Rania, mempunyai suami yang sempurna sebagai laki-laki. Dengan wajah yang tampan, tubuh yang bagus, Sudah bisa di pastikan ia adalah laki-laki sejati, tapi pernikahannya sudah berlangsung 1 tahun. laki-laki yang menjadi suaminya, tidak pernah menyentuhnya. Tapi kenapa? Apa alasannya sampai harus menikahi Rania jika ia tidak mencintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elleya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suite room
1 tahun kemudian
Gaun pengantin, berwarna putih dengan ekor memanjang. Di penuhi taburan mutiara untuk memperlihatkan keindahan dan juga kemewahannya. Tapi itu tidak membuatnya senang. Gadis muda yang selalu menyukai kemewahan itu, hanya bisa tertunduk pilu membayangkan kehidupan masa mudanya yang bebas akan segera terenggut dengan pernikahan yang sama sekali tidak ia inginkan.
Di dalam hatinya, ia terus mengutuk dengan sumpah serapah yang ia ucapkan untuk calon suaminya.
Sementara, di depan altar pernikahan. laki-laki yang akan menjadi suaminya, terus memperhatikan langkahnya yang berjalan perlahan ke arah ia berdiri sekarang. Laki-laki berambut putih yang mengantarkannya menuju altar pernikahan. Berkali-kali memperingatkan pada cucunya untuk tidak membuat keributan di pernikahannya sendiri. "Bersikap baiklah, layaknya seorang nona bangsawan yang terhormat, setidaknya untuk saat ini kau harus bisa melakukannya dengan baik. Banyak mata yang memperhatikan keluarga kita sekarang. "
"Apa harus seperti ini? Mengorbankan kebahagiaan cucunya sendiri. hanya untuk menyelamatkan perusahaan?" Matanya kembali berkaca-kaca
"Rania ini semua demi kebaikanmu, kakek melakukan ini, untuk masadepanmu. Setidaknya selama perusahaan itu masih berdiri, kau tidak akan kekurangan satu apapun di dunia ini.
" Bagaimana bisa ? kakek mengatakan itu, padahal aku sudah kehilangan segalanya yang ku miliki, bahkan hidupku pun sekarang sudah tidak aku miliki. Aku harus hidup seperti keinginan kakek!
"Perhatikan ucapanmu kita hampir sampai.
Begitu tiba di depan altar, laki-laki yang akan menjadi suaminya menyambut dan mengulurkan tangannya pada Rania. Saat itu juga. ingin rasanya, Rania menepis tangannya yang besar itu dari hadapannya. Tapi itu tidak ia lakukan, bagaimanapun pernikahan ini satu-satunya cara untuk mempertahankan perusahaan, tempat ibunya mengabaikan diri semasa hidupnya. Ia tidak ingin, membiarkan perusahaan yang sudah susah payah ibunya bangun, dengan kerja kerasnya selama ini. Hancur begitu saja
Setelah mengucapkan janji pernikahan, Ia harus menerima ciuman, dari laki-laki yang sama sekali tidak di kenalnya itu. Terlebih itu adalah ciuman pertamanya.
Cuup
Bibir itu menempel ke bibirnya, seketika ia membuka matanya lebar-lebar, seakan tak percaya. ciuman pertamanya hilang begitu saja. Ingin rasanya saat itu juga, ia meludah untuk menghilangkan bekas ciuman laki-laki yang kini menjadi suaminya. Rasa kesal, frustasi, dan juga marah, karena merasa harga dirinya seakan terinjak, sampai di dasar tempat yang paling kotor di dunia. Ia tidak bisa melakukan apa-apa,padahal ia sangat membencinya saat ini.
Sementara suasana pesta pernikahannya di buat dengan begitu meriah sekaligus mewah. Bagimana tidak? Pernikahan itu di langsungkan, di salah satu hotel bintang lima miliknya. Terdapat beberapa tamu undangan, yang sengaja di datangkan. untuk mendapatkan investasi, yang akan menguntungkan bagi perusahaannya kelak.
"Huhhh.
Rania menghembuskan nafasnya,dengan keras. untuk mengurangi rasa lelahnya. Sepanjang sore hingga hampir larut malam ia tak hentinya harus menemui orang-orang, untuk menyapa rekan bisnis, ataupun tamu-tamu pentingnya yang hadir, di acara pernikahannya.
"Aku benar-benar sudah lelah sekali" Ucapnya pada Althaf yang kini sudah menjadi suaminya.
"Kembalilah ke kamar pengantin lebih dulu, karena, Sepertinya hampir semua tamu penting sudah kita sapa. " Titahnya pada wanita yang kini menjadi istrinya itu.
"Tania, Antarkan Nyonya ke kamarnya sekarang"
Althaf memerintah seorang wanita yang berusia seumuran dengannya untuk membantu Rania
"Terimakasih" Rania dengan sopan mengucapkannya, setelah .wanita itu mengantar nya, ke salah satu kamar suite VVIP hotel tersebut. Ia bahkan membantu Rania, untuk melepaskan aksesoris dan juga gaunnya yang berat. itu ia lakukan untuk mempermudah Rania membersihkan diri.
"Ini adalah surga"
Air hangat, yang memenuhi bathtub. terlihat begitu menggiurkan, untuk nya saat ini. di tambah Wangi bunga segar menyeruak, menusuk hidung mancungnya. Membuat wanita itu tak sabar untuk segera menyeburkan dirinya ke dalam sana. Rania bergegas, untuk mencuci kakinya terlebih dahulu. sebelum akhirnya ia masuk ke dalamnya.
Masih teringat dengan jelas, bagimana Bibi Mey mengajarinya, cara untuk membersihkan diri yang benar. Matanya berkaca-kaca ketika ia kembali mengingat sosok bibi Mey. Setelah kematian suaminya, Bibi Mey memutuskan untuk keluar dari rumahnya, Ia merasa. akan selalu terbayang dengan sosok mendiang suaminya, jika ia terus berada di sana. Bagaimanapun, Rania mencoba menahannya. bibi Mey hanya bisa mengucapkan kata maaf, pada gadis yang di urusannya sejak kecil itu. Karena ia tidak mampu, menghadapi bayangan kenangan dirinya bersama Paul. Jika terus berada di sana. Dengan terpaksa, Rania hanya bisa mengirim. pengasuh kesayangannya itu ke kediaman lama mereka, di pinggiran ibukota yang jauh dari hiruk-pikuk padatnya perkotaan.
Kini, gadis itu mulai belajar untuk mandiri, dan tidak menggantungkan hidupnya pada siapapun lagi.
Tanpa sadar Rania memejamkan matanya, dan terlelap. Saat tengah berendam, di dalam air hangat yang di siapkan,oleh pengurus hotel. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mengangkatnya dari sana. Rania mengerjapkan matanya, untuk memastikan apa yang sebenarnya, tengah terjadi padanya. Ia membuka matanya lebar-lebar, saat melihat, ternyata laki-laki yang baru beberapa jam tadi di nikahinya. Tengah mengangkat tubuhnya tanpa balutan balutan benang sehelai pun.
Dengan reflek ia memukul wajah suaminya.
Prakkk.
Pukulan keras itu meninggalkan bekas dan membuat pipi putih suaminya memerah. Entah merasa kesal, dengan apa yang di Terimanya, laki-laki bertumbuh tegap itu, melemparkan Rania ke atas kasur dengan kasar. ia juga melemparkan jubah mandi berwarna putih, dari atas nakas ke arah Rania.
"Pakai itu, dan jangan berpikir, untuk melakukan hal bodoh seperti tadi"
Rania Belingsut, segera meraih jubahnya, untuk menutupi tubuhnya sesegera mungkin. ia benar-benar merasa kesal saat ini. matanya berkaca-kaca, karena merasa telah di perlakuan dengan buruk oleh orang yang menjadi suaminya itu.
"Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan? "
Dengan nada yang sedikit kencang ia bertanya pada Althaf. Ia tau kini mereka sudah menjadi pasangan suami istri. tapi Rania, benar-benar belum siap. untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.
"Apa katamu?
"Bukankah kau berencana untuk mati. di dalam air sana? Memangnya apa lagi yang bisa ku lakukan? Selain mengeluarkan mu dari sana?
Rania mencoba memahami situasi yang terjadi saat ini. kenapa dia berpikir kalau dirinya mencoba untuk bunuh diri. Saat ia melirik, ke nakas di dekatnya. ia melihat kini sudah pukul tiga dini hari. dan dia sudah berendam hampir empat jam lamanya di sana.
Saat ia mulai menyadari situasinya, laki-laki itu sudah berdiri di dekatnya. Untuk berjaga-jaga,Rania Memundurkan tubuhnya beberapa langkah menjauh dari Althaf. "Pakailah ini, sebentar lagi akan ada yang datang membantumu mengerikan rambut" Ucapannya kini dengan kata-kata yang lebih lembut. Sebelum akhirnya, laki-laki itu masuk ke dalam kamar mandi.yang baru saja ia gunakan.
Benar saja, tak lama datang seorang wanita, yang Rania tau namanya adalah Tania. Wanita itu tersenyum ke arahnya.
"Apa Anda memerlukan bantuan saya untuk memakainya?" Tanya Tania yang melihat Rania belum juga mengganti pakaiannya.
"Tidak saya bisa memakainya sendiri. tolong jangan lihat ke arah sini!
" Baik Nyonya, silahkan berpakaian dengan nyaman. saya akan membantu untuk hal yang lainnya.
Rania bergegas kembali membuka jubahnya dan memakai piyama tidur berwarna putih. ia sempat khawatir dengan model piyama nya.
Ternyata itu kekhawatiran yang berlebihan karena piyama yang di siapkan sama persis dengan yang biasa di pakaiannya.
Setelah ia berganti pakaian Tania dengan cekatan membantunya mengeringkan rambut dan mengusirnya hingga rapih. butuh waktu cukup lama untuk mengeringkan rambut nya yang tebal.
Sementara di balik pintu kamar mandi. kucuran air dari shower mengguyur tubuhnya hingga basah sempurna. ia masih sangat syok, sesaat sebelum bia datang ke kamar, ia pikir wanita yang kini menjadi istri sudah terlelap tidur di atas kasur. Tapi begitu ia tiba di sana sosoknya tak nampak di tempat tidurnya yang luas. Althaf justru mendapati Rania berendam di dalam bak mandi hingga bibirnya pucat kebiruan. Ia sangat panik. dan ia berpikir jika wanita itu mencoba untuk menghilangkan nyawanya sendiri. Dengan menenggelamkan tubuhnya di dalam sana. Dengan cepat, ia mengangkat tubuhnya yang tanpa balutan apapun, dari dalam bak mandi.
Begitu wanita itu membuka matanya. ia masih khawatir dengan kondisinya. tapi saat Rania memukul wajahnya dengan keras, bukannya membuatnya marah, tapi Althaf justru benar-benar merasa lega ternyata dia baik-baik saja. bahkan sampai memberinya pukulan keras.
Ia kembali tersenyum, saat mengingat ekspresi wajah istrinya yang ketakutan.
"Sepertinya ia lebih takut padaku daripada membahayakan dirinya sendiri"
semangat tulis author
1 abs, 3 like , 🍒
cuma tanda baca lebih di perhatikaan lagi...
sama huruf depan nama orang awalan nya kapital, kmu sering kelupaan..
semangat ku tunggu up nya
1 gelas kopi/Coffee/ + 3 bungga /Rose//Rose//Rose/ meluncur