Ketika Akbar tiba-tiba terbangun dalam tubuh Niko, ia dihadapkan pada tantangan besar untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang sama sekali berbeda. Meskipun bingung, Akbar melihat kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik sambil berusaha mempertahankan identitasnya sendiri. Dalam prosesnya, ia berjuang meniru perilaku Niko dan memenuhi harapan keluarganya yang mendalam akan sosok Niko yang hilang.
Di sisi lain, keluarga Trioka Adiguna tidak ada yang tau kalau tubuh Niko sekarang bertukar dengan Akbar. Akbar, dalam upayanya untuk mengenal Niko lebih dalam, menemukan momen-momen nostalgia yang mengajarinya tentang kehidupan Niko, mengungkapkan sisi-sisi yang belum pernah ia ketahui.
Seiring berjalannya waktu, Akbar terjebak dalam konflik emosional. Ia merasakan kesedihan dan penyesalan karena mengambil tempat Niko, sambil berjuang dengan tanggung jawab untuk memenuhi ekspektasi keluarga. Dengan tekad untuk menghormati jiwa Niko yang hilang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Farhan Akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesen Grabee Ke Sekolah
Driiiiiiiiiiiiiiiinnggggsss
Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan akhir dari hari yang penuh aktivitas. Akbar, yang kini terjebak dalam tubuh Niko, bergegas keluar dari kelas. Rasanya campur aduk—antara adrenalin dan kegembiraan setelah seharian bersenang-senang dengan teman-temannya. Dia teringat perkenalan yang seru bersama kawan-kawannya, hingga tawa mereka mengisi halaman outdoor kantin.
Saat tiba di area parkir, dia menunggu Grabee yang dia sudah pesan. Akbar melirik sekeliling, memastikan tidak ada yang menganggapnya aneh.
Di dalam hati, dia berpikir, "Gila, ini kayak mimpi. Sekarang gua bener-bener jadi Niko, anak konglomerat!"
Sebelum Akbar sempat melangkah lebih jauh, Vin, sahabat dekat Niko, tiba-tiba muncul dari belakang. "Nik, lu nungguin apa? Ada apa nih?" tanya Vin dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.
Akbar terkejut sejenak, lalu berusaha menampilkan senyum yang santai. "Eh, Vin! Gue… baru aja pesan Grabee. Gua lagi ada urusan," jawabnya, berusaha menjaga nada suaranya tetap ringan.
Vin mengangkat alis, tampak semakin curiga. "Hah, lu mesen Grabee? Bukannya lu punya supir pribadi? Kenapa jadi gini?"
Akbar cepat-cepat menjawab, “Enggak, gua lagi ada urusan aja. Mau keluar dulu sebentar.” Dia berusaha tampil santai, meskipun jantungnya berdebar.
“Urusan apa? Kok kayaknya mendesak banget?” tanya Vin, masih penasaran.
Akbar menelan ludah, berusaha mencari alasan yang tepat. “Ya, ada beberapa hal yang harus gua beresin. Lagipula, kadang lebih enak sendiri, kan?”
Vin masih tampak ragu, tapi akhirnya mengangguk. “Oke deh, kalau gitu hati-hati ajah loe.”
“Ok thanks Vin!” Akbar menjawab sambil tersenyum, merasa lega ketika Vin akhirnya beranjak pergi. Saat mobil datang menjemput, dia tahu bahwa perannya sebagai Niko harus terus berjalan, tanpa ada yang curiga.
Di sisi lain, Rudi, si supir Grabee berpengalaman, siap menjemput Niko. Setelah menerima notifikasi pesanan, dia melihat nama yang muncul: Niko, dengan sigap, Rudi menyiapkan mobil dan meluncur menuju sekolah.
Sesampainya di gerbang, suasana ramai menyambutnya. Namun, penjaga gerbang menghentikannya.
“Permisi, ada keperluan apa?” tanya penjaga gerbang.
Rudi tersenyum dan menunjukkan aplikasi di ponselnya. “Ini pesanan untuk Niko. Mau jemput dia dari sekolah.”
Penjaga gerbang memeriksa aplikasi dengan teliti. Rudi merasakan ketegangan sejenak. “Maaf, Pak. Tidak bisa sembarangan masuk. Harus ada izin dari orang tua,” kata penjaga gerbang.
Rudi sedikit panik. Dia tahu Niko di dalam sudah menunggu. “Tapi saya sudah dapat pesanan. Bisa tolong hubungi Niko?” pinta Rudi.
Penjaga gerbang mengangguk, tapi tetap terlihat ragu. Rudi segera menghubungi Niko melalui video call. Setelah beberapa detik, Niko menjawab.
“Mas, saya sudah di area parkir. Kenapa belum masuk?” tanya Niko dengan wajah bingung di video call.
“Mas, ada masalah. Penjaga tidak mengizinkan saya masuk. Bisa jelasin ke mereka?” Rudi berusaha tetap tenang.
Niko terlihat frustrasi. “Tunggu sebentar.” Dia mengalihkan pandangannya ke penjaga gerbang. “Pak, saya Niko. Saya menyewa Grabee sudah di sini dan butuh izin.”
Penjaga gerbang memeriksa wajah Niko di layar ponsel. “Baiklah, saya akan cek datanya.”
Rudi menahan napas, berharap semuanya berjalan lancar. Setelah beberapa saat, penjaga gerbang mengangguk. “Oke, Mas . Silakan masuk. Hati-hati di jalan.”
Dengan lega, Rudi melanjutkan ke tempat yang ditunjukkan. Sesampainya di lokasi, dia melihat Niko menunggu di area parkir.
“Maaf, Mas Niko. Ribet banget di gerbang,” kata Rudi, sambil tersenyum.
“Tidak apa-apa, Mas. Yang penting saya bisa keluar,” jawab Niko, sebelum melangkah masuk ke mobil.
Sebelum masuk ke dalam mobil, dia menoleh ke arah Mang Toing, sopir setia keluarga Trioka Adiguna. “Mang, jangan ikutin aku ya. Aku mau pergi sendiri sebentar,” katanya dengan nada tegas namun sopan.
Mang Toing awalnya terlihat ragu. “Tapi, Den Niko. Gimana kalau ada apa-apa?”
Saat di dalam mobil melalui kaca jendela, Akbar, kembali berbicara kepada Mang Toing. “Mang, sebaiknya kamu pulang saja. Aku akan pulang nanti malam, jadi nggak perlu nunggu.”
Mang Toing mengerutkan dahi, jelas terlihat khawatir. “Iyah, Den. Tapi jangan terlalu malam ya. Saya khawatir ada apa-apa.”
Akbar tersenyum, berusaha menenangkan. “Tenang saja, Mang. Saya sudah besar. Bisa jaga diri sendiri. Lagipula, saya janji akan telepon kalau ada apa-apa.”
Mang Toing mengangguk, meski masih tampak ragu. “Baiklah, Den. Tapi ingat, hati-hati di luar sana. Kalau butuh bantuan, langsung saja bilang.”
“Pasti, Mang. Terima kasih!” Akbar menjawab, merasa sedikit lega dan bersemangat.
Di dalam mobilnya, Sonia duduk di belakang sambil memperhatikan Niko dari kejauhan. Gelagat aneh Niko menarik perhatiannya. "Ngapain siih.. . .Niko mesen Grabee?" batinnya, bingung.
Sonia mengernyit, merasa ada yang tidak beres. Kenapa sekarang dia terlihat terburu-buru dan tampak aneh? Sonia merasa khawatir, mungkin ada yang tidak beres.
Dia berusaha fokus pada ponselnya, tapi pikirannya terus kembali pada Niko. "Apa dia ada masalah? Atau ada yang ingin dia sembunyikan?"
Sonia tiba-tiba merasa ada sesuatu yang harus dilakukan. Dengan tegas, dia menyuruh supirnya, "Pak, please follow that Grabee car from behind."
Supirnya mengangguk, dan mobilnya mulai bergerak pelan, menjaga jarak dengan mobil Grabee yang tengah ditumpangi Akbar. Dalam hati, Sonia berusaha mengendalikan rasa penasaran dan kekhawatirannya. "What’s going on with Niko? Kenapa dia tiba-tiba berubah?"
Sepanjang perjalanan, Sonia terus memperhatikan setiap gerakan mobil Grabee. Dia merasa seolah-olah mengikuti sebuah misteri yang perlu dipecahkan. "If something's off, I need to find out."
Setelah melewati gerbang di luar Mobil Grabee belok ke arah yang tidak biasa, dan Sonia menahan napas. "Where is he going?" tanyanya dalam hati. Rasa cemas semakin menguat, tetapi dia tetap bertekad untuk menemukan jawabannya. "I can't let this go."
Begitu mobil telah melewati gerbang depan, Rudi (Supir Grabee) berdoa agar perjalanan ini berjalan lancar. Dia tahu, di balik penampilan glamor Niko, pasti ada cerita dan tantangan tersendiri.
Dengan senyum, Rudi melanjutkan perjalanan, siap menghadapi apa pun yang ada di depan.
Di dalam mobil, saat perjalanan berlangsung, Akbar melirik ponselnya dan melihat grup chat yang baru saja terbentuk. Dengan senyuman licik di wajahnya, dia berpikir, Ini baru permulaan.
Dia melihat grup chat yang baru terbentuk dan tidak bisa menahan senyum lebar. Dengan penuh semangat, dia mengetik pesan pertama.
“Hey guys, it’s Niko! Gak sabar buat hangout dan kenalan lebih dekat. Let’s keep this chat fun! 💪”
Pesan itu segera mendapatkan respons dari teman-temannya.
“Yo! Roni here. Selalu siap untuk having a good time. Let’s plan a hangout soon! 🎉” balas Roni.
“What’s up, everyone? Vin ada disini! Just a heads up, I might throw in some random memes now and then. 😂” tulis Vin, menambahkan kesan humor ke dalam percakapan.
“Hi, everyone! Clara here. Super excited to be in this group! Ayo kita bantu-bantu dengan tugas sekolah dan bersenang-senang. 🌟” Clara menyemarakkan suasana.
“Hey, guys! Mia here! Love the energy! Gak sabar buat sharing beberapa hal seru dengan kalian. 💖” Mia ikut bergabung dengan antusiasme.
Melihat pesan-pesan yang masuk, Akbar mulai membayangkan semua kemungkinan yang bisa didapatkan dari koneksi baru ini. Dengan teman-teman baru di sekolah elite, dia bisa mengakses informasi, dukungan, dan bahkan peluang yang sebelumnya tak terbayangkan.
Dia menyentuh layar ponsel, membaca setiap pesan dengan seksama. “Kalau gue bisa memanfaatkan posisi Niko ini dengan baik, semua pintu akan terbuka untukku,” pikirnya, merasakan semangat membara di dalam hati.
Akbar merasa percaya diri, siap menghadapi tantangan baru ini. “Waktunya bersenang-senang dan sekaligus mengumpulkan jaringan yang luas!” Dia tersenyum, membayangkan semua petualangan yang menantinya di dunia baru ini.
Saat suasana di grup chat semakin seru, Akbar tiba-tiba teringat hal penting. Dia menepuk dahinya, “Oh iya, gue lupa! Belum bayar keripik pisangnya si Erika.”