Pemuda tampan itu bukan siapa-siapa, sampai di mana ia ditemui wanita yang tiba-tiba menawarkan tiga juta hanya untuk ciuman bibirnya.
Sejauh Marco melangkah, tiada yang tahu jika di balik matrenya berondong itu, ialah pewaris tahta yang dibuang oleh ayah crazy rich-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 017
"Loh!"
Sedari tadi Natalie baru sadar jika Marco dan Allura saling mengenal. Bahkan tampak akrab, terkesan tidak canggung sama sekali.
"Kalian saling kenal?!"
Allura juga baru ngeuh, ternyata mereka sudah saling bicara seperti biasa. Tidak menunjukkan jika mereka tidak saling kenal.
Hal yang seharusnya dilakukan Marco dan Allura, sesuai kesepakatan. Nyatanya, tidak bisa mereka melalui pengasingan di mana mereka berdua saling berdekatan.
Kemarin saat belum bertemu kembali, Allura merasa mudah, tidak dengan saat ini. Di mana dia juga tak bisa tak acuh pada Marco.
"Tidak!!" Allura dan Marco serentak. Tapi, lekas dibantah oleh Patricia yang baru saja tiba dengan dandanan ala wanita independen.
Kerusuhan tadi tidak dilihatnya, tapi berita viral sudah menyebar. Sayangnya Patricia mandinya lama, dia melewatkan Silviana yang seharusnya diberikan bogem mentah.
"Mereka itu mantan pacar. Sudah pernah tidur bareng juga. Dan asal kamu tahu, Allura dan Marco sudah sering membuat tanda merah di kulit, khas pasangan bucin di komik!"
"Ya Tuhan!" Natalie ternganga, tidak dengan Allura dan Marco yang mendengus. "Jadi aku ini macarin bekas pacar kamu, All?"
"Yuapz!" Patricia membenarkan. Allura kembali berceletuk dingin. "Udah ambil, aku dan Marco sudah sepakat tidak balikan lagi."
"Benar." Marco berdiri, kemudian menatap Allura dengan congkak. "Harusnya aku tidak perlu peduli padamu, supaya seharian kamu diserbu paparazi!"
Allura terkekeh sombong. "Siapa juga yang mau bantuan kamu!" tukasnya.
Sejurus saja lengah, Allura diam oleh pagutan bibir kurang ajar Marco. Tak sedikit yang memindai pergulatan lidah mereka, bahkan, Patricia dan Natalie dibuat tak berkedip.
"See--" Marco tunjuk Allura setelah melepaskan ciumannya, "dia tidak butuh bantuan ku, tapi diam saat aku cium."
Marco lantas pergi meninggalkan tiga wanita yang mengaku sebagai seorang independen tetapi di hatinya selalu kesepian.
"Kamu masih sayang kan?" Natalie bertanya serius. Karena, Allura terlihat amat sangat menikmati ciuman Marco barusan.
Seketika itu juga, Natalie mengingat statusnya dengan Marco. Pacar bayaran yang masih dia perlukan untuk membalas dendam pada Rahardian.
Nathalie memukuli lengan Allura dengan gerakan tidak seberapa kuat. "Allura! Kamu membuat ku patah hati. Marco itu salah satu berondong yang mau aku nikahi!!"
Patricia menyela enteng. "Ya sudah nggak usah ribut, asal mau dipoligami, kalian berdua masih bisa jadi istri Marco, setelah itu, kalian bisa threesome pas malam pertama."
"Bacot!!" Allura mengumpat Patricia.
"Jadi gimana ini?" tanya Natalie.
"Ya sudah ambil, lagian kamu sudah dijilat kan sama dia?!" sela Allura.
"Jilat?" Natalie ternganga.
"Dia bilang begitu!" timpal Allura.
Natalie terkekeh menyebalkan. "Boro- boro dijilat! Aku ajak ciuman bibir ajah dia nolak!"
"Serius?!" Patricia menyela.
"Ya serius lah!"
"Terus ngapain kamu bayar mahal?"
"Dia bilang, dia bisa bantu buat bikin Rahardian miskin!" jawab Patricia.
"Sekelas koki biasa? Bisa bikin Rahardian miskin? Kamu yakin nggak ditipu?" Patricia kembali mengingatkan sahabatnya.
"Nggak yakin sih."
Natalie pun tidak berharap banyak dari ucapan Marco. Akan tetapi, dia memang perlu Marco, yah, sekedar untuk bukti bahwa dia bisa mencari yang lebih dari suaminya.
Di lain pihak, dia juga tertarik. "Aku kesemsem sama muka Marco ajah sebenarnya."
"Ya ampun!" Allura mendengus.
"Gimana ciuman Marco?" Natalie memelas menatap bibir Allura. Bahkan meraih dagu Allura untuk diciumnya. "Boleh aku cicip?"
"Apa sih!" tepis Allura. Perempuan gila ini benar- benar membuatnya gila.
...\=\=~©®™~\=\=...
Sudah hari ke tiga setelah media sosial digegerkan dengan pelakor Allura. Dan sekarang, pernikahan Emmanuelle tampak gonjang- ganjing bahkan sudah akan putus.
Sudah akan pulang, karena hari ini Marco masuk pagi. Sebelum itu, dia duduk di kursi customer resto sambil termenung.
Sesekali, menikmati secangkir kopi mahal layaknya yang dilakukannya dahulu. Lagi pula, sayang juga vouchernya, karena setiap satu bulan sekali dia mendapat harga karyawan.
Seharusnya bersama pacar, tapi Marco lebih suka menyendiri. Yah, di balkon gedung yang dihiasi kelap- kelip lampu temaram kota.
Suasananya asyik, tenang, ada sepoi angin yang menerjang wajahnya. Sayang, hening itu tidak lama dia dapat karena tepukan tangan seorang pemuda sepantarannya.
Marco menoleh, dan Langit berdiri menyengir di sisinya, kini. "Hay, Marco," sapanya meledek.
Marco tak menjawab, jujur saja, keluarga Allura itu definisi makhluk rupawan tetapi menyebalkan. Dari bossnya yang namanya Sky Rain, sampai Langit bahkan Allura dan ayah Allura yang fotografer itu, menyebalkan.
Langit duduk di sisi Marco. "Lu pasti dirolling gara- gara Om Sky cemburu sama Tante Lala, ya?"
"Dah tahu, terasi, basi!" dingin Marco.
"Gimana kuliahnya?"
"B ajah." Tidak ada yang spesial, Marco hanya melewati banyak sekali tugas. Yah, menjadi pacar bayaran para wanita di kampusnya.
Langit diam sejenak, sampai dia teringat sesuatu yang tidak ditanyakan. "Bokap gue di sini. Dia bawain calon suami buat Kak Allura."
Marco memang tidak bertanya, akan tetapi, lihatlah respon tubuhnya. Matanya membulat, dan tubuhnya beranjak tegak. "Jodohnya?"
Langit tertawa, ternyata masih ada rasa yang Marco simpan. Kasihan juga anak kucing yang modal dengkul ini. Yah, tidak cocok dengan Allura bukan berarti Langit tidak iba.
"Gue kasih bocoran." Setidaknya, Langit menerangkan supaya Marco sadar diri jika dirinya tidak selevel dengan Allura.
"Allura akan dinikahkan dengan pengusaha sukses dari Jawa." Marco mengerut kening dengan dalam seketika itu juga.
Langit lantas menepuk lengan Marco dan lekas menunjuk seseorang. "Kebetulan lewat orangnya ... lihat ... dia yang mau dinikahkan sama Allura!"
Seorang pria tampan, berjas putih, berkemeja hitam, bercelana hitam. "Hapaaaa?!"
Langit tertawa mendapati ekspresi tak sewajarnya seorang Marco. Yah, Langit tahu Marco amat menyukai Allura, tapi dia bukan kandidat menantu yang keluarganya cari.
"Cakep kan calonnya? Tua dikit nggak ngaruh. Duitnya banyak, seenggaknya kekuatan crazy rich nya masih bisa menekan si Emmanuelle!"